Hari ini para inti Rajawali sedang membolos di warung belakang sekolah seperti sekarang ini Javas, Rico dan Haadden sedang bermain kartu sedangkan Bastian dan Alfa bermain game.
"Bas angkat tuh ada telepon!" ucap Javas yang terganggu dering hanphone Bastian. Emang dasar sultan hanphone aja punya dua sekaligus.
"Biarin aja."
"Gue aja yang angkat!" kata Haadden mengambil hanphone Bastian kemudian meletakan di meja dengan membesarkan suaranya.
"Lo gimana sih udah gue bilang datang temuin gue sekarang," ucap seseorang di sebrang sana mengalihkan atensi mereka dari kegiatan masing-masing. Bastian mendekat di ikuti yang lainnya. "Waktu gue bener-bener gak banyak, lo sama temen-temen lo ke lokasi yang udah gue share!" tambahnya.
"Lo siapa?" tanya Alfa yang sedari tadi menyimak.
"Cepet ke sini kalo lo mau ketemu sama dia!" kata seseorang itu memelankan ucapan terakhirnya. Bastian memakai jaket dengan terburu-buru di ikuti yang lainnya.
"Tadi siapa sih bas?" tanya Rico yang sudah menaiki motornya.
"Sekarang kita berangkat dulu aja nanti gue jelasin!" balas Bastian yang sudah melajukan motornya.
Bastian mengendarai motornya di atas kecepatan rata-rata. Dia tidak menghiraukan pengguna jalan yang mengumpati dirinya. Bastian berhenti di alamat yang di kirim oleh seseorang itu.
"Ini bener alamatnya? Ko di rumah sakit sih," Javas mengerutkan dahinya bingung, orang mah ngajak ketemuan tuh di cafe atau di taman lah ini di rumah sakit.
"Masuk!"
Bastian berjalan tergesa-gesa memasuki rumah sakit sebelum itu dia sudah mengirim pesan untuk memberi tahu keberadaan perempuan itu.
"Akhirnya lo datang juga,"
"Lo kan orang yang waktu itu?" tunjuk Haadden di depan seorang perempuan. Seingatnya orang yang ada di depannya ini orang yang mereka kira seseorang yang mereka cari. Perempuan itu tidak menghiraukan ucapan Haadden dia beralih menatap Bastian.
"Gue harap setelah lo tau yang sebenarnya lo bisa nerima keadaan!" ucap perempuan itu.
"Maksud lo?"
"Ikutin gue!" perempuan itu berjalan memasuki ruangan dengan cat berwarna putih, di ruangan itu hanya terdengar seperti alat predeksi denyut jantung. Bastian berdoa dalam hati semoga bukan dia yang ada di dalam. Perempuan itu menghentikan langkahnya di depan tirai berwarna hijau.
"Buka!"
Perlahan Bastian membuka tirai tersebut memperlihatkan kaki seseorang yang di tutupi selimut tebal. Bastian menghentikan gerakan tangannya berusaha menetralkan degup jantung yang berdetak tidak beraturan, dengan sekali gerakan Bastian membuka tirai memperlihatkan seorang perempuan dengan berbagai macam alat medis yang melekat di tubuhnya. Bastian mematung di tempat begitu juga yang lainnya.
"Itu bukan Stela kan?" tanya Rico yang entah pada siapa.
"Enggak! Gak mungkin ini Stela." kata Javas menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang di lihat di depannya ini.
"Itu Stela dan gue sepupunya," ucap perempuan itu menatap Stela sendu.
Dunia Bastian serasa di paksa berhenti saat itu juga. Berjalan ke arah brankar dengan pandangan kosong di genggamnya tangan yang terlihat kian kurus itu dengan erat.
"Dua tahun yang lalu gue di telepon pihak rumah sakit bahwa Stela mengalami kecelakaan," perempuan itu menghela nafas berat sulit untuk menjelaskannya tapi ini perlu. Di tatapnya satu persatu sahabat Bastian yang sedang memperhatikan Stela dengan pandangan kosong tapi bisa dia lihat mereka mendengar penjelasan dari dia dengan baik.
"Pada saat kejadian itu gue lagi ada di Bali, pihak rumah sakit ngabarin gue sehari setelah kejadian itu. Gue udah coba hubungin orang tua Stela tapi nomor mereka gak aktif dan gue sempet cari ke rumahnya tapi kata tetangga mereka bilang rumah itu udah lama kosong." tambah perempuan itu.
"Terus keadaan Stela gimana?" lirih Bastian tanpa mengalihkan pandangannya.
"Dia koma!"
"Gak udah becanda." ucap Alfa menatap perempuan itu tajam. "Gue gak lagi becanda!" perempuan itu mengelengkan kepalanya pelan.
"Gimana bisa?" tanya Javas.
"Itu yang gue gak tahu, dua bulan yang lalu keadaan Stela bener-bener drop dokter nyaranin buat cabut alat penopang hidup dia tapi gue kekeh bahwa Stela bisa sadar dan dua bulan itu pula gue juga cari orang terdekat dia dan gue nemuin kalian." perempuan itu tidak bisa menahan tangisnya dia benar-benar merasa kasihan pada sepupunya itu.
Bastian mati-matian menahan sesak di dadanya, matanya memerah menahan tangis. Haadden mendekat ke arah Bastian mengusap punggung itu. "Gue mohon bangun jangan buat kita khawatir!" gumam Haadden.
"Dokter bilang kalau lusa Stela belum sadar dokter terpaksa mencabut ala-"
"Jangan pernah bilang gitu!" ucap Bastian menyela ucapan perempuan itu dengan menatapnya tajam.
"Aku mohon bangun buktiin ke mereka kamu itu kuat," ucap Bastian menunjuk semua orang yang ada di ruangan. " kamu pernah bilang sama aku kamu gak akan pernah ninggalin aku BANGUN STELA!" tambah Bastian mengguncang bahu Stela, Alfa yang berada di belakang Bastian segera menarik laki-laki itu menjaukannya dari Stela.
"Tahan emosi lo!"
"Ada satu lagi yang belum gue bilang,"
"Apa?" tanya Rico.
"Stela korban tabrak lari!"
"BANGSAT!" Bastian memukul dinding nafasnya naik turun menahan emosi.
"Jadi selama ini Stela koma?" Javas kini sedang duduk di lantai dengan tubuh bersandar pada dinding di sampingnya ada Rico yang melakukan hal sama.
"Mau kemana bas?" tanya Haadden yang melihat Bastian keluar.
"Udah biarin aja dia butuh waktu sendiri!" balas Alfa.
Bastian kini sedang ada di halaman belakang rumah sakit. Kenapa takdir seolah sedang mempermainkan dirinya, Bastian berjuang mati-matian untuk menemukan Stela dan di sini Stela berjuang mati-matian untuk bertahan hidup.
"Gak baik ngelamun terus ucap Alfa yang baru saja datang. "Gue ngerti apa yang lo rasain karena kita sama." tambahnya.
"Gue gak nyangka aja takdir mempertemukan kita sama dia dengan cara yang gak pernah kita duga sakalipun."
"Kita berdoa aja semoga Stela cepet sadar!" ucap Alfa yang di angguki bastian.
Aku gak akan pernah lepasin orang yang udah buat kamu kaya gini! Batin Bastian.
***
Gimana part kali ini?
Jangan lupa vote dan komen ya!
Tunggu part selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBASTIAN
Teen Fiction[BANYAK MENGANDUNG KATA-KATA KASAR] SEBASTIAN itu sebenarnya baik cuma cara menunjukannya saja yang beda. Dan RAJAWALI bagi Bastian itu sangat berharga geng yang sudah dia anggap sebagai keluarga sendiri. Alur cerita seseorang tidak akan pernah mulu...