"Aku ingin kamu ada,
Masih sedikit berharap kamu nyata.
Bukan lagi khayal semata.
Sesungguhnya jiwa ku masih saja meronta,
Namun ia bersembunyi dibalik kata 'Rela' yang tak terlalu benar adanya"
Up dipagi hari :)
- - -"Lama..!" Rexa mondar-mandir disamping mobilnya sambil menatap arloji ditangan kanannya. "NALDOOO,BURUAN KELUAR. HAMPIR TELAT INI,DOO!"
Litta segera menutup kedua kuping Shania saat Rexa berteriak sangat kencang."Ngapain kuping gue yang ditutup.?"
Protes Shania menyetakkan tangan Litta dari kupingnya.
"Teriakan Rexa 18+. Hanya diperuntukkan oleh profesional!"
"Mending datengin kekamar,Re. Jangan teriak dari luar" Usul Shania yang memang pikirannya lurus,baik dan benar.
"Itu anak wajib diteriakin,Sha. Biar nggak kebiasaan lelet!"
"Mending lo diam" Bisik Litta disamping Shania.
Shania dan Litta menunggu sambil menyandarkan punggung dimobil. Berbeda lagi dengan Rexa yang mondar-mandir dengan wajah kesalnya menunggu sang Adik.
"Nunggu adik nya aja nggak sabaran gitu. Gimana mau nunggu doi pas mau akad,terus telat dikit. Bisa penghulunya yang dinikahin.!"
Jika Litta yang berceletuk seperti itu mungkin tak heran lagi. Tapi sekarang saja Litta sedang dibuat heran mendengan celetukkan Shania.
"Tumben otaknya geser.!" Heran Litta sambil menatap Shania yang wajahnya masih santai.
"Kelamaan disamping lo. Gesreknya,nular.!"
"RONALDO. BURUAAAAN KADAL.!" Teriak Rexa lagi,kali ini teriakannya lebih keras dari pada sebelumnya.
"Ingatin gue buat kedokter kuping ya,Sha.!" Bisik Litta sambil mengusap kupingnya.
Shania meringis menyaksikan wajah Rexa yang memerah. "Kalau Naldo kadal. Berarti Rexa kakaknya kadal. Dalam kurung,Rexa kadal juga.!"
Kini gantian Litta yang meringis. Kenapa sejak tadi pikiran Shania lebih aneh dari nya.? Itulah yang ada dibenak Litta.
"RONALDOOOOO. KELUAR ATAU GUE BAKAR KAMAR LO.?"
"Bakar kamar,Naldo. Otomatis rumahnya ikut kebakar-----awwssss" Shania mengelus dahinya yang baru saja dijitak Litta.
Litta menggembungkan pipi. Yang satu teriak-teriak dan yang satunya lagi entah kenapa pikirannya sedikit geser hari ini. Apa tadi malam saat tertidur otak mereka tertukar.? Tidak begitukan.?
"ASTAGAA,RONALDOO.!"
Kini bukan lagi Rexa yang berteriak. Tapi Litta yang berteriak.
Shania menaikan alis,apa sekarang kesabaran Litta pada Ronaldo sudah habis dan akan ikut marah pada bocah kecil itu.Apalagi saat Litta berlari kedalam rumah membuat Shania dan Rexa melotot kaget."Adik lo bisa habis sama,Litta.!" Ucap Shania panik ikut menyusul Litta. Akhirnya Rexa ikut menyusul juga.
Shania dan Rexa tertugun saat melihat adegan didepan kamar Ronaldo.
"Ronaldo,sabar ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let it be,(DENDAM)
Ficção AdolescenteDia hanya ingin satu. Ada yang menguatkan dan membantu nya keluar dari rasa terpuruk. Tapi yang di dapatnya hanya sebuah genggaman yang bukan menguatkan,namun genggaman yang memperparah ke adaan. Dia kira satu genggaman lain nya bisa menghangatkan,t...