"Pergilah, aku terlalu berbahaya untukmu,"
Sedari awal harusnya aku sadar, dia memang tidak main-main dengan perkataanya. Dia pembunuh, dia iblis yang bersembunyi di balik tubuh manusia. Aku menyesal telah mengenal lelaki itu!
Park Seonghwa - a...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Madrid, Spanyol 2015 ----------------------------------
Berkali-kali netranya mengalihkan pandangan pada sang penentu waktu yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Berkali-kali juga ia menghembuskan nafas lelah dengan ekspresi wajah yang terlihat kacau. Kini netranya mengalihkan pandang ke ujung lorong sana. Seseorang yang ia tunggu masih saja belum memunculkan batang hidungnya, sementara waktu terus berjalan.
"Ck! Sepertinya pecundang itu tidak akan datang!" Song Mingi melipat tangannya, lalu memilih untuk duduk. Berdiri selama lima belas menit cukup membuat lututnya terasa pegal.
Choi San, pria yang tengah uring-uringan itu menatap sosok Mingi tak suka. "Jaga ucapanmu! Seonghwa bukan sosok pria yang barusan kau ucapkan!" Mingi mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari menyunggingkan senyum. "Hah, bela saja pecundang itu sampai mulutmu berbusa!" Gumam anak itu.
"Ini pertemuan besar, masih saja menjadikan siput sebagai panutan!" Choi Jongho yang tengah bersender pada dinding kantor ikut mencibir.
Telinga San benar-benar lelah mendengar semua cibiran itu, ia hanya memilih diam tanpa memperdulikannya.
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki yang sama sekali tidak asing di telinga Choi San. Pria Choi itu menoleh dengan cepat ke arah sumber suara, dan akhirnya bisa menghembuskan nafas lega saat netranya menangkap sosok Park Seonghwa yang tengah melangkahkan kakinya menuju tempat San berdiri sambil menggulung lengan kemejanya.
"Bajingan itu kembali." Song Mingi merotasikan bola matanya.
"Terlambat, terlambat dan terlambat. Selalu seperti ini, aku kira kau tak akan datang!" Gerutu Choi San, menatap malas sosok yang lebih tinggi beberapa centi dari tubuhnya itu.
"Aku tidak akan melewatkan yang satu ini." Seonghwa menatap San datar sembari menyunggingkan senyumnya.
Dengan ekspresi acuhnya, Seonghwa berjalan mendahului mereka semua yang semula tengah berdiri menunggu kehadirannya. Ia tak bisa selalu berkumpul di setiap saat dengan rekan kerjanya. Ah, sebetulnya Seonghwa tidak pernah benar-benar menganggap mereka sebagai rekan kerja, melainkan kelinci percobaan yang akan dia bunuh satu-persatu. Lagipula ia hanya akan mengunjungi tempat ini hanya beberapa bulan sekali saja. Kecuali memang ada urusan yang benar benar menyangkut namanya, seperti yang terjadi hari ini.
"Kapan dia akan menghargai kita? Kita seperti babu-nya saja!" Song Mingi menggerutu dengan penuh emosi.
"Meski begitu dia sangat menyayangimu!" Goda Jung Wooyoung pada Song Mingi.
"Aku tidak pernah meminta belas kasih sayang darinya!" Dengan tatapan tajamnya Song Mingi berjalan menyusul Choi San.
"Harusnya kau tidak menggoda Mingi seperti itu!" Bisik Kim Hongjoong pada telinga Jung Wooyoung seraya menahan tawanya. Song Mingi memang sedikit sensitif jika obrolan ini menyangkut nama si pemilik perusahaan ini. Entahlah, ia sangat membenci Seonghwa dari segi apapun.
"Cukup! Seonghwa akan murka jika tahu kelakuan kalian seperti ini di belakangnya!" Omel Kang Yeosang yang sedari tadi cukup lelah mendengar celotehan anak anak ini. Sontak Jung Wooyoung dan Kim Hongjoong langsung senyap seketika dengan bibir yang menahan tawa tentunya.
Setelah itu Seonghwa dan para kelinci percobaannya, langsung memasuki ruang meeting dimana sudah ada beberapa client dari negeri sakura, jepang yang menunggu kehadiran Park Seonghwa disana.
"Ohayogozaimasu!" Park Seonghwa membungkuk hormat pada client baru yang meminta bergabung dengan perusahannya. CEO, Co-CEO dan seluruh rekan kerjanya berdiri, menyambut baik Park Seonghwa dan rekannya.
Park Seonghwa mempersilahkan mereka untuk duduk kembali, dan mulai membahas mengenai persyaratan apa saja agar perusahaan mereka bisa di terima untuk bergabung. Semula meeting berjalan baik-baik saja, namun CEO dari jepang tiba tiba saja menggebrak meja sambil berdiri setelah Seonghwa melontarkan permintaan saham.
"Apa baru saja anda menginginkan perusahaan kami ambruk dengan saham yang anda minta sebesar itu?" Lelaki dengan postur tubuh berisi itu menggebrak meja, membuat suasana hening untuk seketika. Sementara Seonghwa hanya tersenyum getir.
Seonghwa berdiri dengan santai seolah keadaan sedang baik-baik saja, ia bahkan sempat membenahi letak dasinya dulu sebelum menatap wajah CEO jepang itu dengan datar. "Sebesar itu keinginan anda untuk bergabung dengan perusahaan ku? Sampai kau tak mau menunggu kedatangan ku ke Jepang Minggu depan, dan memilih untuk mendatangiku jauh jauh dari Jepang ke Madrid? Se-niat itukah?!" Seonghwa menatap CEO Jepang dengan senyum mengerikan andalannya.
"Dengan aku yang memenuhi permintaan pertemuan mu, dan memperbolehkan perusahaan mu bergabung dengan milik ku saja, aku rasa itu sudah termasuk keuntungan besar untuk perusahaan mu. Karena tidak sembarang perusahaan bisa bergabung dengan perusahaan miliku. Apa kau menginginkan seluruh aset perusahaan-mu tersedot habis oleh ku?" Seonghwa berujar santai, dengan senyuman licik di akhir kalimat.
Wajah CEO Jepang memerah padam. Ucapan Seonghwa barusan benar-benar menyulut emosinya. Kedua tangan CEO Jepang terkepal erat membuat urat-urat tangannya terlihat sangat kentara. "Ini sebuah penipuan!" Bentak CEO jepang itu sembari mengarahkan shotgun yang tersembunyi dari balik tuxedo hitamnya ke-arah Park Seonghwa. Park Seonghwa kembali menyunggingkan senyumnya disaat anak buah dari CEO jepang itu juga mengarahkan shotgun miliknya pada pelipis Seonghwa.
Rahang Jung Wooyoung terkatup erat. "Biar aku yang menghabisi mereka semua!" Baru saja ia maju beberapa langkah, namun tangannya segera di tarik oleh Seonghwa. Seonghwa mengangguk kecil, menandakan bahwa ia baik-baik saja saat ini. Jung Wooyoung menurut, meski keinginan untuk membunuh sangat meronta dalam jiwanya.
Netra Seonghwa kembali memandang CEO Jepang dengan wajah datar. "Jadi seperti ini cara pemimpin perusahaan tersohor menyelesaikan masalahnya?"
Pelatuk perlahan di tariknya, namun sebelum peluru itu menembus otak Park Seonghwa - Jung Wooyoung lebih dahulu menjentikkan jarinya untuk memanipulasi ingatan semua client dari Jepang tersebut. Disaat itu juga mereka terlihat kebingungan dengan apa yang mereka lakukan.
"Ambil alih seluruh perusahaan mereka sekarang juga!" Park Seonghwa berujar, menatap Kim Hongjoong dengan tajam. Matanya bergerak seolah mengatakan 'cepat!'
Kim Hongjoong mengangguk, dengan cepat ia mengotak-atik laptop miliknya. Menerobos akun pribadi perusahaan mereka dengan cepat. Karena keahliannya dalam meretas akun seseorang, Hongjoong hanya membutuhkan waktu kurang dari lima detik untuk mencuri data pribadi dan mengalihkan seluruh aset perusahaan menjadi atas nama Park Seonghwa sepenuhnya.
Sementara itu Choi Jongho menyempatkan untuk mengambil gambar mereka yang tengah memegang pistol dengan kamera ponselnya. Bukti ini bisa menjadi alasan kuat untuk polisi setempat menyegel perusahan mereka.
Setelah semuanya selesai, Jung Wooyoung kembali menjentikkan jarinya-yang seketika membuat mereka kembali sadar sepenuhnya.
"Tidak apa jika kau tidak ingin bekerjasama dengan perusahaan kami. Karena masih banyak perusahaan yang menawarkan dirinya untuk menjadi bagian dari feezland. Kami pamit, terimakasih." Tanpa basa basi Choi San langsung meninggalkan ruangan.
Sama halnya dengan yang Choi San lakukan, yang lainnya juga melakukan hal yang sama. Sementara Choi Jongho yang berjalan di urutan terakhir masih sempat-sempatnya memperlihatkan hasil jepretannya barusan. "Saya menjadi fotografer yang sangat baik hari ini." Jongho tersenyum puas, sementara mereka hanya diam kebingungan sembari memperhatikan shotgun yang tengah mereka genggam erat.