Bab 4

8 2 1
                                    

Hampir satu jam setelah bel pulang sekolah berbunyi Hanna masih saja berada didepan gerbang sekolahnya, padahal ibunya sudah memberinya pesan bahwa ia tidak bisa menjemput Hanna dan menyuruh anaknya itu untuk pulang dengan kendaran umum tapi Hanna masih saja menyendiri.

Sepertinya ia ingin lebih lama sendiri, dari pada harus pulang ke rumahnya tepat waktu, ia masih ingin menikmati kesendiriannya, tak ada yang ia pikirkan, pikirannya kosong dan ia menikmatinya, ini seperti meditasi menurutnya, benar-benar aneh wanita anggun ini.

Tak lama kemudian, Raka dan Rendi datang menemui Hanna yang sedang melamun di depan gerbang sekolah.

“selamat sore sayang, kok belum pulang sih?” kata Rendi yang langsung memeluk Hanna

“udah selesai bersihin wc nya? Jangan deket-deket lu bau” ucap Hanna

Raka dan Rendi baru saja menyelesaikan hukuman membersihkan wc karena mereka sempat ketahuan menyontek saat ulangan harian pelajaran matematika tadi pagi.

“jangan bilang kamu nunggu kita berdua Han?” tanya Raka

“idiiihhhh, geer lu” cetus Hanna

“iyaaa nih tumben ga langsung pulang, masih kangen sama aku ya? Masih pengen ketemu sama aku kan pasti” ucap Rendi penuh antusias

Hanna hanya memutarkan bola matanya dan tak merespon perkataan Raka.

“kasian dicuekin, sini Han sama aku aja. Aku baik dan setia kok orangnya. Ga kaya Rendi tuh, semua cewe dia deketin” kali ini Raka ikut menggoda Hanna

“eh curuuuttt, diem lu! Jangan ikut campur masalah rumah tangga gue sama Hanna ya. Awas aja lu” tegas Rendi

“apaan sih, orang Hanna juga mau sama gue kok, iyaa kan Han?” ucap Raka

Hanna hanya menggelengkan kepala lalu pergi meninggalakan mereka berdua.

Sejak saat itu, Raka melakukan hal yang sama seperti Rendi, melakukan hal-hal konyol dan menggoda Hanna. Hanna pun selalu meresponnya dengan sikap dingin, karena ia sudah terbiasa dengan sifat gila teman-temannya ini, ia menganggap Rendi dan Raka hanya angin lalu, ga penting gitu lah makanya ia tak pernah baper dengan mereka berdua. Begitupun sebaliknya, Rendi dan Raka hanya menggoda Hanna dan tidak baper atau menganggap serius hubungan mereka.

**

Setelah dua kali lari memutari sekolah kerena ujian praktek olahraga, ada beberapa murid yang beristirahat di tepian sekolah selagi menunggun teman lain yang belum selesai memenuhi ujian.

Hanna baru saja sampai dengan muka pucatnya karena dehidrasi, ia langsung mengambil air minum lalu meminumnya kurang lebih setengah botol sekaligus dan ia masih saja kehausan, ia meneguk lagi, lalu tanpa disangka Raka dan Randi mendekti Hanna, kedatangan mereka yang tiba-tiba membuat Hanna kaget dan enggan meneguk minuman yang masih ada di pipinya, membuat muka Hanna semakin lucu karena pipinya tambah mengembang. Raka pun tak tahan melihat kelucuan muka Hanna itu, niat usilnya meronta-ronta.

Pyuukkkkkkk…….

Suara air yang ada di mulut Hanna keluar menyiram muka Raka setelah Raka menekan kedua pipi Hanna dengan kedua tangannya.

Semua orang yang melihatnya spontan tertawa, apalagi Rendi, ia tertawa puas melihat kekonyolan si Raka itu.

“ehh sory Rak, elu si jailnya ga maen-maen” ucap Hanna sambil mengelap muka Raka dengan tissu sembari menahan tawanya.

Raka yang tadinya merem melindungi matanya dari semburan maut tersebut perlahan sudah bisa membuka matanya setelah dibersihkan puing-puing percikan air di wajahnya itu oleh Hanna, entah mengapa jantung Raka berdetak lebih kencang dari biasanya setelah membuka mata dan mengetahui Hanna sedang membersihkan mukanya dengan tissue itu. Ia bahkan tak mendengar ledekan serta gelak tawa teman-temannya, ia hanya berfokus sama seorang wanita yang tepat berada dedepannya, ini aneh padahal biasanya ia tak pernah menemui hal seperti ini dengan Hanna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

only yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang