Arjuna Untuk Gita

66 6 1
                                    

Arjuna untuk Gita

"Bahkan hujaman anak panah pun, tak akan bisa menyamai sakitnya ditinggalkan oleh dirimu..."
*
*
*
*
*

Sang surya telah menampakkan wajahnya. Memberikan janji akan harapan baru bagi siapa saja yang merasakan hangat sinarnya pagi itu. Termasuk Gita yang tengah sibuk dengan hair dryer yang tak bisa diajak kerja sama pagi itu. Benda bersuara bising itu berulang kali mati hidup. Alhasil rambut panjang yang diwarnai pink di bagian ujungnya itu, tak kunjung kering.

"Ni orang ngak bisa diajak kerja sama banget sih,..." gerutu Gita seolah benda itu bernyawa dan mendengarnya.

"Rambut gue bisa ngak badai nyampe ke sekolah kalau begini ceritanya..." tukas Gita lagi, namun kini sambil menepuk-nepuk benda itu dengan tangannya.

Sekilas ia melirik ke arah jam di dinding. Jarum jam hampir menunjukkan pukul tujuh pagi. Yang artinya, jika ia menunggu barang sebentar lagi benda sialan itu bekerja, ia dan Agil bisa dikurung di luar gerbang sekolah.

"Dek buruan,...Udah jam tujuh ini.Abang udah sarapan,motor juga udah dipanasin,"

"Tinggal nunggu kamu doank..." Teriak Agil dari arah ruang tamu. Sudah lima belas menit lamanya ia duduk menunggu di sana. Baterai ponselnya pun telah terpakai dua puluh persen menunggu kanjeng ratu yang tak muncul-muncul.

"Sabar bang Agil,...Hair Dryer Gita konslet..." sahutnya. Agil hanya menepuk jidatnya pelan. Mimpi apa dia punya adek yang rempongnya strata langit. Meskipun ia sudah terbiasa dengan sifat adik satu-satunya itu, tapi ia berharap gadis itu berubah seiring dengan bertambahnya usianya.

"Ya Tuhan,...semoga pacar Agil ngak rempong kayak Gita" gumamnya sambil mendesah pelan.

                                                                                      *****

Kalau bukan mengingat seorang Agiltra Abimanyu adalah murid kebanggaan di sekolah ini, mungkin ia dan adiknya yang kini tengah misah-misuh karena rambutnya yang ngak 'on' itu, pasti akan berdiri di balik gerbang SMA Airlangga yang menjulang tinggi. Berkat senyum ramah dan pancaran yang super duper adem dari wajah tampan Agil, Pak Setyo selaku guru BK dibuat luluh dengan alasan yang diberikannya.

"Tadi saya udah berangkat cepet pak,  tapi ada perbaikan jalan di komplek rumah saya. Jadi nunggu dulu deh pak..." alibinya. Padahal ini semua tak lain dan tak bukan karena Gita yang sibuk bergelut dengan benda pengering rambut yang menyebalkan itu.

"Bapak maafkan. Karena alasan kamu tersebut. Apalagi jam perbaikan jalan tidak ada yang tahu. Kalau bisa besok cari jalan pintas ya Gil,..." ujar Pak Setyo dengan nada yang berbanding terbalik ketika memarahi kerumunan murid yang bernasib sama dengan mereka. Agil dan Gita dipersilahkan memasuki ruangan kelas, sementara lima belas orang lainnya siap-siap menerima amukan jika alasannya tidak bisa diterima oleh pria lajang berumur tiga puluh tahun itu.

"Untung Kak Agil jago cari alesannya..."bisik Gita sambil terkekeh di samping dirinya.

"Ketawa lagi lo. Besok kalau jam tujuh kurang lo belum siap, gue tinggal" ancam Agil lalu meninggalkan adiknya itu dan bergegas menuju ruang kelas yang ada di lantai tiga bangunan megah sekolah mereka.

"Ko Gita sih yang dimarahin,...kan salah Hair Dryer nya ngak mau nyala," ujarnya dengan wajah cemberut. Wajahnya kusut karena rambutnya acak-acakkan. Bukan. Kali ini bukan salah Hair Dryer, tapi karena abang kesayangannya itu yang membawa motor hampir kayak orang kesetanan.

Arjuna Finds MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang