Setelah selesai mengobati luka Lily, Arsen langsung pergi karena akan kembali ke rumah sakit untuk menunggu Sarah yang masih tak sadarkan diri meski di rumah sakit ada kedua orang tua Sarah sedang menunggu tetapi Arsen juga harus menunggu istri nya Sarah. Sesampainya di rumah sakit Arsen masuk ke dalam ruang perawatan Sarah. Pria itu langsung melihat kedua mertua nya sedang terduduk dengan mata sembab nya.
"Lebih baik kita bawa Sarah ke rumah sakit yang lebih besar Ar. Mami merasa disini Sarah alat-alat medis yang sangat kurang." saran Thalia Mami Sarah dengan sendu menatap putri tunggal nya Sarah.
Wajar saja Thalia paling terpukul di sini karena dulu ia berjuang untuk mendapatkan putrinya dan entah kenapa nasib nya dulu menurun kepada Sarah yang saat ini tidak bisa memiliki anak karena tubuh Sarah yang tidak kuat dan kedua kaki putrinya yang tidak bisa berjalan meski sudah terapi dan berobat kemanapun tetapi tetap tak ada kemajuan sampai sekarang.
"Aku juga berpikir seperti itu Mi, Rumah Sakit di desa ini hanya seadaanya dan Dokter yang menangani Sarah pun tak bisa kesini untuk sementara waktu karena istrinya sedang melahirkan." jelas Arsen kepada Thalia.
"Papi akan urus segala sesuatu untuk keberangkatan kita nanti. Papi tak ingin Sarah terus di rawat disini dengan alat yang sedikit." ujar Hendru Papi Sarah. Arsen pun hanya menuruti nya karena ia juga memikirkan hal yang sama seperti mertua nya.
"Mami dan Papi lebih baik pulang sebentar untuk mandi dan beristirahat sejenak. Biar Arsen yang menjaga Sarah sampai besok, Mama dan Papa juga sudah menunggu kalian di sana. Supir sudah menunggu di Lobby utama." beritahunya karena sudah sejak pagi mereka berdua menunggu di sini. Arsen paham mereka sangat cemas kepada Sarah tetapi ia juga kasian kepada mertua nya karena langsung datang saat mendengar Sarah yang tak sadarkan diri dengan menempuh waktu yang cukup panjang.
"Baiklah, kami akan pulang sebentar untuk mandi. Tetapi kau harus ingat Ar, beritahu kami kalau terjadi sesuatu kepada Sarah." balas Hendru kepada Arsen lalu mengantarkan Thalia dan Hendru ke lobby.
*****
Di tempat lain, Lily sedang duduk di tempat khusus para pelayan beristirahat dan masih meringis karena merasakan sakit di area telapak kaki nya. Saat akan berdiri seketika rasa ngilu menyeruak dan tak jai untuk berdiri.
"Kenapa kau bisa ceroboh sekali? Harusnya kau lebih berhati-hati lagi saat membersihkan barang-barang di rumah ini." tegur Mary datang setelah membereskan pecahan-ecahan Guci bersama pelayan lain.
Lily hanya bisa menunduk saat Mary menegur nya karena ia mengakui bahwa ia sangat bodou dan ceroboh sekali saat melakukan apapun pekerja nya. Dirinya juga bingung kenapa selalu melakukan kesalahan. "Maafkan aku Bibi. Sungguh aku tak sengaja memecahkan Guci itu." Lily berkata pelan tak berani menunjukan wajah bersalah nya.
"Bagaimana nanti kalau Nyonya Sarah tau kalau Guci kesayangan nya kau pecahkan? Jangan lupa Guci itu sangat mahal, bahkan gaji mu selama 5 tahun bekerja saja tak akan sanggup membayar guci mahal itu." Mary berkata dengan nada tinggi. Paruh baya itu merasa pusing memikirkan Guci yang Lily pecahkan.
Sedangkan Lily terbelalak saat tahu bahwa Guci itu 5 tahun dari gaji nya disini? Apa yang harus Lily lakukan sekarang?!
"Aku harus bagaimana Bibi." isak Lily mulai menangis lagi membuat Mary kesal karena wanita ini terus saja menangis dan membuat masalah sejak kedatangan nya kemari.
"Kau ada hubungan apa dengan Tuan Arsen." tanya Mary mulai menyadari sikap Tuan nya yang sangat berbeda kepada Lily barusan. Tuan nya itu tak canggung mengendong Lily dan membawa nya ke sofa untuk dia obati.
"Aku tidak memiliki hubungan apapun bersama Tuan Arsen, bi." jawab Lily jujur karena memang mereka tidak memiliki hubungan apapun. Hati nya memang sudah terjerat dengan pesona tuan nya tetapi tuan nya tidak memiliki perasan apapun kepada nya selain rasa kasian.
Miris.
Mary ingin berkata sesuatu lagi tetapi Monica datang menghampiri mereka berdua.
"Bisakah kau meninggalkan kami berdua saja Mary?" tanya Monica kepada Mary dan paruh baya itu pun langsung pergi meninggalkan Monica dan Lily. Entah kenapa Lily merasa ada yang aneh saat Bibinya menatapnya dan itu membuatnya gelisah saaat bibi nya belum mengeluarkan sepatah katapun.
"Bibi maafkan Lily." Lily yang lebih dulu membuka suaranya. Tatapan menyesal terlihat dari wajah Lily sekarang. Monica sendiri masih terdiam menatap Lily dengan pandangan yang tak bisa ia artikan.
"Kau... Apa hubungan mu dan Tan Arsen. Jawab dengan jujur Lily." tegas Monica dengan mata tajam menatap yang langsung menegang kaku. Lily sendiri merasa Bibi nya tak akan percaya dengan ucapan nya tetapi ia tetap harus berkata bahwa memang mereka tidak memiliki hubungan.
"Pertanyaan itu lagi? Sudah aku katalan bahwa aku dan Tuan Arsen tidak memiliki hubungan apapun." jawab Lily cepat membuat Monica tersenyum tipis.
"Tak perlu berbohong kepada Bibi lagi Lily. Selama ini bibi selalu memperhatikan gerak gerik kalian dan juga Tuan Arsen pria yang tak mungkin menolong orang lain sampai berlebihan seperti tadi tadi. Kau tak tahu semua pelayan bergosip tentangmu karena tmTuan Arsen menolong mu saat tahu kau berdarah. Tuan Arsen juga tidak membahas masalah Cuci yang sudah kau pecahkan seakan kejadian itu tidak ada artinya padahal kita semua tahu Guci itu kesayangan Nyonya Sarah dan tidak bisa di miliki oleh sembarang orang lalu kau memecahkan nya." bisik Monica pela di telinga Lily karena ia tak ingin suara nya terdengar oleh Cctv yang ada setiap sudut rumah.
Lily berdebar mendengar semua perkataan Bibi nya karena ia sendiri tidak tahu kenapa Arsen tidak memarahi nya atau memotong gaji nya mungkin tetapi Mary berkata bahwa gaji nya selama 5 tahun di sini tidak akan bisa membayarnya membuat kepalanya.
"Nyonya Sofia memanggilmu Lily." Freya datang dengan wajah mengejeknya saat tahu Lily akan di marahi oleg Sofia Mama Arsen. Seketika tubuhnya bergetar hebat mendengarnya lalu menatap Bibi nya dengan pandangan takut.
"Pergilah. Temui Nyonya Sofia." ujar Monica membuat kaki nya melemas.
"Aku sangat takut Bi." lirih Lily sangat takut lalu Monica mengabaikan nya dan menyuruh putrinya Freya membantu Lily sampai ke ruang tamu. Sesampainya di sana jantung nya berdebar kencang saat menatap melibat wanita paruh baya yang ia tahu adalah Mama Arsen. Kedua mata wanita itu menatap tajam kearahnya yang terduduk di lantai karena tak mungkin wanita itu berdiri dengan keadaan kaki yang terluka.
"Kau yang bernama Lily?" tanya Sofia Mama Arsen kepada Lily dan langsung saja Lily mengangguk cepat.
"Ya nyonya, saya Lily." cicitnya terbata melihat tatapan tajam dan intimidasi Sofia kepadanya. Percayalah Lily mulai sadar bahwa tatapan intimidasi Sofia kepadanya sama persis seperti tatapan intimidasi Arsen.
"Kau yang memecahkan Guci kesayangan Sarah. Dasar pelayan bodoh! Harusnya kau lebih berhati-hati saat membersihkan nya! Bagaimana bisa kau bisa sebodoh itu!" sembur Sofia kepada Lily yang masih duduk di lantai dengan tubuh yang bergetar hebat.
Sebisa mungkin Lily tidak menangis tetapi Lily tetaplah Lily wanita lemah yang selalu saja menangis.
"Maafkan saya Nyonya, sungguh saya tak sengaja. Saya akan lakukan apapun asal nyonya memaafkan saya." lirih Lily memohon maaf kepada Sofia. Dengusan kasar Sofia berikan mendengar ucapan pelayan rendahan ini.
"Memaafkan mu? Kau pikir Guci itu murah hah?! Bahkan harga dirimu saja tak sebanding dengan Guci mahal menantuku! Dasar pelayan sialan!" maki Sofia keras.
*****
Arsen bakal ke luar negeri tuh.
Banyak orang bergosip tentang Lily Arsen tuh.
Kasian Lily di hina sama mama nya Arsen. Kalau Arsen tahu gimana ya?
Damian oh Damian kau dimna saat Lily membutuhkan mu wkwk.
Btw Cover baru Trapped by Tha Devil lebih cocok dan bagus ini iya ga..Vote komen dan follow ya.
Supaya makin semangat up nya wkwk.06.10.2020.
17.54 wib
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped by The Devil 21+ (Complete)
Chick-LitWARNING❗Novel Adult Romance 🔞 Arsenino Navaro, pria kaya yang menjadi idola di desanya, hanya mencintai satu wanita: Sarah, istri cantiknya. Namun, kehidupan mereka terguncang saat Lily Stone, pelayan baru yang polos dan lugu, mulai bekerja di ruma...