BAB 2

9 3 4
                                    

Amira masih tertidur pulas di tempat tidur bima dimana disana suasananya terasa lebih dingin, selama itu juga bima tak pernah berpaling dari sebuah gelang yang melingkar di tangan kanan amira.

"eh" amira tersadar dan langsung mendudukan tubuhnya di tempat tidur bima karena ia merasa terkejut melihat bima yang tengah duduk menatap ke arahnya.

"lo ngapain disini?" bima hanya menatap sekilas kearah amira lalu terbangun dan pergi meninggalkan amira sendiri.

Sepeninggalan bima seorang paruhbaya datang dengan membawa nampan yang berisi teh hangant dan beberapa cemilan.

"sudang bangun neng, ini bibik bawain teh hangat sama cemilan buat neng" wanita itu meletakannya di nakas.

"tadi itu siapa?"

"tadi itu den bima yang bawa neng ke sini dalam keadaan pingsan" jelas wanita itu.

Tania terdiam dan memutar kembali ingatannya "gue pingsan" batin amira.

"kalau begitu bibik kembali kedapur dulu, kalau neng perlu sesuatu panggil bibik saja" amira hanya tersenyum sambil mengaguk kecil dan wanita itu pergi meninggalkannya sendiri.

"gue harus pulang"

Amira membuka selimut yang menutupi tubuhnya dan beranjak dari tempat tidur lalu mengambil tasnya yang berada di sofa fekat jendela lalu menuruni anak tangga.

"lo mau kemana?" langkah amira terhenti dan mendapati bima sedang terduduk di meja makan namun tak melihat kearah amira.

"gue mau pulang!"

Bima hanya terdiam dan meneguk setengah air yang berada di genggamannya. Sedangkan amira pergi begitu saja setelah tak ada jawaban dari bima.

Hari semakin gelap tidak ada angkutan umum yang melintas di sekitaran jalan, gemuruh terdengar nyaring di telinga gadis itu pertanda hujan akan tiba sebentar lagi.

Dalam sekejap rintik hujan mulai berjatuhan di bumi, amira mentap lagit sejenak lalu kembali melanjutkan perjalanannya.

Hujan semakin deras,amira juga tak mau berhenti untuk terus berjalan sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada karena merasa jauh lebih dingin.

Amira yang seolah tak menghiraukan jalan bahwa ia kini berada di tengah jalan yang sepi sambil menunduknankepalanya, tanpa ia sadari sebuah truk melaju kearahnya.

Tin.

"aaaa" amira mengarahkan kedua tangannya kearah mobil yang akan menabraknya dengan kedua mata yang di pejamkan.

Seketika waktu terhenti amira mzerasakan tubuhnya baik-baik saja dan memutuskan untuk membuka matanya dan ya! Ia melihat waktu berhenti di depan matanya.

Airhujan seolah melayang di hadapanya, mobil berhenti dengan sorot lampu yang masih menyala terang.

Amira berlari pergi meninggalkan tempat itu ia tak menghiraukan apa yang terjadi pada dirinya yang terpenting ia selamat dari maut yang hampir merenggutnyawanya itu.

Dirasa berlari cukup jauh amira menarik nafasnya perlahan dan saat ia ingin melanjutkan perjalananya sebuah mobil terhenti di hadapannya, ia mulai ketakutan.

Seorang pria turun dari mobil itu menggunakan payung berwarna hijau dan berjalan kearah amira.

"lo siapa?"

"gue anter lo pulang!"

"lo kan cowok yang di rum-" belum selai gadis itu melanjutkan ucapanya bima langsung menariknya dan membawanya ke dalam mobil.

SELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang