Sore yang sejuk, hujan mengguyur sekolah seakan membuat siswa siswi yang ingin pulang pun tertahan sebentar di gedung luas tersebut.
Mayoritas pembawa motor lebih memilih menunggu sedikit reda daripada menerobos hujan, selain jalanan licin. Itu karena petir yang bergemuruh seakan menciutkan nyali mereka membelah jalanan untuk sampai rumah.Seperti hal nya Firlena dan kedua teman baru nya, ya mungkin dari sekarang ia harus lebih membuka diri.
Ketiga nya bercengkrama di Kantin sekolah, sama - sama terjebak hujan"Gue males banget balik hujan - hujanan, biarpun bawa payung juga sepatu tetep basah. Masa gue nyeker"Ujar Linzi menyambung obrolan sebelumnya
Shayana mengangguk "sama, sepatu gue cuma satu nih yang begini. Kalo boleh pake yang bewarna, gue pake kuning deh besok biar ngejreng"ucapnya jenaka mengundang gelak tawa Firlena dan Linzi
"Boleh kok, Sa. Tapi sekolah lo di Kali. Jangan disini HAHAHAHA" tawa Linzi terbahak
"Anjir, emang gue tai" celetuk Shayana ikut ngakak juga
Firlena yang daritadi mentertawakan gurauan teman - temannya, sampai meneteskan air mata saking tak kuatnya menahan tawa.
"Dih lo berdua garing, tapi kok gue ngakak ya, haduh"Ucap Firlena menghapus air matanya
"Lo nya aja receh, Fir. Garing garing tapi ampe nangis lo"kata Linzi sengit
Shayana tertawa ngakak begitupun Firlena, semudah itu mereka mendapat bahagia. Tak luput dari perhatian geng Cowok yang hendak berjalan ke Kantin.
"Buset dah cewek - cewek, terkencing - kencing dah ntar"Ucap Barra memperhatikan Firlena, Linzi serta Shayana.
Arando yang fokus pada ponsel, mendongakkan kepalanya menatap ke sumber yang Barra maksud. Arando menyunggingkan senyum simpel nya
"Udah gue tembak tuh cewek,"Ujar Arando tiba - tiba
"APAA?!" kaget teman - teman Arando yang tadinya berjalan dibelakang, kini menghadang Arando
"Lo nembak tiga - tiganya?"Tanya Barra syok
"Gila, nambah satu lagi, Ar. Biar pas HAHAHA" canda Sammar
"Hilih ngakunya belom move on"Sindir Revan
Arando berhenti "satu, kalo diskon, baru tiga" canda Arando tergelak sendiri
Ketiga temannya bergidik geli sendiri, lalu melanjut tujuan mereka sebelumnya
Arando menghampiri meja Firlena, sekejap tawa pun berhenti dari ketiga perempuan itu.
"Eh pacar," Sapa Arando tengil
Firlena menggidikan bahu nya acuh, kemudian Shayana menatap Linzi seakan meminta jawaban apa yang terjadi sebelumnya.
"Mau gabung bang?" Tanya Linzi nyengir polos
Firlena melotot lalu reflek menginjak kaki Linzi, "Anjir sakiiiiittt"
Revan, Barra, Sammar saling menatap tak terkecuali Arando.
"Gue jawab aja belom, udah anjir anjir aja lo"Ujar Arando menyimpan ponsel nya ke saku celana.
Arando menarik kursi kosong di sebelah Firlena "pacar, diem aja lo" goda Arando
Firlena melotot ke arah Linzi sembari menggerutu tanpa suara seakan berkata 'gara - gara lo, dasar gila'
Linzi tersenyum kaku terpaksa, menengok ke Shayana di sebelahnya yang menatap seakan ingin mencaploknya sekarang juga, Linzi menggelengkan kepala dengan mengarahkan matanya pada Arando
