Aku ingin bercerita tentang rasa yang mengandung lara, tentang gengsi yang berujung penyesalan. Biarkan tinta ini terus tergores, bercerita pada sang malam yang berselimut kedamaian.
🦋🦋🦋
"Arsen!"Pemilik mata elang itu berdecak sebal, lalu melempar asal bola basket ditangannya, dan seperti yang semua orang ketahui bola itu masuk dengan mulusnya ke dalam ring. Pemilik nama itu berbalik, menatap tajam kearah kedua sahabatnya yang sedang tersenyum polos seolah tidak melakukan kesalahan.
Cowok itu berjalan malas menghampiri Jeff dan Aslam. Yang menunggunya di pinggir lapangan."Berhubung hari ini cuacanya terang benderang bagai di sinari cahaya surga, ditambah kicauan burung yang merdu....."
Arsen menghela nafas kasar mendengan celotehan Jeff yang tidak pernah to the point saat menginginkan sesuatu, berbeda dengan Aslam temannya yang lain yang sibuk cekikikan melihat tingkah Jeff.
Anzero billar arsen. Bahkan baja panas sekalipun tidak akan bisa melelehkan es yang sudah terpahat sempurna dalam pribadinya. Dengan tubuh tegap, bibir tipis, alis tebal, hidung mancung, bola mata hitam legam yang selalu mengintimidasi lawan bicaranya, kecuali temannya yang sudah kebal dengan sikap Arsen.
Arsen yang sederhana dengan apa yang dimilikinya.
(Anzero billar arsen)
"Jadi gimana?"
Arsen menoleh, menatap bingung kearah teman-temannya, dia tidak mendengar celotehan Jeff tapi malah sibuk dengan pemikirannya sendiri.
"Apa?"
Semuanya serempak mengehela nafas lelah, mereka sudah berceloteh panjang lebar tapi malah di anggap angin lalu oleh Arsen.
"Gue minta saran, jedor Geby atau Orlyn?"
Jeffandza alatas. Playboy kelas kakap, sering gonta ganti cewek seperti mengganti pakaian.
(Jeffandza alatas)
Berbeda dengan Aznizar ghifari aslam, yang selalu menjadi penasehat dengan semua kata ngelanturnya.
(Aznizar ghifari aslam)
"Orlyn," Jawab Arsen asal, bahkan dia tidak tau mana yang namanya orlyn, kalau dia tidak menjawab pasti temannya itu akan terus merengek meminta pendapat.
"Gue kata juga apa, Arsen pasti milih Orlyn. Cantik, bohay, beuuh mantep pokoknye!" Ucap Aslam sambil merangkul Jeff yang sudah senyum-senyum gila.
"Thanks bro. Bakal gue dapetin tu anak," Jeff menepuk pelan bahu Arsen sebagai tanda terima kasih.
"Hm."
"Kantin kagak? Laper ni meng," Ucap Aslam menaik turunkan alisnya.
"Yok! Gua traktir."
Arsen menghela nafas kasar, kemudian berjalan kearah lapangan dan kembali berkutat dengan bola basket dan ringnya, seolah hanya ada dirinya di sana, tidak menghiraukan kedua sahabatnya yang hanya geleng-geleng melihat tingkahnya.
"Udah Lam, mending kita berdua makan, laper gue."
Aslam langsung mengangguk semangat, kapan lagi sahabatnya yang somplak itu mentraktir dirinya. Keduanya berjalan santai menuju kantin sedangkan Arsen hanya memfokuskan pandangannya pada ring, karna hanya basket yang dapat mengalihkan Arsen dari dunianya.
🦋🦋🦋
"Pernah terbersit rasa untuk bercerita, tapi takdir melarang semua. Rasa sakit akan itu hanya harus terpendam tanpa adanya keinginan untuk menyeruak keluar, biarkan rasa ini memendam semua luka, menikmati setiap goresan yang ku rasakan, karna ku sadar cinta ku lebih besar dari benci ku"
***
。゚゚・。・゚゚。
゚。 Akhirnya part pertama selesai, semoga kalian bisa terus mengikuti arus dari kisah Arsen dan Kimberly. And find the meaning of their story ♡︎♡︎Jangan lupa terus dukung aku dengan memberikan support berupa
Vote ✨
Comment 📝
Share 🗞️── ⋅ʚ Continue to the next part ɞ⋅ ──
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTA
RomanceAku ingin bercerita tentang GENGSI yang berakhir penyesalan.Tentang PERJUANGAN yang tiada ujungnya. Ini kisah tentang ANZERO BILLAR ARSEN. Bahkan baja panas sekalipun tidak akan bisa melelehkan es yang sudah terpahat sempurna dalam pribadi seo...