part 1

9 2 0
                                    

Seorang gadis kecil termenung menatap pematang sawah kala itu,sedang rintik hujan masih setia menemani dengan begitu lebatnya.
"Huufffhhtt...",
Ia menghela nafasnya panjang.
Sampai kapankah ia harus menunggu hujan itu selesai karena sudah lama ia duduk sendiri di sebuah gubuk tua dengan hawa dingin yang serasa menusuk tulang.

Gadis berumur delapan tahun itu merapatkan kaos hijau yang dikenakannya, mencoba mengusir rasa dingin yang seakan tak pernah berhenti mengusik saraf kulitnya.

"Ayolah.. aku benci hujan lebat.., aku hanya menyukai gerimisnya saja..",
Ia menatap kearah langit yang sangat kelam seakan tak mau mendengar ocehan kecilnya. Namun gadis itu tak putus asa walau ada banyak butiran kecil air hujan yang menerobos masuk dan menghujani binar matanya.

"Hei langit... Tadi aku menyukaimu karena gerimis dan cahaya matahari..!, Kau tahu kenapa?, Itu karena bila mereka mau bersahabat maka akan muncul pelangi yang indah kesukaanku...!", Ucapnya seakan ia memang berkata pada sang langit.

"Tapi tiba tiba kau malah menjadi kelam dan menurunkan hujan yang lebat.. aku kecewa..., Lalu bagaimana dengan pelangiku?", Ucap sang gadis bersungut sungut.

Tiba tiba sesosok bayangan berlari dengan cepat dan memasuki gubuk tua itu, spontan membuat si gadis berteriak,
"Aaaaa...!!!",

"Aaaa...!!",

"Setan..!",

"Hish.., kau itu yang setan!",

"Ih!", Si gadis menampakkan raut muka masamnya tatkala mengetahui bahwa bayangan yang dikiranya setan itu adalah sahabat karibnya sendiri, Umair.

"Lagian kamu sih tiba tiba main nongol gitu aja... Kan kayak setan kan jadinya...", Imbuhnya lagi.

Sementara Umair hanya tersenyum hingga menampakkan lesung pipit nya, "heeh... Emangnya kamu enggak hah?, Diem Baek dipojokan persis kayak penunggu di gubuk ini ",

Okelah..., Gadis kecil itu terdiam mendengar jawaban Umair, "mm.. darimana?, Kok basah kuyup begini?",

"Dari sana mau kesini...", Sahut umair kalem.

"Ish.. yang serius dong Umair..!",

"Memang wajahku tidak menampakkan raut serius hah?", Tanyanya sambil melepaskan jaket yang ia pakai karena basah oleh hujan.

"Nggak... Kamu kan sering bo'ong ...", Si gadis menjulurkan lidahnya.

"Hmpf!, Okeh!, Tadi aku habis dari hutan, masang perangkap buat nangkep burung.. tapi malah hujan terus burungnya lari", jawabnya agak ngegas.
"Gimana?, Ada yang kurang jelas naqiya?", Sambung nya lagi.

"Haha...", Naqiya tertawa lepas melihat wajah Umair, "hihi..hiya... Ada..",

"Apa!?",

"Tadi kamu bilang burungnya lari..., Bukannya burung itu terbang ya?", Ledeknya menang.

Umair membuang mukanya, "kan aku nangkep burung unta..!", Sahutnya tak mau kalah.

"Hii... Umair lucu ah!, Ini Indonesia Umair.. bukan Afrika", naqiya semakin terpingkal pingkal.

"Serah ah..!", Bocah yang berselisih setahun dari naqiya itu melipat tangannya sambil memalingkan mukanya ngambek.

"Gyahaha.. Abang Umair ngambek nii ye..!", Naqiya semakin gencar menyerang sekujur tubuh temannya itu dengan gelitikan ala jurus totok belalang.

"Aaa!, Naqiyaa!", Benar saja, Umair langsung menggeliat karena kegelian. Serta Merta ia pun membalas jurus itu dengan kung Fu ala anak desa yang ngawur bin nyleneh, asal bisa mengenai tubuh lawannya.
Akhirnya jadilah mereka seperti Naruto yang bertemu dengan mantish, tokoh belalang dalam sinema kung Fu panda. Untung saja gubuk tua yang mereka tempati itu tidak sampai ambruk karena banyaknya jutsu dan jurus yang mereka keluarkan.

my Notes for you (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang