14. Hilang

1K 65 11
                                    

.
.
.
.
  "Hali! Ko nampak Solar kat sana tak?" Sahut Gempa. Hali menggeleng. Tidak menemukan.

Gempa berkali kali mencoba menghubungi Solar lewat jam kuasanya. Tidak ada sambungan.

Entah itu tidak dijawab atau tidak ada jaringan.

Hari sudah malam, Solar masih belum ditemukan. Sudah dua jam mereka mencarinya. Saudaranya sangat khawatir dengan keadaannya yang baru saja sembuh dari sakit. Mereka menyesal telah melakukan hal itu padanya tadi sore. Terutama Gempa.

Masing masing dari mereka membawa senter untuk membantu penglihatan di tempat gelap.

    "Macam mana ni kak Gem.. So..Solar dah hilang.. hiks hiks" Tangis Duri. Ia sangat khawatir dengan keberadaannya.

Taufan memeluk Duri penuh iba. Dia bisa merasakan penderitaan adiknya. Kasihan.

   "In Syaa Alloh, kita boleh menemukannya!! Dia mesti masih berada dalam kota ni!" Yakin Gempa.
   Solar baru menghilang sejak sore, kemungkinan ia masih berada di wilayah ini. Gempa mengepal tangannya dengan kuat. Penuh keyakinan.

  "Hmm.. macam mana kalau kita sambung je esok hari tuk mencarinya Gempa, malam pon dah nak larut, semakin gelap, semakin susah kita mencarinya" Ujar Hali. Menyarankan.

  "Ha ah lah.. aku dah ngantuk nih.. hoamm.." Ice menguap, menahan kantuk. Tak lupa, ia menutup mulutnya.

   "Hmm.. baiklah, nampaknya korang jugak dah nak kelelahan, semoga Solar baik baik kat sana.."

Gempa mengajak kelima adiknya pulang ke rumah untuk istirahat. Mereka pasti kelelahan.

Sambil berjalan pulang ke rumah, Gempa termenung.
   Ia mengingat kembali perkataan kasarnya pada Solar tadi sore yang telah membuatnya kabur. Solar merasa sakit hati dengannya. Gempa benar benar menyesal. Ia merasa tak pantas untuk menjadi seorang pemimpin jika ia telah membuat adiknya merasa sakit hati, bahkan kabur dari rumah. Berharap tidak terjadi hal buruk padanya.

.
.
.
.

"Solar.. maaf.."
Air matanya menetes.

  

___________________________________

  
.
.
.
.
.
.
 

Matanya perlahan lahan terbuka. Solar menatap ke sekelilingnya. Dilihatnya ruangan yang cukup gelap yang dikelilingi berbagai besi dan rantai, dua lampu neon mengarah ke posisinya. Sunyi dan dingin.

   "Eeh.. kat mana aku ni? Apasal aku ada kat sini?" Solar mencoba mengingat kembali kejadian yang terakhir kali ia ingat. Dia merasakan Seseorang ada yang menyerangnya dari belakang sebelum ia berada di sini.

Tubuhnya terasa kaku. Aneh, tidak bisa digerakkan.

    Dilihat tubuhnya. Ia baru sadar, seseorang telah mengikatnya di tiang dengan rantai besi. Rantai itu melilit dada sampai perut dan kedua kakinya. Kedua tangannya terborgol di belakangnya . Solar diam terpaku. Bahaya datang kepadanya. Dia berusaha melepaskan diri dari ikatan rantai itu. Susah.

"Eeerrghh!! Lepaskan aku!!" Solar meronta ronta di belengguan rantai. Ikatan itu sangat kuat. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan di situasi saat ini.

   'Oh ya, aku kan ada kuasa. Mungkin aku boleh lepaskan ikatan ni dengan kuasa aku' Batinnya. Solar teringat sesuatu.

  "LOMPATAN CAHAYA!!"

BZZZZTTT!!!

AAARRRGGHH!!!!

   Rantai besi tersebut menyetrum dirinya sendiri. Dia baru sadar, rantai itu bisa mengeluarkan listrik ketika ia mengeluarkan kuasa nya. Solar  merintih kesakitan. Kali ini ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Kemalangan menimpa dirinya. Ia berpasrah dengan keadaan. Berharap ada seseorang menolongnya.

Pemimpin (Boboiboy Gempa) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang