Speechless 3

101 36 56
                                    

Janjimu bagaikan dedaunan kering yang berguguran, sedikit demi sedikit dihembuskan angin sore itu hingga tak ada yang tersisa. Bahkan jejakmu pergi tanpa pamit.
****

Kala itu, kau menyapaku dengan senyuman, melambaikan tanganmu lalu menatapku dengan lembut.  Tapi kini kamu memilih pergi dengan dia yang tidak pernah kubayangkan akan mengambilmu dari hatiku...

"Rora"....teriakan sang ayah, yang sedari tadi memanggilnya.

Lamunan Aurora seketika buyar dan terkejut, ketika teriakan sang Ayah melengking dan hampir memecahkan gendang telinganya. 

iyaa Ayah "sahut Aurora sambil melangkahkan kakinya satu demi satu pada anak tangga".

Ayah mau pergi keluar kota, tidak apa-apa yaa Aurora dirumah?. "sambil memeluk Aurora dan menepuk pundaknya sambil meninggalkan Aurora"

Tidak apa-apa Yah...sambil salim tangan sang Ayah.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Sesaat hati ini kesepian, biasanya handphone berbunyi dan tak henti berdering, namun kini sepi kayak kuburan huuft "Aurora berbaring menatapi handphone di genggamannya, sambil membuka beberapa aplikasi yang biasanya diributkan orang penting selama ini".

Yaah, maklum namanya juga baru diputusin sang pacar yang jadi mantan. tambah dia baru aja kehilangan pekerjaannya. jadi hari-harinya cuman ditemani kesepian.

Ehh, tidak terasa air mata pun membasahi pipi mungilnya, walau begitu Aurora tetap selalu menunjukkan senyuman dan cerianya kepada semua orang, namun didalam kesendiriannya hatinya terlalu rapuh.

Sesekali pikiran ini terganggu dengan bayanganmu, saat air mata terjatuh tangan lembutmu menghapusnya, menemani saat hatiku kesepian, bahkan saat mulai lelah jalani hari-hari kamu selalu ada buat hati ini. "sambil memangku kedua tangannya yang ditimpa kepalanya dan berbaring menatapi foto kita berdua.

Ahh sudahlah, buat apa sih mikirin masalalu yang dipikirin aja udah bahagia sama yang lain. "Sambil menghelai nafas Aurora menghempaskan lamunannya".

Aurora melanjutkan istirahatnya, sambil memasang earphone ditelinganya dan memutar musik kesukaannya. Lalu ia pun tertidur.
*
*
*
*
Tok...tok...tok
Permisi mbak
Suara yang begitu nyaring membangunkan Aurora.

ahhhhh  "menguap sambil kucek-kucek mata", siapa pagi-pagi gini bertamu kerumah orang yaa? sembari kucek-kucek mata Aurora menarik selimutnya lalu perlahan melangkahkan kakinya menuju pintu depan tepatnya pusat suara yang sedari tadi memanggil-manggil.

Iya sebentar, sambil membukakan pintu.

"mengantarkan paket buat mbaknya" sambil menodorkan kotak berukuran sedang.

Dari siapa yaa? pikir Aurora sambil menerima paket tersebut. Terimakasih ya mas "sambil menutup pintu, Aurora pun mencoba membukanya dikarenakan rasa penasarannya.

Tiba-tiba air mata Aurora pun terjatuh, pagi-pagi sudah dikejutkan bingkisan yang merusak hatinya dan mood nya.

Ternyata paket tersebut berasal dari sang mantan, mengirimkan Aurora undangan pernikahan sambil mengembalikan jam tangan yang pernah di berikan oleh Aurora untuknya.
Setelah Aurora melihat bingkisan tersebut, ia memilih untuk berdiam didalam kamar, menangis dan meratapi nasibnya.

bagaimana tidak, Aurora baru beberapa minggu putus sudah ditampar dengan kabar yang menyakitkan. Sungguh mudah sekali baginya untuk menemukan penggantiku 😭 "Aurora pun menghiasi kamar tidurnya dengan tissue yang sedari tadi menemani kesedihannya".

Bodoh sih jadi cewek, tapi eh gak tau kan inilah rasanya disakiti. pahami yaa hati yang terluka ini.
Aurora juga masih manusia kok, masih bisa rasakan sakit, eh namanya juga ditampar sama mantan pake undangan pernikahan. harap maklum yaa


*Specchless*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang