Sorenya, Leo membawakanku beberapa seragam yang warnanya sama seperti yang dia pakai kemarin. Kira-kira ada 5 pasang yang seperti itu.
"Apa ini?" tanyaku bingung.
"Seragam. Kan lo pengen sekolah. Jadi, sekolah tempat gue aja. Biar gak susah." Ucapnya seraya memberikan baju itu ke aku. Aku melihatnya dengan seksama. Cantik, pikirku. Apa aku akan terlihat cantik memakai ini? hehe.
"Makasih ya, Leo." Aku berterima kasih dengan sungguh-sungguh ke Leo. Setelah keluar, semua seragam ku coba. Seragamnya ada 4 macam, dan menjadi 5 termasuk baju olahraga. Semua seragam itu tampak asing dimataku. Di planetku, seragam sekolah terbuat dari bahan elastis, tahan panas maupun tak mudah koyak. Ya wajar, kalau tiba-tiba meteor jatuh kan, berabe juga kalau tu baju terbakar atau koyak.
Setelah mencobanya satu-satu, aku keluar dan mendapatkan Leo tengah menonton siaran televisi dengan tawa yang meledak.
"Nonton apaan sih Leo? Kok ketawa mulu?" aku menatap Leo yang sedang tertawa dan memandang kearahku kemudian menepuk tempat disebelahnya supaya aku duduk disana. Aku pun menurutinya, kemudian mendekati telingaku dan berbisik.
"Lo pura-pura dekat ke gue ya, anggap gue saudara lo. Kan aneh kalau mbok liat kita kayak orang gak kenal." Katanya berbisik pelan karena mbok sedang cuci piring dibelakang. Ya karena disuruhnya jadi orang dekat, aku langsung merangkulnya dan pura-pura ikut tertawa. Tapi dia malah melepaskan rangkulanku dan menggeserku kesamping.
"Ah, malah jadi lain rasanya. Udah, kayak biasa aja." Ujarnya dan kembali fokus dengan acaranya. Yeee, tadi dia yang nyuruh dekat, sekarang dia pula yang nyuruh jauh. Dasar manusia! Aku meringsek turun dari sofa dan lebih memilih duduk di karpet. Aku pun mencoba fokus dengan acara yang Ia tonton, tapi tak bisa. Tontonan macam apa ini?!
"Apaan sih filmnya, orang bodoh kayak gitu dilihat. Acara tv dirumah aku gak pernah kayak gini." Ujarku sedikit mencemeeh.
"Emang lo hidup di planet mars sampai-sampai gak ada tontonan seperti ini? jadi tontonan apa yang lo liat setiap hari ha?" ujar Leo agak tersinggung dengan perkataanku. Aku dengan enteng menjawab.
"Kalau siaran ditv aku sih tentang kapan meteor jatuh, trus kapan terjadinya gerhana, dan banyak yang lain deh."
Kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Aku memiringkan kepala bingung, apanya yang lucu?
"Hahahah! Kasian banget hidup lo kalau kayak gitu?! Ahahah!" ucapnya disela gelaknya yang menggema. Aku mencibir kearahnya merasa kesal. Aku lebih memilih kembali keatas, dan membanting pintu dengan cukup keras. Kok rasanya kayak gak tau diri ya? dirumah orang tapi banting-bating pintu? Haha biarin, toh emang tontonannya gak berbobot.
Aku mengeluarkan kertas dari amplop besar itu sekali lagi dan melihat ke seuntai nama yang tertulis disana.
"Mulai besok, aku akan hidup sebagai Luciana Giova, bukan lagi Crtyz Giova." Lirihku
*****
Ntah kapan aku mulai tertidur dan sekarang sudah ada saja orang menggedor pintuku. Pertama pelan, dan kemudian ketukan itu menjadi ketukan yang kuat. Kemudian muncul kepala Leo dari pintu kamarku.
"Eh, gak terkunci rupanya. Bangun! Kenapa sih selalu lo bangunnya terus dibangunin?" ucap Leo kesal, "hari ini pertama lo sekolah." Tambahnya yang membuatku bangun dari tempat tidur seketika.
"Ah, maaf. Soalnya waktu disini lebih cepat sih dari tempatku." Ucapku sambil mengusap-ngusap mata.
"Emang tempat tinggal lo dimana sih, kayak bukan dari bumi aja." Ujarnya lirih sambil berlalu dan menutup pintu kamarku. Aku segera mandi dan memakai seragamku. Pas aku turun, ternyata Leo sudah siap dengan sarapannya dan mulai beralih ke tempat motornya yang diparkirkan di garasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Stranger"
Teen FictionBagaimana rasanya terpencil ditempat asing seorang diri? mungkin terdengar aneh dan tidak masuk akal. Tapi memang, aku bukan dari dunia maupun planet ini. Ini semua ulah dewan brengsek!! Mengirim aku ke dunia manusia karena hal sepele!! terlebih lag...