3. Objek

511 74 8
                                    

Bijaklah dalam membaca^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bijaklah dalam membaca^^
.
.
.

Aku tahu tangannya yang merangkul lenganku tadi hanya sandiwara saja untuknya. Buktinya, saat kami telah jauh dari sekolah, gadis ini segera melepaskan tangannya. Aku tak peduli, lagi pula lebih bebas jika berjalan tanpa genggaman darinya.

"Kau tidak boleh berbicara kasar Naruto.." Sakura membuka suaranya terlebih dahulu.

Aku meliriknya sekilas. "Kapan aku bicara kasar?" tanyaku yang memang tidak tahu di mana letak ucapan kasarku.

Gadis itu berdecak pelan dengan alisnya yang tertekuk tajam. "Kau tidak ingat kemarin dan pagi tadi bicara kasar pada Sasuke-kun!"

Aku bisa merasakan ada sedikit rasa amarah di kalimatnya. "Dia memang pantas mendapatkannya," jawabku yang ingat jelas wajah Uciha itu tercetak jelas seperti membenciku.

"Kau ini Naruto... Apa kau mau dijauhi semua orang dan menjalankan hidup SMA-mu tanpa pertemanan? Kau ini punya hati atau tidak sih?"

Pertemanan? Hati? Bahkan aku juga ragu apa aku memiliki itu atau tidak? Mungkin untuk perasaan saja aku tidak punya. Darimu saja aku tidak merasakan apa pun selama berpacaran. Kau adalah objek percobaan yang gagal Sakura.

"Kau mendengarkanku tidak sih!" ujarnya yang berdecak kesal.

Aku mendesah pelan lelah mendengar ocehannya terus-terusan. Rumah kami berlawanan arah membuatku langsung belok ke arah kanan, dan membiarkan Sakura yang diam di persimpangan jalan.

"Naruto! Kau manusia berhati batu!" teriaknya menyindirku.

Benar Sakura, mungkin aku adalah manusia berhati batu. Tidak ada air yang bisa mengikis batuku, dan saat ini aku sedang mencarinya, mencari airku.

Ketenangan kembali aku dapatkan saat aku meninggalkan Sakura. Dia hanya tinggal belok ke kiri menuju rumahnya, lagi pula Sakura bukan anak kecil yang tidak bisa pulang sendiri. Kakiku terus melangkah menuju rumah, jika boleh jujur aku benar-benar benci di rumah. Hanya sendirian dan ditemani oleh kesunyian yang mencekam.

Langkah kakiku menjadi pelan saat melihat sebuah mobil yang sangat familiar bagiku. Aku berjalan santai memasuki area halaman depan, dan langsung membuka pintu utama.

Hal pertama yang kulihat adalah seorang wanita dengan surai merahnya terlihat kocar-kacir dengan beberapa lembar kertas di tangannya.

"Cepat sekali pulangnya." Itu bukan sambutan melainkan sindiran untukku padanya.

Wanita dengan umur yang beranjak 39 tahun itu menoleh ke arahku seakan baru menyadari kehadiranku. Dia adalah Ibuku— Uzumaki Khusina.

"Oh Naruto." Dia kembali melanjutkan aktivitasnya tadi. "Ibu pulang sebentar karena mencari berkas yang tertinggal. Ibu tidak sempat memasakkanmu makanan, kau bisa beli sendiri 'kan?"

My Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang