Picture Prompt - Sampai Napas Terakhirku

34 9 0
                                    

[ SAMPAI NAPAS TERAKHIRKU ]

WARNING:
Konten dewasa (gore eksplisit). Bijaklah dalam memilih bacaan. Yang tidak tahan mohon segera menjauh. Adegan yang tidak baik mohon dengan kesadaran pribadi untuk tidak ditiru.

Gambar mungkin tidak terlalu nyambung dengan cerita XD.

•••

Kaki jenjang gadis berambut pirang itu seolah terbuat dari material logam sehingga tidak bisa merasakan lelah berdiri selama setengah jam di pintu kafetaria kampus. Mata birunya tertuju pada seorang mahasiswa termuda yang akan menyelesaikan kuliahnya tahun ini bersama ratusan orang yang usianya berbeda jauh.

Laki-laki itu membalik halaman demi halaman Ensiklopedia Britannica yang baru dipinjamnya sambil sesekali meneguk minuman hangat di meja. Manik abu-abu yang berlindung di balik kacamata bergagang tebal bergerak cepat di antara kalimat-kalimat penyusun sebuah paragraf. Baru saja ia hendak membalikkan halaman lagi, tanpa sengaja minuman itu tumpah ke lantai karena tersenggol siku.

Gadis di depan pintu tertegun, terlebih ketika melihat pemuda itu mengambil sebuah pel dan membersihkan lantai dengan penuh tanggung jawab meski tidak ada yang melihat kecuali Tuhan dan dirinya. Dia mendekat dengan maksud ingin membantu, meski dengan begitu niatnya memata-matai terbongkar.

“Hai,” sapa laki-laki itu dengan senyum lebar. “Kalau tidak salah, kau Evelyn teman seangkatanku saat masih SMP bukan?” tebaknya. Gadis itu tercengung karena ia sempat menyangka dirinya tidak diingat sama sekali karena sibuknya seseorang yang tengah mengenyam pendidikan magister di semester akhir.

“A-ah, iya benar,” jawabnya canggung. Benar-benar malu karena dia yang bahkan belum mendapat gelar sarjana sudah melupakan teman-teman lamanya dengan alasan tugas. “Ergh … bisa aku bantu, Jesse? Aku bisa melakukannya lebih baik.” Sedetik kemudian, ia menyesali kata-katanya yang lebih terkesan seperti meremehkan.

“E-eh, bu-bukan begitu maksudku. A-aku hanya ingin ….”

“Benarkah? Terima kasih ya,” ungkap laki-laki yang dipanggil Jesse itu sambil menyodorkan gagang pel. Senyuman itu berhasil membuat wajah Evelyn memerah. Dia mengambil alih alat kebersihan itu dengan wajah tersipu. Sebelum akhirnya seseorang yang keberadaannya tidak pernah diprediksi menarik pakaian perempuan itu ke arahnya.

“Tuan Edward, apa urusanmu mendekati pacarku hah?!” tanya orang itu sarkas sembari merangkul bahu Evelyn. Gadis itu hanya bisa menunduk sambil berpegangan erat pada gagang pel. Meski hatinya mulai terasa panas dan ingin memukul lelaki yang berani mengklaim dirinya sebagai pacar. “Bocah culun sepertimu tidak pantas bersama Evelyn.”

Yang dikatai hanya tersenyum tipis. “Maaf, aku tidak bermaksud menganggu hubungan kalian. Aku permisi dulu,” pamit Jesse sambil membawa semua barang-barangnya, kemudian pergi tanpa berniat menjelaskan situasi sama sekali.

“Eve, kau tidak apa-apa, kan?” tanya lelaki yang mengaku sebagai pacarnya itu. dia sama sekali tidak berniat melepaskan rangkulan meski orang yang sebelumnya ingin dia hajar sampai babak belur telah angkat kaki.

Evelyn menoleh dengan tatapan penuh kemarahan. “Kau sendiri apa urusanmu, Davis?! Kau sendiri yang mencampakkanku seminggu lalu!” sergahnya sambil menyingkirkan lengan berotot yang mampu menghancurkan tulang lawannya dengan satu pukulan.

Prompts BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang