❗️BUKU INI SUDAH TERBIT DAN INI VERSI REVISI TERBARUNYA ❗️
____________
Menginap
Iqbal memarkir motor matic-nya di garasi, setelah satpam membukakan pagar, dan mengizinkan pemuda itu masuk.
"Ini rumah siapa?" tanya Kania seraya turun dari motor Iqbal.
Gadis itu kemudian memperhatikan setiap detail rumah yang lumayan besar itu. Rumah dengan gradasi hitam dan abu-abu tersebut memiliki pekarangan yang cukup luas dengan dua orang satpam yang berjaga di depan.
“Rumah gua," jawab Iqbal santai.
“Apa? L-lu gila!? Kok lu malah ajak gua ke rumah lu, sih? Mau ngomong apa nanti kita sama orang tua lu kalau ditanya tentang bayi ini, ha!?" ujar Kania dengan panik.
“Ini rumah gua. Rumah pribadi gua,” ralat Iqbal atas ucapannya tadi.
“Papi sama mami gua gak tinggal di sini, tenang aja.”
“Ha, gimana-gimana?”
“Udah, gak usah kebanyakan ha-ho ha-ho kayak begitu. Buruan masuk! Kita sama bayi itu bakalan aman di sini.”
“Lu serius?”
“Serius lah, buruan masuk!"
“Iya-iya, sabar.” Kania menurut, ia ikut masuk ke dalam rumah bernuansa serba putih itu bersama Iqbal.
“Bi Ningsih, Iqbal pulang!” seru Iqbal sekali lagi ketika ia sampai di ruang tengah rumahnya.
“Ini benaran rumah pribadi lu, Bal? Lu tinggal di sini sendirian? Tiap hari?” tanya Kania.
“Gak tiap hari juga, sih, kadang-kadang aja.”
“Eh, Den Iqbal, tumben pisan atuh jam segini baru pulang?” ujar seorang wanita paruh baya yang datang menghampirinya.
“Iya, tadi Iqbal ada kerja kelompok dulu. Tolong siapkan kamar Iqbal ya, Bi.”
“Siap, Den!” Wanita bernama Ningsih itu lantas pergi menaiki anak tangga yang menuju ke kamar Iqbal tanpa peduli pada sosok Kania yang berdiri di samping anak majikannya tersebut.
“Tiap anak di keluarga Aditama memang dikasih rumah masing-masing kayak begini, ya?” tanya Kania lagi.
“Enggak juga, sih. Gua pengin aja. Lagian jarak rumah ini ke sekolahan lebih dekat ketimbang dari rumah orang tua gua,” jawab Iqbal setelah meneguk habis air minumnya.
Kania ber-oh ria seraya mengangguk paham.
“Mau minum enggak?” tawar Iqbal.
“Mau, dong. Tapi ambilin ya," Kania tersenyum lebar hingga deretan gigi-gigi putihnya terlihat.
“Tuhan menciptakan dua tangan itu untuk dipakai, Kania.”
“Iya, tapi kan gak bisa, gua lagi gendong bayi sekarang.”
“Halah, alasan! Taruh dulu aja bayinya ‘kan bisa.”
![](https://img.wattpad.com/cover/243040856-288-k454556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Gara Gara Bayi | TERBIT
Fanfiction💫TELAH TERBIT DI ND MEDIA PUBLISHING💫 Buku ini bercerita tentang sepasang anak remaja yang harus menanggung dosa orang lain dan mengorbankan masa depan mereka demi seorang bayi yang tak sengaja mereka temukan. Hubungan persahabatan, kekeluargaan...