Saat Terakhir

14 1 0
                                    

Sudah lebih dari dua jam Gita menunggu Agil sambil mengamati pagar tinggi rumahnya dari balkon kamar. Udara dingin semakin terasa di sekujur tubuhnya karena angin cukup kencang  sore itu. Rambut panjangnya melambai-lambai menyambut petang yang bertemankan rintik-rintik hujan. Berulang kali Gita mencoba menelepon Agil, tapi tak ada satupun panggilannya yang terjawab. Begitu juga dengan pesan-pesan yang ia kirim.

Akhirnya pintu gerbang itu terbuka, tapi bukan Agil yang tampak di sana. Melainkan seorang lelaki seumuran dirinya, yang baru saja keluar dari dalam mobil  berwarna hitam metalik.  "Geo?" gumam Gita. Lalu tanpa pikir panjang, ia bergegas keluar kamarnya dan segera turun ke arah ruang tamu.  

"Tata baru turun?" tanya lelaki itu sambil mengamati Gita yang masih berdiri di salah satu undakan tangga.       

 "Geo kok bisa di sini?" tanya Gita bingung seraya mendekat ke arah Geo yang kini duduk di sofa ruang tamu.

"Kaya aku ngak pernah main ke sini aja" jawab Geo dengan kekehan di akhir.

"Yah kan tumben. Biasanya kan lo sibuk ngebucin sama game online lo itu" ujar Gita.

"Sekarang enggak. Gue mau fokus ngebucin sama lo" katanya sambil tertawa.

"Apaan sih lo ngak jelas"

"Mau gue perjelas hubungan kita?"

"Udah jelas lo kacung gue bosnya hahahah" jawab Gita santai.

"Gapapa deh jadi kacung. Asal jadi kacung hati lo"

"RE-CEH..."

Setelah tertawa sejenak, Geo memperhatikan sekitarnya. Terasa sepi dan dingin. Sang tuan rumah jelas sedang tidak ada di tempat. Hanya ada Bik Irma yang sibuk merapikan meja makan yang terlihat jika kita menghadap ke arah dapur. 

"Agil belum balik? Sepi banget"

"Belum. Dari tadi gue nungguin tu orang sampe karatan"

"Baek banget lu nungguin Agil ampe karatan. Tumben" 

"Heh, jangan salah. Gue adek yang baik. Ngak kaya lo buat Kak Oliv bete mulu" 

"Kaya lo ngak pernah buat Agil bete. Lagian gue adek yang baik yah. Semalam gue abis ngegebukin mantan kakak gue yang kekeuh minta balikan"

"Kaya orang sarap dateng ke rumah bawa bunga sama boneka segede badan" ujar Geo sambil menggeleng mengingat kejadian tersebut. Adegan yang semakin dramatis dengan sang mantan yang bertekuk lutut memohon. Tapi Olivia Hillary, bukanlah orang yang mudah takluk dengan hal-hal picisan seperti itu.Ia langsung menolak mentah-mentah. Tapi karena mantannya yang kekeuh pake banget, jadilah Geo turun tangan menyelesaikannya.

"Hahaha...mantannya yang mana? Sadis lo ngegebukin anak orang. Parah ngak?" tanya Gita padanya.

"Gataulah mantannya yang mana. Yang jelas dia ngak lebih ganteng dari gue" 

"NAR-SIS..."

"Emang kenyataannya gitu Tata..." bela Geo tapi dengan nada yang begitu lembut terdengar.

"Terserah lo deh. Mau minum apa lo?"

"Ehh...ngak usah Ta. Gue mau ngajakin lo makan di luar" ujarnya sambil mencekal tangan Gita yang hendak beranjak ke dapur.

"Hah,... tumben lo gak perhitungan sama gue" 

"Kapan gue perhitungan sama lo. Kemaren baru gue kirimin jaket lo dari Jepang"

"Iya deh yang anaknya sultan. Ntar gue siap-siap dulu" ujar Gita seraya melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Gue tungguin. GPL" teriak Geo dari arah bawah.

Arjuna Finds MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang