.
.
.
"Aaw, mataku sakit..." Ringisan Nais yang merasa sakit dan perih pada bagian matanya. Sampai dia tak bisa membuka matanya sama sekali.
"Air! Air... Minta air!" Pinta Manda yang cemas dengan keadaan Nais seperti itu.
"Nai, apakah terasa sangat saki?" Tanya Fadill yang merasa sangat-sangat bersalah memastikan Nais masih sadar.
"Iya..." Katanya lirih menahan sakit.
"Nai, bersihin dulu darahnya..." Ujar Manda sambil menyodorkan air di botol untuk membersihkan darah dari matanya.
Nais menengadahkan tangannya membentuk mangkuk untuk menampung airnya. Lalu ia basuhka secara perlahan di area mata yang berdarah. Hingga terus berulang seperti itu, karena darahnya cukup banyak keluar dari luka yang dibuat oleh kerikil bekas ditembakan Fadill. Manda dan yang lainnya mengira ini masalah yang serius, karena mata Nais terus mengeluarkan darah. Untung saja Ansor si anak yang teladan, membawa alat-alat P3K walaupun seadanya untuk dalam keadaan darurat seperti ini. Dilengkapi oleh Nashry yang mengerti dengan dunia kemedisan. Ia yang membalut dan membersihkan luka pada mata Nais secara seksama dan merata.
"Nai, luka ini akan menyebabkan sedikit pembengkakkan, jadi... Jangan terlalu khawatir..." Ujar Nashry meyakinkan Nais.
"Ah iya, aku mengerti..."
.
.
.
✨✨
.
.
.
Seusai membalut luka Nais dengan peralatan seadanya, mereka melanjutkan perjalanan menuju pos perkemahan kearah puncak gunung yang mereka daki. Jarak dari tempat mereka sekarang, sapai ke pos perkemahan, berkisar 32 menit dengan jalan santai.
"Ayo! Kawan! Semangat lagi!" Teriak Fadill membuat rasa semangat teman-teman kembali membara.
"Gimana Nai? Masih kuat kan?" Tanya Fadill berbisik pada Nais yang masih terduduk lemas saat itu.
"Ah iya, tentu!" Jawabnya penuh energi, padahal baru saja terjatuh.
Fadill tersenyum bangga pada Nais yang semangat tinggi demi menggapai puncak, menikmati setiap perjalanan dan menyaksikan keindahan alam yang tuhan ciptakan pada esok harinya.
.
.
.
Setelah 10 menit berjalan, semua terlihat baik-baik saja, namun tidak dengan Nais, ia merasakan pusing pada bagian kepala kirinya, pandangannya mulai kabur. Nais hampir terjatuh ke tebing jurang disisi kirinya, namun Fadill yang berada tepat di belakang Nais, karena Fadill merasa khawatir pada Nais yang belum lama terjatuh karenanya dari tingginya pohon. Ia langsung sigap menahan langkah Nais agar tak terperosok terlalu dalam ke arah jurang. Saat dalam tahana tangan Fadill, sejenak Nais memejamkan matanya, dan seketika semua kembali normal, dibarengi Nais melepaskan tahanan kedua tangan Fadill dari bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventurous Eyes [ Season 1] SELESAI✔️✔️
RandomMerelakan sesuatu dan berkorban dengan mempercayai bahwa Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih baik. "sejak kapan perasaan ini muncul?" "Aku... Aku tak memahami perasaan macam apa ini?" Fadill bersikeras untuk menguburnya dalam-dalam. "Awaaas...