🐣Two🐣

5.7K 302 44
                                    

Bulu kuduk Kania berdiri ketika angin kencang menerpa kulitnya. Semakin lama, malam semakin larut. Suara jangkrik dan hewan malam lainnya saling bersahutan, menambah kesan horor tempat tersebut. Kepala gadis itu menoleh ke berbagai arah untuk memastikan bahwa tidak ada hal yang patut dicurigai. Namun, indra pendengarannya menangkap
suara aneh yang berasal dari semak-semak.

“Bal, lo dengar sesuatu gak?” tanya Kania waswas.

“Sesuatu apa?” Iqbal balik bertanya.
Pemuda itu masih fokus pada motor sialannya yang mendadak tidak bisa berjalan ini.

“Suara tangisan bayi.” Kania memelankan suaranya, dan kembali berjongkok di samping Iqbal.

Semakin lama suara itu terdengar semakin nyaring, membuat Kania tanpa sadar meremas lengan kanan Iqbal dengan kuat.

“Aww, sakit, gila! Ngapain sih lo!?" Pekau Iqbal.

“Lo gak dengar apa kalau ada suara tangisan bayi? Sumpah gue takut banget, mana ini udah malam lagi.”

“Baru juga jam sepuluh,” jawab Iqbal yakin setelah melihat jam kecil yang melingkar dipergelangan tangannya.

“Dasar penakut lo! Mending kita cari tahu aja asal suaranya itu dari mana, biar gak penasaran.” Lelaki itu lekas berdiri
setelah ia mendengar suara tangisan yang dimaksudkan oleh Kania tadi.

“Lo gila ya, Bal? Kalau itu ternyata suara hantu gimana?”ujar Kania yang mau tak mau harus ikut berdiri juga ketika Iqbal mulai melangkah pergi.

“Hantu itu gak ada, Kania. Udah, lo mending ikutin gue aja sini.”Iqbal meraih tangan gadis itu tanpa permisi. Kemudian berjalan perlahan menuju semak-
semak yang berada tepat di samping selokan.

“Lo mau ngapain sih, Bal? Kita mending lari aja yuk...!" Kania menahan tangan Iqbal yang terus menariknya.

Sstt ... diam!"Iqbal memilih untuk berjongkok dan menyibak dedaunan kering yang memenuhi area selokan. Begitu dedaunan tersebut tersibak,  terlihat ada sebuah kardus berukuran lumayan besar yang mengeluarkan bunyi tangisan anak bayi. Iqbal semakin penasaran lalu mengangkat kardus tersebut ke tepi selokan.

"Bal, jangan di buka, Bal. Entar kalau itu ternyata isinya bayi bajang gimana?"

"Hush! Sembrono banget sih kalau ngomong," tegur Iqbal.

Kania mengatupkan mulutnya begitu melihat tatapan tajam dari Iqbal.

Tampaklah seorang bayi laki-laki yang menangis semakin kencang begitu Iqbal membuka penutup kardusnya.

“Astaga, ini beneran anak bayi?”ujar Iqbal sembari menyentuh pipi merah bayi tersebut. Kania yang semula
memejamkan mata dan bersembunyi di belakang punggung Iqbal sontak melongok ke depan.

“Iiini beneran anak manusia kan?"

'Ctak!

"Bukan, anakonda!" Jawab Iqbal setelah memukul jidat lebar gadis itu dengan gemas.

"Minggir-minggir, gue mau lihat," ujar Kania sembari mendorong tubuh Iqbal dari hadapan kardus tersebut.

"Ya ampun, anak siapa ini? Tega banget orang tuanya buang dia di sini.”

Iqbal celingukan mencari si pelaku, namun nihil.

“Kayaknya bayi ini udah ditinggalin lama dehsama orang tuanya-----eh, lo mau ngapain?” Iqbal menginterupsi pergerakkan Kania ketika gadis itu berniat untuk mengambil bayi laki-laki tersebut.

“Gue mau ambil bayi-nya. Kasihan banget dia mukanya sampai merah-merah kayak gitu,” jawab Kania.

“Jangan diambil! Nanti yang ada, malah kita yang kena tuduh udah buang bayi itu di sini.”

[1] Gara Gara Bayi | TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang