Tok tok tokSuara ketukan pintu mengusik indra Shania, dia sudah hampir hanyut dalam mimpi indahnya bersama seorang laki-laki. Tapi ketukan pintu berhasil menyadarkan Shania, dia bangun dari tidurnya.
Berjalan kearah pintu dengan muka bantal, dia ngantuk sekali tapi ada saja yang menganggunya. Pasti itu kerjaan mamanya yang tak pernah terima jika Shania tidur lebih awal disaat malam minggu.
Kedua orang tua Shania selalu saja mengajak Shania bergadang jika malam minggu, mereka berbeda dari orang tua lainnya.Shania membuka pintu malas-malasan, bahkan matanya masih setengah terpejam.
"Apa lagi sih, ma? Shania mau tidur, nggak mau begadang. Ngantuk banget.!" Ucap Shania sambil lalu menguap lebar, matanya bahkan masih terpejam. Dasar pemalas.
"Ohh. Jadi, udah mau tidur?"
"Iya, jangan diganggu." Shania memalingkan badan ingin kembali kekamar.
"Oke.!"
Namun, Shania tiba-tiba mematung. Ada yang janggal, saat itu mata Shania langsung terbuka lebar dan kembali mengahadap belakang, lebih tepatnya melihat siapa yang barusan bicara.
"Aaa...,"
"Padahal udah jauh-jauh kesini, tapi ceweknya udah mau tidur. Yaudah, gue pulang.!"
Shania mengerjap, memastikan bahwa diri nya sedang berhalusinasi. Karena barusan cowok itu ada didalam mimpinya, makanya dia jadi berhalusinasi sekarang.
Dia harap memang halusinasi, karena jika nyata maka Shania sangat malu.
Dia tadi menguap sangat lebar kan? Didepannya? Habis sudah."Sha.? Gue pulang,"
"Nggak," Cicit Shania cukup keras.
"Nggak apa?"
"Eee,itu-----," Shania maju selangkah dan mencubit pipi cowok didepannya.
"Heh,sakit. Gemes boleh, tapi cubit nya pakai sayang dong.!"
"Sakit?" Tanya Shania masih ling-lung.
"Kenapa sih?"
Shania mencubit lengannya sendiri, dan itu memang sakit. Berarti dirinya bukan bermimpi atau berhalusinasi.
"Yang ngetuk pintu tadi------, Kak Raja?"
"Ya, gue."
Bagaimana bisa.? Shania meringis sendiri, jadi dia baru saja mempermalukan dirinya sendiri didepan Raja? Bagus.
"Pasti malu karena habis nguap didepan gue kan?" Tanya Raja blak-blakan.
"Eeeee, gue----," Shania bingung. Mau bagaimana lagi, yang dia hadapi sekarang adalah Raja. Cowok yang seperti bunglon.
"Nggak papa, nguap aja masih cantik lo Sha."
Pipi Shania merona, Entah karena malu atau karena senang.
"Kak Raja, mau ngapain?"
Raja tersenyum manis. "Tadinya mau ngajak jalan, udah izin sama orang tua lo. Tapi, percuma dapat izin kalau ceweknya nggak mau."
"Kata siapa nggak mau.?"
"Lo, katanya ngantuk."
"Gue cuma bilang ngantuk, bukan bilang nggak mau. Sekarang ngantuk nya udah hilang, artinya gue mau. Tunggu sebentar, gue mau siap-siap dulu."
"Eh, tapi Sha...,"
Brakk
"5 menit kak." Teriak Shania dari dalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let it be,(DENDAM)
Teen FictionDia hanya ingin satu. Ada yang menguatkan dan membantu nya keluar dari rasa terpuruk. Tapi yang di dapatnya hanya sebuah genggaman yang bukan menguatkan,namun genggaman yang memperparah ke adaan. Dia kira satu genggaman lain nya bisa menghangatkan,t...