Chapter 4 : Dedaunan

5 3 1
                                    

Hari ini hanya aku dan ibuku yang sedang di rumah. Kakak pergi kampus, ayah kerja, sedangkan kakek katanya sedang berkunjung ke kerabatnya.

Seharusnya tahun ini aku mulai masuk kuliah. Tapi karna aku baru lulus, jadi aku ingin menikmati hari libur ku selama setahun sebelum memutuskan untuk masuk ke fakultas.

Jika aku tau akan terjadi hal seperti ini. Maka aku akan memilih untuk kuliah tahun ini. Ketimbang harus di rumah dengan kejadian kejadian aneh yang menimpah ku.

Aku menghabiskan waktu ku di ruang keluarga dengan game yang sedang populer akhir akhir ini. Hingga tak terasa aku telah bermain sampai 3 jam lamanya. Perut ku telah memberi tanda bahwa aku sedang lapar. Jadi ku putuskan untuk tak melanjutkan lagi dan menuju meja makan sampai melihat menu masakan hari ini yang di buat ibu.

Waktu itu keadaan rumah masih sama. Hanya aku dan ibu ku. Saat itu perhatikan bahwa ibuku sedang menyapu sekitaran rumah. Karena terdengar suara seseorang yang sedang menyapu di samping rumah.

Sehabis makan aku duduk. Di ruang tamu melihat dari jendela ibu ku masih menyapu rumput-rumput di sekitaran rumah. Tapi ada yang membuat ku kebingungan.

Karena seketika aku seperti melihat bayangan hitam yang melintas melewati ibu ku.
Aku masih berusaha untuk berfikiran positif bahwa aku hanya salah lihat.

Aku pun berfikir untuk istirahat saja di kamar kakak.
Tapi sesampainya di dalam kamar. Aku terkejut karena kamar kakak penuh dengan dedaunan kering yang berhamburan.

Aku memanggil ibu. Untuk mengatakan apa yang terjadi, dengan ketakutan ku hampiri ibu yang sedang berada di luar namun sosoknya tak kunjung ku lihat. Aku masih mencari di sekitaran rumah, tapi tidak menemukan sosok ibu sama sekali.

Aku masuk kembali dan melihat keadaan kamar untuk membersihkannya kekacauan itu. Namun, saat ku lihat kamar telah kembali bersih. Daun-daun yang berserakan telah hilang.

Sebenarnya apa yang terjadi, aku benar-benar bingung. Aku pergi mencari ibu di sekitaran rumah tapi sama saja aku tidak menemukannya. Aku bergegas menelfon ayah tapi telfonnya sedang tidak aktif, aku menelfon kakek tapi telfonnya tidak di angkat juga. Ini membuat ku frustasi pilihan terakhir ku adalah kakak ku. Aku sangat bersyukur dia mengangkatnya. Dia mengatakan bahwa dia sedang menuju pulang jadi, aku memutuskan untuk menunggunya.

Waktu telah menunjukan pukul 4 sore. Aku tiduran di sofa ruang tamu sembari bermain beberapa aplikasi sosial media. Perhatian ku teralihkan saat aku mendengar suara motor yang memasuki pagar rumah kami. Saat ku lihat ternyata benar saja itu adalah kakakku.

"Ada apa sih?" Seru kakakku setibanya datang. Aku menjelaskan kepada dia apa yang tadi ku alami.

"Kamu udah coba menghubungi ibu?" Jujur saja aku gak kepikiran buat menelfon ibu. Karena buat apa aku menelfon nya jika ibu ada di rumah tadi.

"Yah sudah biar kakak yang telfon ibu" seru kakakku sambil mencari nomor ibu di ponselnya.

"Hallo bu?"

"Ia kenapa fandi?" Tanya ibu dari balik telfon.

"Lagi dimana bu?" Tanya kakakku.

"Lagi di jalan sama kakek abis dari kerabatnya" tanya ibu yang membuatku terkejut.

"Dikit lagi mau sampai rumah, tunggu aja temenin adek mu di situ" seru ibu sambil mematikan ponselnya.

Aku berani sumpah aku benar benar melihat ibu yang sedang menyapu di depan rumah. Kalau selama ini ibu pergi sama kakek terus ibu yang aku lihat dari tadi itu siapa.

"Ya udah tunggu di sini kakak mau mandi ganti baju dulu" seru kakakku.

"Cepetan aku takut" Seru ku.

"Dih udah gede aja takut" ejek kakakku.

Author

Deras air terdengar jelas dari kamar mandi. Saat bunyi air sudah tak terdengar lagi pintu mulai terbuka, menampakan sosok fandi yang hanya mengenakan handuk sepinggang. Fandi mulai memakai baju kaos polos dengan celana pendek yang biasa di kenakan di rumah.

Dia keluar kamar mendapati adam yang sedang duduk di sofa. Tapi ada yang aneh saat adam menatapnya keluar dari kamar dia menaruh satu jarinya ke bibirnya sembari mengisyaratkan untuknya agar tetap diam.

Apa yang sebenarnya yang ingin adiknya itu sampaikan? Fandi hanya mengangguk setuju.

Next Chapter >>

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang