2. Perempuan misterius

75 49 101
                                    

Setelah mendengar penjelasan dari Alfa kini Bastian sedang duduk di bawah pohon yang ada di taman belakang sekolah sedangkan para sahabatnya merebahkan tubuhnya di rumput.

"Masalah kali ini lebih rumit dari pertempuran," ucap Bastian yang ikut merebahkan tubuhnya di rumput. "Lo bener! Terlalu banyak teka-teki." balas Haadden.

"Kalo bener yang di bilang Alfa tadi, kenapa gak coba nemuin kita?" kata Rico menatap sahabatnya satu persatu. Mereka diam memikirkan ucapan Rico yang ada benarnya juga, masalahnya jika memang itu orang yang selama ini mereka cari dan ternyata orang itu satu kota dengan mereka kenapa sulit sekali mencari keberadaannya.

"Pulang sekolah kita ke tempat itu." ucap Bastian yang di angguki oleh mereka.

"Gue cariin ternyata ada di sini!" ucap Jenal yang baru saja datang Jenal itu salah satu anggota Rajawali. "Ada apa?" tanya Rico.

"Gue tadi dari markas terus tadi ada yang sms ke nomer gue," Jenal memberikan hanphone nya kepada Bastian.

+62****
Cari aku dan temukan jawabannya.

"Gue rasa ini ada hubungannya sama dia bang." ucap Jenal menatap Bastian yang sedang mengetatkan rahangnya menahan emosi.

"Rumit banget sih otak gue gak nyampe sumpah," ucap Javas frustasi karena sumpah demi apapun Javas tuh gak paham.

"Ini khusus orang dewasa bang," kata Jenal dengan tampang tengilnya. "Ye bambang lebih tua gue yah dari pada lo!" Jenal itu adik kelas mereka tapi memang pada dasarnya Jenal gampang akrab dengan seseorang.

"Al lacak nomernya," ucap Bastian yang di angguki oleh Alfa. "Gue mau nanti pulang sekolah kita ke tempat Alfa liat orang itu baru kita cari tau siapa yang ngirim pesan ke nomer si Jenal." tambah Bastian tegas.

                                       ***

Kini mereka sedang ada di toko bunga, bukan tanpa alasan mereka pergi ke sana ini semua demi membuktikan ucapan Alfa yang melihat orang yang selama ini mereka cari ada di toko ini.

"Beneran lo liat di sini?" tanya Haadden yang di angguki oleh Alfa. Bastian berjalan ke arah samping toko itu di ikuti yang lainnya.

"Kita tunggu aja di sini sampe orang itu keluar!" ucap bastian.

"Gue berasa jadi maling," bisik Javan pada Rico. "Bener anjir udah cocok belum sih?" kekeh Rico.

"Ehh, bisa diem gak lo pada?" ucap Haadden kesal.

"Itu orangnya bas," Alfa menunjuk seorang perempuan yang baru saja keluar dari toko bunga tersebut. Bastian melangkahkan kakinya mendekat. "HEY TUNGGU!" teriak Bastian saat melihat perempuan tersebut lari.

"HAADDEN LO KE SEBELAH KANAN, ALFA KIRI!"

Mereka mengelilingi perempuan yang memakai masker tersebut. "Mau apa kalian?" tanya perempuan itu.

"Lo siapa?" ucap Bastian. Perempuan itu menaikan alisnya bingung dengan ucapan laki-laki itu. "Maksudnya?"

"Ck, buka masker lo!" Bastian melirik ke arah Alfa dan Haadden kemudian mereka berdua memegangi tangan perempuan itu.

"WOY LEPASIN,"

"Ric buka!" ucap Bastian. Rico membuka masker yang di kenakan perempuan tersebut, mereka tidak bisa melihat wajah perempuan itu karena tertutup oleh rambutnya. Bastian mendekat menyelipkan rambut perempuan itu dengan perlahan.

"STELA!" teriak mereka semua. "Gue bukan Stela." ucap perempuan itu menatap tajam ke arah Bastian. "Lepasin bisa gak sih?"

"Lo Stela kan?" tanya Bastian menatap mata perempuan itu. "Ck, gue udah bilang GUE BUKAN STELA!" balas perempuan itu dengan menekan kata terakhir.

"Buang-buang waktu." perempuan itu pergi menaiki mobilnya.

"KEJAR!" ucap bastian yang menaiki motornya.

Bastian berhenti di sebuah rumah yang di masuki perempuan tadi. Dilihatnya rumah dengan pagar yang tinggi itu di jaga ketat oleh bebepara orang, Bastian yakin ini bukan orang biasa.

Jika benar perempuan itu bukan Stela tapi kenapa wajahnya sangat mirip? Memikirkannya saja sudah membuat Bastian bingung. Dia harus segera selidiki ini secepatnya.

"MARKAS!"

                                        ***

Inti Rajawali saat ini sedang berada di ruang utama markas. Sedari tadi tidak ada yang membuka suara, mereka diam dengan pikirannya masing-masing.

Ting

Suara ponsel Bastian mengalihkan fokus mereka kemudian menatap Bastian seolah bertanya. Siapa?

"Bukan siapa-siapa," ucap Bastian.

"Gue yakin orang yang tadi Stela," kata Haadden menatap Bastian. "Gue juga berpikirnya gitu." balas Bastian

"Gue balik duluan, jaga markas!" ucap Bastian memakai jaketnya kemudian berjalan keluar ruangan itu.

Sebenarnya Bastian tidak benar-benar pulang. Dia berhenti di taman kota berjalan ke arah seseorang yang menggunakan baju serba hitam. "Nunggu lama?" tanya Bastian yang sudah ada di hadapan orang tersebut.

"Lumayan," orang itu membuka tudung dan maskernya membuat Bastian menyerngitkan alisnya, bingung dengan orang yang ada di hadapannya ini. "Lo bukannya yang tadi?" tanya Bastian.

"Gue gak punya banyak waktu," ucap orang itu sambil melihat ke kanan dan kiri. "Lo Stela kan?" tanya Bastian.

"Lo liat mata gue apa gue mirip sama yang lo sebut Stela?"

Bastian menggelengkan kepala, memang jika di lihat sekilas mereka mirip tapi jika di perhatikan dengan detail akan terlihat berbeda. Stela mempunyai satu lesung pipi di sebelah kanan sedangkan perempuan yang ada di hadapannya ini tidak.

"Gue cuma mau bilang besok temuin gue sama temen lo!" setelah mengucapkan kata itu perempuan tersebut pergi meninggalkan Bastian yang masih belum mengerti ucapannya.

Bastian mengedigkan bahunya berniat tidak memikirkan mungkin hanya orang yang ingin mengerjainnya saja.

                                      ***
Jangan lupa vote dan komen ya gays.
Tunggu part selanjutnya.

SEBASTIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang