Aneh

4.7K 604 133
                                    

'Satu hal lagi yang sedari tadi mengganjal di pikiran saya. Jika emang benar perkataan Haechan tadi, apa perasaan kamu untuk saya itu... murni hanya candaan?'

{}

Jeno menatap wajah damai Renjun yang baru saja tertidur. Ia menghela napasnya dan beranjak dari posisinya untuk keluar dari kamar. Ia berjalan ke arah balkon apartemennya dengan segelas kopi di tangan yang sebelumnya sempat ia seduh di dapur. Ia menghirup aroma kopi tersebut yang ternyata cukup bisa menenangkan pikirannya walau tidak seberapa.

"Haaah... nggak usah mikir yang aneh-aneh, Jeno." Gumamnya pelan.

Jeno menyesap kopinya sembari memandang ke arah pemandangan kota Jakarta di malam hari. Gedung-gedung tinggi menjulang dengan gemerlap cahaya lampu yang indah serta angin sepoi-sepoi yang terasa membelai wajahnya membuat dirinya kembali rileks. Aroma kopi arabika yang begitu menenangkan ikut membantu menjernihkan pikirannya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara ponselnya yang berbunyi. Ia sontak merogoh kantong celananya dan mengambil ponselnya lalu meletakkannya di kuping tanpa melihat caller id-nya terlebih dahulu.

"Ya, halo?"

"Jeno..." Jeno tersenyum ketika mendengar suara yang cukup familiar baginya.

"Mama?"

"Sibuk banget ya sampe-sampe lupa telpon mama?" Jeno terkekeh pelan.

"Nggak, ma. Jeno capek ngajar, setiap sampe rumah langsung tidur."

Berbohong sedikit gapapa lah ya?

Yakali Jeno harus jujur jika ia sering membawa muridnya ke rumah dan 'meniduri'nya hampir setiap malam ia menginap? Jika muridnya adalah perempuan, mungkin paling parah ibunya hanya akan murka. Tapi jika beliau mengetahui bahwa yang ditidurinya itu adalah laki-laki, bisa-bisa kena serangan jantung ibunya nanti.

"Ihs, anak mama satu ini. Bilangin abang kamu suruh telpon mama, hm?"

"Iya-iyaa."

"Jeno, gimana kamu udah punya calon belum? Mama pengen punya cucu, abis mama ditanyain terus sama tetangga kapan punya cucu soalnya anak mama udah pada gede-gede. Tinggal si adek Somi doang yang masih sma." Jeno sontak terdiam mendengar perkataan ibunya.

Inilah yang selalu dihindari dirinya dan juga Mark, kakaknya. Mark bahkan belum siap untuk mengenalkan calon pendampingnya pada sang ibu, apalagi Jeno.

Memang siapa calon yang akan menjadi pendampingnya nanti?

Masa depannya saja masih terlihat buram di pandangannya.

"Belum ada, Jeno sibuk ngajar." Balasnya datar.

"Emangnya anak mama ini nggak kecantol sama siapa-siapa?" Jeno terdiam. Kali ini cukup lama.

Satu nama yang terlintas di pikirannya.

'Renjun.'

"Hei, halooooo? Kok diem? Hayooo, kasih tau mama dong."

"Nggak ada, ma. Jeno abis minum kopi."

Teacher NOREN [Remake || END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang