Bab 3

21 4 3
                                    

Jam pelajaran usai, waktunya mereka pulang sekolah.
Hanna, Rani, Nadia, dan Citra berbondong ke UKS membawa tas milik Susi, jika salah satu dari mereka sedang kesulitan pasti mereka selalu membantu satu sama lain, ga peduli sahabatnya salah atau benar.

"sus pulang yuk, kita antar atau ku pesenin taksi online?" tanya Citra sesampainya mereka di UKS

"gausah aku di jemput ibu kok" jawab Susi sambil memegang kepalanya yang terasa berat karena kelamaan nangis dan tidur

"yaudah ayo kita antar sampai depan gerbang" ujar Rani

Susi mengangguk, Rani dan Citra memapah Susi supaya bisa berdiri dan berjalan sampai depan gerbang sekolah mereka, Hanna dan Citra mengiri mereka dibelakngnya.
Ibu Susi sudah menunggu didepan gerbang, sehingga Susi bisa langsung pulang.
Hanna dan Citra juga sudah di jemput orang tuanya, Nadia dan Rani berjalan menuju parkiran motor setelah Susi pergi meninggalkan sekolah membonceng ibunya.

**

Hari berlalu, suasana hati Susi sudah tak sesakit dulu, Haris pun sudah mulai memaafkan dan melupakan semua kenangan bersama Susi walau kadang mereka sering canggung dan dalam hati paling dalam mereka masih merasa kehilangan tapi semua tercover rapi, semua kelihatan baik-baik saja padahal hatinya terluka.


Jam pelajaran pertama adalah biologi, setibanya dikelas, Hera yang merupakan guru biologi mereka langsung memberikan tugas kelompok yang terdiri dari empat orang dan pemilihan acak, bu Hera yang menentukan siapa saja anggota kelompok tersebut.
Keluarlah hasilnya, Hanna sekelompok dengan Susi, Rendi, dan Haris, berhubung Haris dan Susi masih canggung, Harris memilih pergi dan betukar kelompok dengan Raka, Raka pun menyetujui karena ia tidak memihak siapa-siapa, anggota yang lain pun hanya diam karena tidak ada pertanyaan yang menimbulkan persetujuan apakah mereka boleh bertukar kelompok atau tidak, Haris langsung saja memutuskan itu, jangankan minta persetujuan anggota lain ia bahkan tidak meminta izin pada guru yang telah menentukan kelompoknya itu, pikirnya bu Hera pasti juga tidak bakal hafal siapa saja anggota kelompok mereka.
Dan sekarang Raka sudah menggantikan posisi Haris.

"yang nulis elu ya Han, kan tulisanmu yang bagus" suruh Susi

"iyaa, boleh" kata Hanna

"sayang, tugasku ngapain nih?" tanya Rendi tertuju pada Hanna

"kalian browsing lah, ntar dikumpulin terus gue salin" jelas Hanna

"baik cintaaa" ucap Rendi

Susi menganngguk menandakan paham atas apa yang diperintah Hanna dan Raka cuma diam dan langsung melaksanakan tugasnya setelah mendengar perkataan Hanna itu. Sebenarnya Raka bingung, dia selalu mendengar Rendi memanggil Hanna dengan kata sayang "apakah mereka berpacaran?"ucap Raka dalam hati dengan muka polos dan kebingungan.

"eh Rak, diem aja lu kaya cacing kelaperan, ngomong kek" ucap Rendi

"ehhh kalian pacaran ya?" tanya Raka to the point.

"enak aja, amit-amit" cetus Hanna

"abis dari tadi Rendi mesra banget sama elu Han" lanjut Raka

"si Rendi emang suka gitu kalo sama Hanna, suka ga tau diri dan ga tau malu, ga jelas gitu lah, mereka ga pernah pacaran juga" jelas Susi

"iyaa kami ga pacaran tapi Hanna calon istriku, kenapa? Mau nikung gue lu?" jawab Rendi setelah dari tadi hanya menahan tawa karena pertanyaan Raka tersebut.

"bukaaaannnn, jangan percaya dia Rak, orang gila dia tu" jelas Hanna menahan emosinya yang pengen menjambak Rendi.

"sayangnya aku makin gemes kalo liat kamu lagi emosi gini" ucap Rendi sambil mencubit pipi Hanna dan Hanna otomatis langsung menghempaskan tangan Rendi.

Raka tersenyum "kalian lucu" ucapnya.

"makasihhhh, jadi ga enak gue" ucap Susi penuh percaya diri.

"bukan eluuu" terang Raka.

"buat gue Sus, makasih Raka udah bilang kami lucu, kami emang lucu dari lahir" ucap Rendi genit

"nyesel gue bilang gitu tadi" decak Raka

"udah yok pada lanjutin kerjain tugasnya" kata Hanna
Mereka segera melanjutkan tugas yang diberikan oleh guru biologi mereka.

**

Saat jam istirahat, Hanna tak pergi ke kantin atau hanya sekedar makan cemilan dikelas, ia memilih jalan-jalan di taman sekolah. Hanna tak mau makan karena ia tak mau pipinya keliatan lebih ngembang, badannya memang kurus tapi semua lemak terletak pada pipi tembemnya. Sesampainya di taman ia duduk sendirian, ia memikirkan apa saja yang ingin ia pikirkan, padahal ia hanya ingin menenangkan pikirannya yang selalu resah akan masa depan yang sebenernya tak perlu ia pikirkan di masa sekarang.

"ngapain lu sendirian disini?" ucap Harris membuyarkan lamunan Hanna dan langsung duduk disebelahnya.

"eh elu, lagi mencoba menikmati hidup nih" jawab Hanna

"yaelah, emang hidup lu ga nikmat? Kayaknya ga pernah gue liat lu ada masalah"

"emang semua orang perlu tau kalo gue lagi ada masalah?"

"ya engga juga sih, tapi orang kalau lagi ada masalah tu pasti kelihatan dari mimik mukanya dan gue ga pernah liat elu kaya lagi ada masalah"

"setiap manusia pasti punya masalah, dan lu tau kan kalo gue masih termasuk golongan manusia jadi gue juga punya masalah, lu ga tau karna lu ga merhatiin gue, yang lu perhatiin Susi terus sih, pantes aja kalo gue ga terlihat di mata lu"

"ohh lu manusia? Kirain macan sirkus. Enak aja, aku udah ga merhatiin dia lagi ya, dia aja ga merhatiin gue, yakali gue merhatiin dia, buang-buang waktu aja"

"halah, jujur aja gapapa kali, lu boleh bohongin orang lain tapi lu ga bisa bohongin diri lu sendiri"

"orang gue jujur, gue jujur sama orang lain dan diri sendiri, gue udah ga ada rasa sama sekali sama dia" tegas Haris

"eh sus, sini" teriak Hanna sambil melambaikan tangan dengan seseorang yang kelihatannya berada di belakang Haris.

Harris pun langsung menengok.

"ciehhh kaget, keliatan tuh masih cinta" ucap Hanna menggoda Haris, Hanna tidak menyapa siapa-siapa apalagi Susi, tidak ada orang disana selain mereka berdua, Hanna hanya iseng karena ga percaya kalo Harris sudah tak ada rasa lagi terhadap Susi.

"sialan lu Han" desis Haris kesal.
Hanna tertawa melihat muka Haris yang ketakutan sekaligus malu itu.

"ini nih yang lu maksud SUDAH TIDAK ADA RASA?" ledek Hanna

"kalo lu tadi manggil nama orang lain, pasti gue bakal nengok juga"

"heleh, alesaan teroosss" ucap Hanna tak percaya dengan kata-kata Haris.

"lu ga kekantin?"

"kagaa, diet gue" jawab Hanna

"yaelah orang lu kurus gitu masa diet"

"lu ga liat nih pipi gue? Udah kaya bakpao tau ga" keluh Hanna

"justru itu yang bikin lu tambah cantik Han"

"gue emang cantik dari dulu sih Ris, makasih ya"

"iyaa lu cantik dan lucu apalagi kalo lu senyum, andai gue dulu kenal sama lu duluan dan jadian sama elu pasti kita langgeng sampe sekarang"

"apaan sih Ris kok nglantur" ucap Hanna dengan muka yang mendadak tegang.

"apaan sih Han kok serius, gue becanda kali. Anggep aja ini balas dendam gue"
Ucap Haris sambil tertawa.

"yeeeee, ga lucu Ris"

"lucu banget tau Han, tuh liat muka lu tu udah kaya ketemu setan "

"iyeee, setannya eluuu" ucap Hanna lalu meninggalkan Harris sendirian di taman.

"eh dia bete, tunggu dong Han, ga supportive banget sih lu" ucap Haris yang langsung mengejar Hanna.

only yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang