A Dream

Chapter 2 : Mendengar

Aku benar-benar tidak habis fikir siapa yang tega sampai berniat jahat dengan kami. Hingga malamnya aku tidur bersama kakakku, dan kakek tidur di kamar ku. Kata kakek kalau ada apa-apa jangan segan-segan membangunkannya. Aku pun mengiakan, dan sebelum tidur aku mengambil air wudhu serta tak lupa membaca beberapa surah pendek.
Aku sangat berharap kalau aku bisa tidur dengan nyenyak.

namun kalian tau, Harapan ku sirna saat mimpi itu kembali, sosok penari yang beberapa hari ini selalu ku mimpikan ternyata muncul kembali, dalam mimpi itu dia masih saja menari tapi tempatnya berbeda, dia menari di atas tanah dengan alunan musik yang muncul entah dari mana. Rasanya sangat lama aku menontonnya menari hingga tariannya selesai. Apalagi saat dia datang kepada ku dan membawakan nampan yang berisikan makanan, mulai dari cemilan hingga buah buahan. Sambil mengatakan kepada ku,

"njupuk" ambil Ucapnya. Tentu saja aku tidak memakan makanan pemberiannya. Tapi Dia tetap mengatakannya lagi

"njupuk" ambil

Tapi tak ku jawab dan aku tak menginginkan makanan tersebut. Tiba tiba aku melihat sosok nenek nenek berjalan menghampiri kami dan langsung memeluk ku. Dengan tatapan marah menatap wanita yang  berkebaya itu, sosok nenek itu berteriak pada wanita berkebaya

"akowe ngremehake aku." kau meremehkan ku  Dengan suara ciri khas seorang wanita tua. Dia merangkul ku sambil mengelus pelan rambutku, seperti mengatakan tenanglah aku telah di sini.

saat itupun aku terbangun. aku pun langsung mengecek  layar ponsel yang menunjukkan pukul 02:00 pagi dan langsung tersadar bahwa kakak ku tidak berada di samping ku. Aku masih berfikiran Positif bisa saja dia masih begadang. Karena saat itu aku mendengar suara seperti langkah kaki dari luar kamar, jadi ku pikir itu dia. Maka dari itu aku mengecek apakah dugaan ku benar atau tidak.

Aku membuka pintu dengan perlahan dan melihat dari balik pintu seperti mengintip dan menemukan kakak ku sedang duduk di sofa sambil bermain ponselnya. Saat itu aku langsung menghampirinya.

"Kak belum tidur?" Tegur ku. Tapi dia tidak mendengarkan ku,ini aneh Karna dia tidak sedang menggunakan earphonenya, tapi saat itu aku masih berpositif, bisa saja dia terlalu sibuk bermain dengan handphonenya.
Saat aku mulai mendekat menghampirinya tiba-tiba ada yang memanggilku.

"Ngapain kamu adam?"

Aku sangat kenal dengar suara ini. Ini suara kakak ku. Bulu kuduk ku berdiri merinding aku membalikkan badan dan mendapati kakak yang sedang berada di depan pintu kamarnya. Dan mencoba membalikkan badan lagi untuk memastikan apa yang kulihat tadi. Dan betapa terkejutnya aku sosok yang ku lihat di sofa menghilang. Dengan cemas Aku langsung menghampiri kakak ku, keringat ku menjadi dingin dan tidak bisa berkata-kata. Aku ketakutan saat itu.

Kakak merangkul ku dan mengelus rambut ku pelan setelah keadaan mulai tenang dia berkata masuklah ke kamar dia akan mengambilkan segelas air untuk ku. Aku mengangguk dan saat itu kami berpisah.

Saat masuk ke kamar ketakutan ku makin menjadi-jadi. Badan ku membeku, keringat ku bercucuran, bulu badan ku berdiri seakan nyawa ku akan menghilang. aku melihat kakak ku sedang tidur di tempat tidurnya. Kaki ku lemas, bagaimana ini bisa terjadi.

Pelan-pelan aku membangunkannya dan saat kakak terbangun dia juga kaget mendapati ku dalam keadaan pucat.

"Adam? Kamu kenapa dam? Apa yang terjadi?" Tanya dia dan langsung merangkul ku.

Aku tak bisa menjawab Badan ku terasa lemas, rasanya membuka mulut ku saja sudah sangat berat.
Karna kawatir kakak membawa ku pada kakek. Dan membangunkan kedua orang tua kami.

Aku menceritakan tentang apa yang terjadi pada kakek sambil mengangkat sumpah kalau aku tidak sedang berbohong. Kakekku menyuruhku untuk meminum segelas air yang telah di kasih doa doa. dan saat itu Kakek juga bercerita, bahwa dia bermimpi seperti yang pernah aku ceritakan. Namun yang bedanya wajah sang penari terlihat sangat marah.

Semua keluarga ku berusaha menenangkan ku. Hingga saat suasana terasa telah terkendali. Ayah ku menyuruh ku untuk tidur dengan mereka. Sedangkan kakek dengan kakak ku. Dan saat itu aku hanya menurut. Karna waktu juga sudah sangat larut.

jujur ini melelahkan.

Next Chapter >>