"Terus gimana, Mir?" tanya wanita muda itu sambil menyusukan anaknya. Kabar dipecatnya Mira membuat dia khawatir. Usaha laundry omsetnya agak menyusut. Sepertinya orang melakukan penghematan setelah musim PHK besar-besaran PT Cahaya Maju, PT besar yang berada di kota ini, yang terpaksa gulung tikar karena terdampak krisis.
"Ya gimana lagi, aku udah jadi pengangguran."
Wanita muda itu gelisah, gaji Mira yang lebih dari dua juta biasanya cukup untuk biaya mereka sebagai anak rantau.
"Kau musti cari kerja lagi, Mir. Lagian udah dibilangin kok, jadi orang jangan galak-galak."
"Kok Mbak Ayu menyalahkan aku, sih?"
"Mbak hanya memberi saran. Sesekali bersikap manis lah!"
"Apa aku harus bersikap manis pada pemilik mini market yang mencoel pantatku secara kurang ajar?"
Ayu terdiam.
"Mbak, aku tau Mbak khawatir karena aku akan menjadi beban, kan?"
"Bukan begitu, Mir."
"Terus? Baru sehari aku dipecat, Mbak sudah enggan."
"Itu cuma perasan kamu."
"Seharusnya Mas Yogi yang tanggung jawab sama Mbak."
"Apa maksud kamu?" Ayu berubah tersinggung.
"Itu makanya aku membenci laki-laki, Mas Yogi selingkuh, meninggalkan Mbak dengan dua anak yang masih kecil, kelakuannya tak beda jauh dengan ayah kita."
"Mira!" Ayu membentak.
"Tidak usah Mbak harapkan lagi laki-laki brengsek seperti Mas Yogi, dia udah bahagia sama janda kaya."
"Stop!" Ayu menangis. "Pergi kamu! Pergi kamu dari sini!"
Mira menatap Ayu dingin.
"Aku tau Mbak cuma memikirkan diri Mbak sendiri, Mbak hanya butuh uangku, kan? Baru beberapa jam aku menganggur, Mbak sudah tidak tahan lalu mengusirku."
"Terserah padamu, aku lelah, berhentilah bermulut tajam. Jangan mengambil kesimpulan padahal kau tak tau apa-apa." Ayu semakin marah, bahkan bayi tengah disusuinya menangis karena kaget.
"Baik, aku akan pergi." Mira bangkit, dia masuk ke dalam kamarnya. Mengumpulkan baju seadanya ke dalam koper. Lalu keluar dari ruko itu. Ayu masih sibuk menenangkan anaknya yang semakin menangis.
"Jangan kau bawa motor itu," sembur Ayu lagi.
Mira tersadar, jam sembilan malam, mau ke mana dia jam sembilan malam, dia tau pasti motor itu bukan miliknya.
Mira duduk di depan ruko Desta, dia masih berpikir hendak ke mana malam ini, uang di kantong tinggal seratus ribu, alangkah teganya bos-nya memecatnya saat uangnya sedang sekarat.
"Sudah minta izin sama yang punya kursi, izin dulu, baru duduk!"
Mira menoleh, pria itu lagi. Mira hanya bisa mengeluarkan nafas kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA ( Tetanggaku, Jodohku )
HumorPunya tetangga super menyebalkan lebih berat dari pada dikejar rentenir. Lalu bagaimana jika si menyebalkan malah jadi jodohmu?