Sweet

4.2K 498 81
                                    

"Kenapa, pak?"

"Kalau kamu dapet 100 di ulangan hari ini, besok kita jadian."

{}

Renjun terdiam sendu menatap kertas ulangan di tangannya. Kertas tersebut penuh dengan ceklis merah di atasnya sampai ia melihat satu coretan silang di halaman selanjutnya, lebih tepatnya di nomor terakhir. Bisa kalian bayangkan betapa sakitnya hati Renjun melihat nilai ujiannya yang nyaris sempurna dengan membawa harapan yang sangat tinggi dari angka tersebut? Renjun merasa dirinya bagaikan diporakporandakan saat ini.

97 :)

Melihat sebuah emoticon senyum di sebelah lingkaran nilai, Renjun merasa seperti dijatuhkan dari langit menghantam kerikil-kerikil tajam. Sebuah kesempatan emas yang nyaris saja didapatkannya, kandas begitu saja akibat tiga poin yang terbuang percuma.

Well, seminggu telah berlalu. Hari ini adalah hari Senin. Sebenarnya Renjun sudah curiga dari minggu lalu karena pada hari rabu, hari yang ditunggu-tunggu oleh Renjun. Hari dimana hubungannya dengan Jeno akan resmi, serta hari dimana ia melepas status jomblo abadinya. Ia bahkan sudah menyiapkan hati dan mentalnya sehingga menyebabkan dirinya tidak tidur semalaman. Namun, pada kenyataannya apa yang ia dapat?

Jeno bahkan bersikap normal seperti tidak ada apa-apa yang terjadi. Seperti dirinya tidak mengatakan apapun di hari sebelumnya. Bahkan ketika Renjun menyindir perihal nilai, Jeno hanya tersenyum. Otak Renjun sangat menolak untuk berprasangka buruk, sebab ia sangat amat yakin bahwa kali ini ia akan mendapatkan nilai sempurna dan bonus pengajarnya juga. Oleh karena itu ia berpikir bahwa Jeno akan menyiapkan kejutan seperti boneka besar di depan rumah dengan tulisan 'will u be mine?' misalnya atau rose petals yang memenuhi bagasi mobil membentik tulisan yang romantis gitu.

Tetapi untuk yang kedua kalinya ia tidak mendapat apa-apa. Tapi Renjun masih tetap berpositif thinking. Mungkin di hari selanjutnya Jeno akan menyiapkan sesuatu yang sangat romantis dibalik senyumannya hari itu. Ia terus berpikiran seperti itu hingga ia menggenggam dan melihat nilai matematikanya dengan mata dan kepalanya sendiri. Voila! Ternyata ini lah jawaban dari senyuman Jeno kala itu. Renjun pun hanya bisa menatap nanar angka 97 yang ditulis dengan tinta merah yang besar di bagian atas kertasnya.

"Back to earth, Syailendra." Panggil Jeno di sebelahnya yang membuat Renjun tersadar kemudian mengalihkan pandangannya dari kertas ulangannya.

"Iya, pak?"

"Kamu itu ada masalah apa sih sama 3+4? Kenapa hasilnya selalu 12?" Renjun mengernyit bingung.

"Bisa dicek di kertas kamu." Renjun tampak tidak percaya. Masa iya, ia bisa menulis hasil 3+4 itu 12 lagi? Renjun pun membalik kertas tersebut kemudian melotot ketika melihat angka 12 yang dilingkari dengan tinta merah.

"Eh iya."

'ASTAGANAGABUAHNAGA! YA ELAH JUN GOBLOK BENER ANJIR LAH TIGA TAMBAH EMPAT DUA BELAS LAGI.'

"Kan kemarin saya udah bilang ke kalian semua, kerjakan yang teliti. Banyak sekali saya temukan yang nggak teliti, Syailendra contohnya. Yaudah, nilai dibawah 75 kita remedial sekarang. Yang 75 ke atas, boleh keluar. Hari ini nggak ada pelajaran."

Terdengar dua respon yang berbeda dari murid-murid di kelas itu. Ada yang senang karena hari ini tidak ada pelajaran, tetapi ada juga yang sedih, sebal, dan gondok dikarenakan mendapat nilai 74 yang otomatis harus mengikuti remedial padahal nyaris aman. Haechan dan Jaemin contohnya. Meski mendapat nilai yang cukup besar, Renjun termasuk ke dalam golongan yang kedua. Sedih? Tentu saja! Ia melewatkan kesempatan yang begitu berharga karena hal yang sangat konyol.

Teacher NOREN [Remake || END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang