다시 만나다 - Meet Again

129 48 31
                                    

Yiruma — Kiss The Rain

Gedung Tua - Madrid, Spanyol 2015

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gedung Tua - Madrid, Spanyol 2015

Pintu yang di dobrak secara paksa benar-benar menghasilkan suara bedebum yang sangat keras. benar-benar memekakan telinga sekaligus membuat orang-orang di dalam ruangan terkejut bukan main.
Dugaannya memang benar, orang dalam yang berusaha meruntuhkan perusahaannya secara perlahan ternyata memang adik tirinya sendiri. Song Mingi.

Kim Hongjoong mengarahkan shotgun miliknya ke atap-atap ruangan, lalu ditariknya sang pelatuk hingga menimbulkan suara nyaring yang terdengar sangat menakutkan di telinga siapapun yang mendengarnya. "Semuanya tiarap!" Kim Hongjoong berteriak sembari mengarahkan shotgun miliknya pada beberapa anak buah Song Mingi.

Saat netranya menangkap sosok Song Mingi dari kejauhan, Park Seonghwa segera berlari lalu menarik paksa kerah baju Mingi dan membenturkan tubuh anak itu pada dinding ruangan. Seonghwa mencekik leher mingi kuat dengan sebelah tangannya yang lain mengengam erat pistol revolver.

"Apa motif mu melakukan semua ini hah?!" Meskipun rahangnya terkatup menahan amarah, jauh dari lubuk hatinya ia sangat menyayangkan atas sikap Song Mingi yang sangat berlebihan padanya.

"Berhenti berceloteh! Bunuh saja aku!" Song Mingi berteriak di depan wajah Park Seonghwa.

"Mingi berhentilah bersikap seperti ini pada kakak mu. dia Park Seonghwa, kakak mu. Seburuk apapun dia di matamu dia tetap kakak mu, ..."

"San!" Park Seonghwa mengingatkan Choi San untuk tidak banyak bicara disini.

"Terlalu banyak omong!" Song Mingi mendorong tubuh Seonghwa, menindihnya dan dengan bebas memukuli kakak tirinya itu sampai babak belur.

Seonghwa hanya diam, dia tak berkutik sama sekali. Bahkan saat mulutnya memuntahkan darah sekalipun, dia hanya diam membiarkan Song Mingi menghabisinya.

Kim Hongjoong, Jung Wooyoung, Choi San dan Kang Yeosang hanya diam sebagai penonton. Mereka tidak ingin ikut campur, karena Seonghwa tidak menyukainya. Jadi biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri.

Song Mingi menarik kerah baju Park Seonghwa. "Cepat bunuh aku!" Ia kembali berteriak.

Dengan menahan sakit di area rahang dan bibirnya yang berdarah, Park Seonghwa masih mencoba mempertanyakan apa kesalahannya. "Aku tahu, aku sangat hafal dengan gerak-gerik mu yang sangat tidak menyukai ku. Kenapa? Apa sebelumnya aku punya kesalahan yang terlampau besar padamu mu? Sampai membuatmu begitu membenci ku, kakak tirimu sendiri." Ujar Park Seonghwa dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya. Meskipun terkadang kalimatnya sedikit terpotong-potong karena sakit pada sudut bibrnya.

Song Mingi berdiri, menghapus sisa darah Park Seonghwa yang masih menempel di tangannya. "Kau tidak pernah menghargai usaha seseorang. Kau selalu mengambil hak milik perusahaan orang dengan sesuka hati mu, lalu menggunakan uang-uang itu untuk menyewa gadis bayaran, beberapa botol alkohol, dan bermain kartu. Kau bahkan tidak pernah memikirkan konsekuensi di masa yang akan datang. Kau hanya memikirkan ke-egoisan mu saja! Kau akan merasakan sakitnya di tinggal seseorang karena sebuah kekecewaan yang mendalam suatu hari nanti!"

"Sudah bicaranya?" Seonghwa menatap Mingi dengan sebelah alis terangkat. Park Seonghwa tersenyum, meremehkan ucapan Song Mingi barusan. Park Seonghwa berusaha bangkit dengan tubuhnya yang terasa sangat sakit karena terdapat luka di mana-mana.

Sementara itu Song Mingi sudah bersiap untuk menghajar Park Seonghwa dengan satu balok kayu yang tengah ia genggam saat ini. Namun Park Seonghwa tidak sebodoh itu. bertepatan dengan Mingi mengangkat baloknya, dengan segera Park Seonghwa mengambil kembali sang revolver dari dalam saku celana. Mengarahkannya pada kepala Song Mingi. Lalu menarik sang pelatuk. Dalam hitungan kurang dari sedetik peluru melesat cepat mengenai bagian sisi kepala, membolongi bagian pelipis, menembus otak dan memuncratkan darah segar berwarna merah pekat disana. Peluru itu melesat dengan cepat, sehingga tak dapat dihindari oleh Song Mingi. Song Mingi kehilangan keseimbangan. ia jatuh berguling di lantai, menyatu dengan darahnya sendiri. Darah terus mengalir dari pelipisnya membentuk sebuah kubangan merah yang membasahi tubuh Song Mingi. Song Mingi tak percaya ia kalah, ia hanya mampu membelalakkan matanya tak percaya, namun pada akhirnya ia harus tumbang. 'Issabella' menjadi satu nama yang terucap pada nafas terakhirnya. Mulutnya terus mengeluarkan darah meski anak itu sudah tak bernyawa. terlihat sangat indah melihat seseorang tersiksa menuju kematiannya sendiri di mata Park Seonghwa. Orang awam mungkin akan mual jika melihat kondisi Song Mingi saat ini. Namun tidak dengan Park Seonghwa, baginya ini adalah sebuah karya. Karya yang ia buat dengan tangannya sendiri. Dihampirinya tubuh Song Mingi yang sudah menjadi mayat mengenaskan, dan diinjaknya kepala anak itu hingga membuat sebagian otaknya terburai.

Park Seonghwa menyeringai, dengan cepat ia menoleh pada orang-orang yang menjadi anak buah Song Mingi. Dan menembak mereka secara tragis menggunakan shotgun yang tersimpan di saku celana nya.

"Buang mayat-mayat itu, atau bakar saja mereka!" Park Seonghwa berujar pada Jung Wooyoung, Kim Hongjoong, dan Choi San yang berdiri tak jauh darinya.

"Mereka biar kami yang urus, pergilah. Jangan lupa bersihkan diri mu dari darah menjijikan itu!" Sahut Choi San yang di balas anggukan kecil oleh Park Seonghwa.

Park Seonghwa menepuk-nepuk lengan bajunya yang terkena cipratan darah segar milik Song Mingi sembari berjalan gagah menuju pintu keluar dari gedung terbengkalai ini. Baru saja ia memegang kenop pintu, namun pintu itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya.

Terlihat seorang gadis di balik sana dengan menjijiing dua plastik hitam di tangan kanan dan kirinya. Gadis itu mendonggak memperhatikan wajah Park Seonghwa yang di penuhi darah dan luka lebam di mana mana.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini? Mana Mingi?!" Tiga pertanyaan itu ia abaikan. Park Seonghwa hanya menggeser sedikit badannya agar gadis itu mampu melihat karya indah yang ia lukis dengan tangannya beberapa menit yang lalu.

Dua jinjing plastik yang ia genggam erat terjatuh sudah,membuat isi dari plastik itu berserakan dimana-mana. Kedua tangan digunakannya untuk menutup mulut yang tengah menganga tak percaya. Jangan tanya air mata, bahkan sejak detik pertama ia melihat kondisi Song Mingi air mata telah mengambil alih seluruh wajahnya.

Gadis itu berlari, memeluk erat tubuh Song Mingi, tak memperdulikan Bau amis yang mulai menyeruak menusuk Indra penciuman. Dia menjerit, menggoyangkan tubuh Song Mingi kuat berharap anak itu akan kembali membuka matanya. "Mingi! Ayolah bangun, aku disini bersamamu. Bangun, kumohon bangunlah!" Namun nihil, anak itu sama sekali tidak membuka matanya sedikitpun. Issabella telah kehilangan lelakinya.

Kini bola matanya mengarah pada Seonghwa, menatap lelaki itu dengan tajam. Berlari ia menghampiri Park Seonghwa lalu ia menampar, memukul, dan meninju dadanya berkali kali. "Kenapa kau melakukan semua ini?! Pembunuh, kau adalah pembunuh!" Sakit, tapi Park Seonghwa hanya diam menerima perlakuan dari Issabella.

Sangat lama, sampai detik berikutnya Jung Wooyoung menghentikan aksi gadis itu dengan memukul kepalanya dengan sebuah balok kayu. Issabella terjatuh dengan darah segar mengalir dari kepala bagian belakangnya.

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk memukulnya, Jung Wooyoung!" Park Seonghwa menembak dada lelaki Jung itu dengan pistol revolver miliknya.

"Bawa gadis ini ke rumah sakit terdekat, dan biarkan Jung Wooyoung membusuk di gedung ini bersama mayat lainnya!"

ISSABELLE || park seonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang