Langit, Aku mencintainya (bagian 1)

8 0 0
                                    

Sudah dua minggu tapi tulisan ku tak berkembang juga.

"Harus nyari ide dimana lagi".
Aku menutup laptop.

masih duduk di pojok cafe itu. Memandangi langit yang mulai menghitam, sembunyikan cahaya matahari

"bentar lagi ujan" tapi aku belum hendak beranjak dari tempat duduk.

Suasana cafe ini selalu membuat ku nyaman, lampunya yang kuning temaram memberikan nuansa hangat dan tenang.

Aku selalu menyepatkan waktu kesini kalau lagi jam kosong kuliah, sendirian. Yaa.. Aku suka sendiri.
Sendiri bagiku adalah charger saat aku sudah lelah berkumpul bersama orang orang,
memasang wajah sebahagia mungkin, berusaha mengikuti alur cerita mereka
Dan yaa
Aku selalu butuh sendiri
Untuk mengisi ulang daya ku.

Dddrrttttt... Ddrrtttt....
Suara hp ku membuyarkan lamunan.

"Masih disana ?"

"Masih"

"Bentar otw 5 menit lagi nyampek.."

" Oke tiati"

Aku meletakkan kembali hp ku diatas meja.
Kembali memandangi langit yang kini tengah gerimis kecil, cahaya matahari terlihat sedikit mengintip dari sana seolah tak rela awan mendung membatasi kilaunya
Cantik sekali..

"Araaa.. Kebiasaan nglamun mulu" beberapa menit kemudian dia datang,  menepuk bahu ku membuat ku sedikit tersentak

"Ngagetin aja sih" aku menghela nafas
"Lagian kalo dateng tuh permisi* kek main nyelonong aja" cibir ku

"Aku udah berisik, kamu aja yang sibuk nge galau"

" Biarin sih" aku menyangga dagu menatap hujan gerimis lagi.

Dia melepas jaket nya yang sedikit basah meletakkan nya disandaran kursi dan mengacak acak rambut hitam nya.

Aku melirik laki-laki itu,
Kemudian mengalihkan pandangan lagi sebelum dia menyadarinya.

"Ra.."

"Hemm"

" Laper nih" katanya dengan muka memelas

"ihh laki-laki ini..." gumam ku

" Laper makan" jawab ku ketus

"Ya tau Ra, makan di kos mu ya ?" katanya dengan mata berbinar binar

"Ihh ngrepotin" aku melotot kearahnya

" Ayolah Ra... Nanti aku beliin apa aja deh"

" Males ah kamu gak mau bantu, liatin doang, capek lah aku "

"Yaudah nanti aku bantu dikitt" dia meraih tangan ku, matanya berisyarat memohon.

"Ohh Tuhan, andai dia tau aku tak pernah bisa menolak permintaanya itu" batin ku dalam hati

Laki-laki ini memang selalu merepotkan ku, dan aku tak pernah sanggup menolak nya

Lihat saja tatapan matanya itu, teduh sekali
Hati siapa yang gak jatuh melihatnya

Namanya Ardia tapi aku biasa memanggilnya Adi. Cowok tengil yang selalu gangguin aku

Kami kenalan sewaktu masih sama2 jadi mahasiswa baru dikampus ini. Sama2 terlambat dan dihukum. Dia anak yang rajin dan tentunya pandai, dengan ditambah anugrah kulit putih nan bersih yang membuat cewek2 klepek klepek melihatnya
Aku beruntung bisa mengenalnya karna gak sedikit cewek kampus ini yang pengen deket sama dia

Yaa wajarlah orang ganteng emang selalu dapet privillage, gak kaya aku yang dekil gini

Tapi untungnya dia masih mau temenan sama aku.

INSECURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang