4. Kencan

568 67 19
                                    

Bang Saske ganteng banget ya Σ>―(〃°ω°〃)♡→Tapi tetep si humor Narto number 1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bang Saske ganteng banget ya Σ>―(〃°ω°〃)♡→
Tapi tetep si humor Narto number 1

Bijaklah dalam membaca^^
.
.
.

"Aku pulang."

Itulah kata yang hampir tiap hari kukatakan saat memasuki rumah. Namun sayangnya, hanya kehampaan yang aku dapati. Tidak apa-apa, aku sudah biasa seperti ini.

Namun, sekelabat seseorang terlihat berada di dapur membuatku mengernyit bingung. Aku melangkah ke arah dapur dan terlihat Ibu yang sedang duduk di meja makan dengan mangkuk ramennya.

"Ibu."

Ibu mendangakkan kepalanya menatap kehadiranku. Dia masih menggunakan jas putihnya, sesuatu yang paling aku benci.

"Naruto, aduh maaf ya. Ibu buru-buru dan belum makan makanya Ibu makan dulu, Ibu tidak tahu bahwa kau akan pulang secepat ini, jika Ibu tahu Ibu akan memasak. Oh apa kau mau ramen? Ibu masak sekarang ya."

Bahkan kau tidak tahu Bu, bahwa ini memang jam pulangku. Hal kecil seperti ini kau tidak tahu.

"Tidak usah."

Ibu yang tadinya ingin berdiri seketika terhenti dan menatapku dengan pandangan tanda tanya.

"Apa kau marah? Ibu minta maaf ya, Ibu benar-benar sibuk mengurus pasien dan Ibu harus segera berangkat. Kau tidak apa 'kan beli makanan sendiri?"

Masih dengan wajah datarku, aku sudah tidak bisa marah lagi Bu... Semuanya telah menjadi kertebiasaan karenamu, seakan ini adalah rutinitasku sehingga tidak ada emosi yang mengalir di hati dan otakku. Semuanya mengalir dengan hampa.

"Jangan pulang Bu. Rumahmu ada di rumah sakit, bukan di sini. Urusi mereka yang lebih membutuhkanmu, karena aku sama sekali tidak membutuhkanmu." Kalimat itu begitu saja lolos dari mulutku dengan lancar.

Mata Ibu terlihat melebar terkejut mendengarnya, dia bangkit dari kursi masih dengan raut terkejutnya.

"Naruto... Apa kau marah dengan Ibu?" tanya Ibu dengan mata yang bergetar hebat karena terkejut.

"Aku tidak marah, aku tidak akan bisa marah pada Ibu," jawabku, "tapi di sini bukan tempat Ibu pulang. Hati Ibu ada di rumah sakit, karena itu pulanglah."

Ibu tampak syok dengan penuturanku. Percuma Bu, wajah Ibu sudah tidak bis meluluhkan hatiku.

"Aku permisi dulu," pamitku yang berbalik hendak pergi.

Ibu segera berlari menuju arahku dan menarik tanganku sehingga membuat tubuhku mendadak kembali menghadap Ibu.

"Naruto kau tidak dipengaruhi olehnya, 'kan? Dia tidak menemuimu, 'kan? Kau tahu, Ibu hanya punya dirimu Sayang."

Tangan lembut itu menyusuri pipiku seakan meminta kepastian dengan usapan itu. Aku menarik tangan Ibu perlahan agar tangannya menjauh dari wajahku, dan melepas tangannya yang mengenggam pergelangan tanganku.

My Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang