🐣Four🐣

3.8K 214 32
                                    

Beda hal nya dengan Iqbal yang sudah terpejam, Kania terlihat gelisah dengan terus merubah posisi tidurnya dan membuat kasur itu terus bergerak yang akhirnya membuat pemuda disebrang sana kembali terjaga.

"Lo bisa tenang gak sih? Gue ngantuk banget ini," ujar Iqbal dengan suara berat dan matanya yang setengah terpejam.

"Gimana gue mau tidur coba? ... g-gue takut di apa-apain sama lo," ujar Kania terus terang.

"Astaga yang bener aja lo, gue gak se mesum itu kali."

"Tapi kan--"

"Apalagi Kania Bramasta?" Iqbal membuka kedua matanya.

"Kenapa kita harus tidur sekamar dan satu ranjang begini sih? Kenapa lo gak tidur di tempat lain coba?"

"Ini rumah gue. Terserah gue mau tidur di mana pun, lo gak berhak ngatur," pungkas Iqbal. Lelaki itu kembali memejamkan matanya.

"Tapikan sekarang kondisi nya beda Iqbal!" Kania memiringkan badannya menghadap lelaki itu.

"Di sini gak ada kamar lain kecuali kamar satpam sama pembantu." Iqbal menambahkan.

"Kamar tamu?"

"Ada. Cuman gak ada kasurnya ... udah, buruan tidur. Gue gak tanggung jawab kalau besok lo kesiangan dan gue tinggal berangkat duluan."

Kania mencebik kesal seraya  menatap Iqbal yang asyik mengoceh dengan mata yang tertutup.

Se-mengantuk itukah lelaki ini?

Netra Kania kemudian beralih menatap bayi mungil yang ada ditengah-tengah mereka.

Bayi ini tak begitu merepotkan sejak tadi. Bahkan saking antengnya, setelah digantikan popok dan diberi susu formula, bayi ini tidak rewel dan kembali tertidur dengan pulas.

Tak lama, mata gadis itu pun terasa berat kemudian ikut menyusul kedua laki-laki berbeda usia disampingnya yang sudah tertidur lebih dulu.

***

Kania terbangun setelah mendengar suara seorang lelaki yang tengah melantunkan ayat suci Al-Quran.

Matanya mengerjap. Ia lekas duduk dan menyandarkan kepalanya di headboard.

"Salaamun hiya hatta matla'il-fajr ... Shadaqallahu'adzhim"

Iqbal mengakhiri ayat itu, menutup Al-qurannya dan meletakkan nya kembali ke atas meja kecil yang ada di kamarnya.

Kania masih setia memperhatikan Iqbal yang tengah membereskan sajadah dan melipat sarungnya.

Iqbal yang sadar sedang di perhatikan pun sontak berkata, "Biasa aja kali lihatinnya ... Gue gak bakal tanggung jawab ya kalau lo sampe suka sama gue."

"Dih, emang siapa juga yang suka sama lo?!"

Iqbal tak lagi menjawab. Lelaki itu membuka baju kokonya, dan melemparkannya ke sofa.

Kania masih setia menatap Iqbal yang kini hanya memakai kaos putih polos bekas tidur semalam.

"Suara lo ngaji tadi lumayan juga, Bal," ucap gadis itu seraya tersenyum meremehkan dan beranjak dari kasur.

[1] Gara Gara Bayi | TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang