part 05

6 0 0
                                    

.

.

.

Saat mereka kembali turun dari gunung, semuanya aman terkendali, tak ada kepungan para babi hutan lagi. Dan tak ada hujan lagi saat itu. Mereka aman, sampai kaki para pendaki ini tepat menginjak pada tanah yang mengantarnya sampai ke atas sana.

"Wahhh, gunungnya begitu tinggi..." Ujar Nais menoleh ke atas mengukur tingginya gunung yang telah ia daki bersama kawan-kawannya.

"Benar, kita bahkan berada diatasnya tadi..." Sambung Hamid menengadahkan kepalanya keatas mengikuti Nais yang mengukur tingginya gunung.

"Baiklah, kawan... Sampai ketemu lagi lain waktu! Kita pasti bisa naik lagi ke gunung ini kapanpun!"

Seru Fadill berpamitan pada Hamid, Sobar dan Anshor yang tentu saja berbeda tempat dan kota dengan Fadill, Abdul, Nashry, Zafir, Nais, Manda dan Ocha.
Merekapun pergi kearah yang berbeda

"Kak Hamid... Ga bakalan ada lagi orang kaya kak Hamid yang selalu ngeledek aku... Ngejailin aku... Ga ada temen berdebat lagi..."

Rengek Nais yang enggan berpisah dengan kolepnya si Hamid, yang 3 tahun lebih tua darinya.

"Iya, Nai... Idola babi, sekarang bakalan pulang..." Lebaynya Hamid dan Nais membuat teman-teman nya merasa geli sekaligus tertawa.

Mereka sepertinya memang cocok untuk menjadi teman penghibur di antara yang lainnya.

"Ingat Nai, setelah ini... Kamu harus langsung kedokter oke?" Pinta Hamid agar Nais segera mengecek matanya yang bengkak.

"Iyaa, kalo aku inget..."

"Kalian akan terus bicara? Ayo!"

Sela Sobar ditengah obrolan mereka, mengajak Hamid segera menaiki mobil yang telah menunggunya sedari tadi.

Mobil itu pun perlahan memutar rodanya meninggalkan Nais dan teman-teman lainnya.

"Hei! Idola babi... Jaga diri ya! Sampai jumpa!" Teriak Hamid menyatakan salam perpisahan.

"Iya kak! Sampai jumpa!" Sahut Nais sambil melambaikan tangannya tinggi-tinggi diudara,
Kini mobil yang dinaiki Hamid melaju dengan cepat. Hingga tak terlihat lagi dari pandangan Nais.

Sementara itu, Fadill dan teman-teman lainnya menunggu Nais di parkiran motor. Pada akhirnya, mereka pulang dengan mengendarai motornya masing-masing.

Sedangkan Fadill bersama Zafir, Ocha dengan Manda, abdul dan Anshor membawa motornya masing-masing.
Begitupun Nais yang membawa motornya sendiri.

"Nai! Kamu yakin mau bawa motor sendiri?" Tanya Anshor khawatir dengan keadaan matanya yang belum pulih sama sekali.

"Yaa... Iya, kan kalian juga bawa motornya sendiri-sendiri..."

"Bukan gitu Nai, kan mata kamu masih belum pulih..." Sambung Fadill yang ikut mengkhawatirkan keadaan Nais.

"Aah, tenang saja... Aku ga mau merepotkan siapapun..." Jelasnya pada semua temannya.

Tanpa lama-lama lagi, mereka langsung tancap gas, untuk mengarungi jalanan yang sangat ramai.

.

.

.

Sudah satu jam lebih mereka berada diatas motor, semuanya baik-baik saja dan normal. Tidak, sampai saat rasa sakit kepala Nais itu kembali lagi. Sekarang ditambah lagi matanya semakin nyeri dan mengganggu saat ia mengendarai motornya.

Adventurous Eyes [ Season 1] SELESAI✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang