5. Bukan akhir

43 24 74
                                    


"Ayo bangun! Buktiin ke mereka kamu itu kuat," ucap Bastian menunjuk sahabatnya yang ada di luar.

"Aku pernah bilang sama Tuhan buat ambil nyawa aku sehari sebelum kamu," Bastian memegang tangan Stela. "Biar aku gak ngerasain yang namanya kehilangan." tambah Bastian.

Kedua tangan Bastian bertumpu pada sisi brankar. Suara isakan terdengar lirih, Bastian baru saja menumpahkan air mata.

Alfa masuk ke dalam di ikuti yang lainnya di belakang. Laki - laki bersifat dingin itu menepuk bahu Bastian pelan seraya tersenyum kecil.

"Gue belum siap Al," gumam Bastian menatap Alfa.

"Harus ikhlas Bas!"

Bastian membawa tangan Stela untuk menyentuh pipinya, di kecup berkali - kali tangan yang nantinya akan dia rindukan. Bastian kembali terisak membuat para sahabatnya mendekat dan saling rangkul.

"Setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada Nya!" ucap Haadden membuat mereka diam.

Hening

Tidak ada yang membuka suara, mereka sibuk memandangi wajah damai Stela. Dokter masuk dengan dua suster.

"Lakukan yang terbaik untuk dia dok!" Bastian berjalan keluar tapi baru selangkah dia berbalik  berjalan pelan menuju brankar Stela kemudian mengecup dahi Stela lama.

"Ayo Bas!" ajak Rico.

Kini mereka semua sedang ada di depan ruangan, Bastian dan Javas bersandar di dinding dengan melipat tangan di dada sedangkan Rico, Haadden dan Alfa duduk di kursi tunggu.

"Gimana keadaan dia?" tanya perempuan yang di ketahui sepupu Stela, Bella baru saja sampai di rumah sakit. Dia tadi tidak bisa berlama - lama karena ada urusan mendadak, tapi tadi dia mendapat kabar dari Javas maka dari itu Bella langsung ke rumah sakit.

"Makin parah," ucap Javas pelan membuat Bella menghela nafas pelan.

Bella duduk di sebelah Alfa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Alfa yang mendengar isakan kecil mengangkat tangannya untuk mengusap punggung perempuan yang ada di sebelahnya. Bella menatap Alfa yang sedang tersenyum seolah memberikan kekuatan.

Suster keluar dari ruangan Stela dengan tergesa - gesa hal itu membuat mereka berdiri dan mendekat ke arah suster itu.

"Sus gimana?" tanya Bastian tidak sabar.

"Baik - baik aja kan sus?" tambah Bella.

Suster itu di buat bingung karena Bastian trrus mendesak menanyakan keadaan Stela. "Tunggu sebentar ya! Kami sedang berusaha," setelah mengucapkan itu dia kembali masuk ke dalam.

Tiga puluh menit sudah berlalu tapi dokter belum juga keluar untuk memberitahukan hasilnya. Bastian sedari tadi sudah resah, untuk kali ini dia tidak bisa sabar. Berjalan mundar mandir sesekali mengacak rambutnya asal.

"Duduk dulu Bas!" kata Rico yang dari tadi memerhatikan Bastian.

Dokter keluar, jas putih yang pria itu pakai dia buka kemudian menatap mereka seraya menggelengkan kepalanya pelan.

"Gimana sepupu saya dok?" tanya Bella berdiri di hadapan dokter.

"Dia selamat kan?"

"Mohon maaf kami sudah berusaha semampu kami tapi tidak bisa, pasien meninggal pada tanggal 21 januari 2023 pukul 15 : 30."

"Gak! Jangan becanda deh," Bella menutup mulutnya untuk meredam suara isakan, air matanya terus mengalir begitu saja.

"Saya harap kalian bisa menerima keadaan!" sebelum pergi dokter itu menyempatkan untuk tersenyum agar mereka bisa tegar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEBASTIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang