1. Sebastian Sachdev Rendra

255 101 223
                                    

Deru motor kawasaki ninja H2 SX SE terdengar memasuki gerbang yang bertuliskan SMA Harapan Bangsa. Sang pemilik motor membuka helm yang dia pakai kemudian menyisir rambutnya menggunakan tangan hal itu mengundang pekikan dari kaum hawa. Bagaimana tidak lihatlah betapa sempurna ciptaan Tuhan yang satu ini.

Laki-laki berjaket dengan tulisan RAJAWALI pada bagian punggung itu melangkahkan kaki ke arah para sahabatnya. Dengan isyarat mata seolah berkata. Ayo ke kelas

Para sahabatnya mengikuti sang ketua sesekali perjalanan mereka di iringi canda tawa. Tapi di tengah koridor laki laki yang di sebut ketua itu menghentikan langkahnya berbalik melihat para sahabatnya.

"Kemarin gimana?" tanya laki laki itu dengan suara rendahnya.

Para sahabatnya meneguk ludah dengan kasar karena bagi mereka itu adalah suara menyeramkan dari sang ketua.

"Udah beres bas sesuai perintah lo," ucap Rico.

"Bagus!"

Setelah mengucapkan kata tersebut dia melanjutkan perjalannya yang sempat tertunda ke kelas XII Ips 1.

Informasi saja kemarin ada pengkhianat di antara anggota Rajawali. Maka dari itu mereka eksekusi karena bagi mereka pengkhianat itu tidak boleh di biarkan hidup tenang.

"Padahal nih ya gue tuh belum puas bikin bonyok dia," ucap laki-laki yang sedang mengunyah permen karet dia Javas cowok playboy dengan segala tingkah bobroknya.

"Kalo gak berhenti mati dia." laki-laki dengan ciri khas senyumnya yang ramah itu Haadden menepuk bahu javas dua kali.

"Gapapa dong bagus malah,"

"Bagus mata lo, lo aja yang mati!" balas seseorang dengan wajah datarnya dia Alfa si tampan dengan ucapan pedasnya.

"Kamu tega biarin aku mati, nanti siapa yang nemenin kamu bobo?" Javas berucap dengan wajah yang di buat sesedih mungkin.

"Najis banget anjir!" Rico memukul kepala Javas, yang di pukul hanya cengengesan tidak jelas. Dasar aneh

"Lo tau gak kemarin pas pulang dari basecame gue ketemu cewek bening banget!" ucap Rico yang kini duduk di hadapan Javas.

"Cantik gak?"

"Banget pokonya," balah Rico dengan serius.

"Kriteria gue banget itu mah!"

"Dan lo tau apa yang spesial dari ini orang?"

"Apa?"

"Bodinya behhh mantep," Rico memperagakan dengan tangan berkacak pinggang dan dada dibusungkan ke depan.

Javas bertepuk tangan membuat seisi kelas menatap ke arahnya "gue suka yang begitun!"

"Ada satu lagi yang menarik!" kini Rico menggeser tempat duduknya supaya lebih dekat dengan Javas.

"Apa coba?"

"Dia berkumis tipis bro, bayangin pasti manis kan ini orang," ucap Rico dengan serius sesekali dia terkekeh geli.

"Kalo gitu pulang sekolah kita kesana!"

"Gue sih ayo ayo aja, tebak siapa namanya kalo lo bener gue yang bayar cireng di kantin inisial dia dari b," ucap Rico menaik turunkan alisnya.

"Oke, kalo lo bohong gue pites pala lo!" Javas menjabat tangan Rico yang disambut baik olehnya.

"Deal, coba aja kalo bisa."

"Bina?"

"Bukan,"

"Bella?"

"Bukan,"

"Bianca?"

"Bukan juga," kini Rico bersidekap dada.

"Terus siapa anjim?" ingin sekali Javas mencakar wajah sahabat yang ada di hadapannya ini.

Yang lainnya hanya melihat kedua sahabatnya bobroknya ini sesekali mereka menggelengkan kepala. Tapi justru merekalah yang suka membuat suasana menjadi pecah.

"Lo nyerah?"

"Iya, cepetan kasih tahu,"

"Namanya be-" Rico sengaja menggantung ucapannya supaya Javas semakin penasaran.

"Beva?"

"Bukannnnnn!"

"Ngomong aja sih cepet!" ucap Javas karena baginya yang cantik itu tidak boleh dibiarkan.

"Bencong hahaha" Rico tertawa di ikuti teman temannya.

"Anjir gue kira cewek beneran." Javas melempar buku yang ada di meja ke wajah Rico.

"Beneran lo gak mau? Berkumis tipis loh itu!" ucap Haadden yang kini sudah menetralkan tawanya.

"Gak, mending gue jomblo!" membayangkannya saja sudah membuat Javas ingin muntah apalagi beneran.

"Kalo sama yang itu gue setuju!" ucap laki laki yang disebut ketua itu menepuk bahu Javas lalu bergegas keluar kelas di ikuti sahabatnya yang masih tertawa. Takut macan ngamuk

"SEBASTIAN SACHDEV RENDRA!"

                                         ***

Setelah meninggalkan Javas di kelas kini mereka sedang berada di kantin, kebetulan hari ini jam kelas sedang kosong.

"Ric pesen!" ucap Bastian yang kini sudah duduk.

"Seperti biasa kan?" yang di angguki oleh sahabatnya. Tepat pada saat Rico pergi menuju stand yang ada di kantin Javas datang dengan muka di tekuk.

"Jahat banget lo pada ninggalin gue," ucap Javas sebal

"Gak pantes muka lo gitu!" Haadden melempar tisu pada Javas.

Rico datang membawa pesanan mereka, setelah itu mereka makan dengan tenang.

"Dimakan bas jangan di liatin terus," ucap Haadden yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya itu.

Bastian menghela nafas dengan kasar.
"Gue kangen dia,"

Seolah mengerti apa yang bastian ucapkan membuat mereka diam, karena mereka juga sama merindukan dia.

"Sabar bas kita juga sama kaya lo!" ucap Haadden

"Dua tahun, udah dua tahun dia ngilang gitu aja dan kita belum juga nemuin titik terang keberadaan dia." ucap Rico lesu.

"Secepatnya kita harus nemuin dia!" Bastian mengepalkan tangannya sorot matanya berubah semakin tajam, sahabatnya mengangguk setuju apa yang di ucapkan Bastian.

Keadaan menjadi hening tidak ada yang membuka suara hingga ucapan Alfa membuat mereka mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Kemarin gue liat dia!"

SEBASTIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang