Chapter#1

3.5K 91 0
                                    

Hanya ini jalan satu-satu nya untuk menyelamatkan ku dan ibumu, berkobanlah sekali ini saja. Aku membasarkan mu sampai dewasa seperti ini, harusnya kau mengerti bagaimana caranya membalas budi.

Sania hanya tertunduk sembari mengepalkan tangannya. Ia ingin sekali marah, namun perasaan itu tidak dapat ia lontarkan.

Balas budi? Mengapa aku harus membalas budi untuk kewajiban yang memang harus kau lakukan...

Pernikahan akan dilangsungkan besok.
Tanpa persetujuan sania terlebih dahulu, sang ayah langsung menjualnya tanpa pikir panjang. Tanpa memikirkan nasib putrinya yang malang. Bahkan sang ayah memberitahukan kepada sania pada malam hari. Sangat mendadak bukan?

"Haaaahhh"
Desahan halus keluar dari mulut sania ketika membaringkan tubuhnya yang sudah cukup lelah ke ranjangnya.

Entah itu helaan lega atau sebuah eluhan. Hanya sania dan Tuhan yang tau.

Sania mengerjapkan matanya yang sudah mulai redup. Kini tubuhnya sudah sangat lelah lahir dan batin.

- - - - - - - -

Sania masih tetap mematung di depan
kaca, menatap dirinya yang mungkin sekarang dalam keadaan mengenaskan. Ia tidak tau harus berekspresi seperti apa. Kini perasaannya bercampur aduk seolah-olah berkecamuk di dalam dirinya.

"Permisi nona, utusan dari keluarga Tuan Zergan sudah datang untuk menjemput nona" ucap bibi pengurus sania dengan tatapan sendu menatap sania. Ya, ia adalah pelayan setia sania. Ia bekerja secara percuma tanpa dibayar. Bukan karena apa, tapi karena ia sudah menganggap sania seperti anaknya sendiri.

"Mengapa?" Tanya sania tanpa memalingkan wajahnya, ia tetap menatap bayangan dirinya di kaca. Betapa menyedihkannya dia, bahkan dia tidak bisa untuk hanya sekedar menggelangkan kepala penolakan.

Sang bibi pengurus hanya diam menatap sendu.

Sania pun bangkit dan mengusap air matanya. Tak lupa ia menyemangati dirinya untuk bisa bertahan kedepannya.

Sania berjalan menuju ke
ruang tamu. Dimana terdapat seorang pria berjas sedang duduk menunggu bersama ayahnya. Jika ditanya kemana ibu sania, maka jawabannya adalah ibu sania masih mengalami koma.

Sania menghentikan langkahnya
ketika pria itu mulai berdiri saat melihatnya datang.

"Saya akan membawa nona sania sekarang" ucapnya

"Baiklah tuan flix. Sania,
ikutlah dengan tua flix sekarang. Tuan zergan ingin bertemu denganmu"

Sania diam, tak menjawab apa yang ayahnya katakan.

"Kami pamit undur diri" ucap flix

Sania pun pergi keluar mengikuti langkah flix tanpa sepatah kata. Ia masuk kedalam mobil tanpa suara, dalam perjalanan pun ia tetap membisu.

Apakah boleh jika aku mati? Sungguh, aku sangat ketakutan jika menghadapi mereka. Ah, tidak. Aku tidak boleh mati, ibu masih membutuhkan ku. Pastinya ayah brengsek itu tidak akan mau mengurus ibu. Ya Tuhan, mengapa aku mengalami nasib buruk. Aku hanya ingin menghilang dari dunia ini bersama ibu...

Menatap jalanan, pikiran sania berlarian kemana-mana.

• • • • • • • •

Zergan Gavinanda, itulah nama
pria yang akan sania nikahi. Pemilik perusahaan ternama Gavinanda's Group sekaligus ketua mafia terkuat di dunia mafia. Rumor mengatakan jika dia adalah laki-laki berdarah dingin dan berhati besi. Dia bahkan mampu mengancurkan sebuah kelompok ataupun perusahaan besar dalam hitungan jam. Rumornya lagi dia sering bergonta-ganti pasangan. Tak terhitung berapa wanita yang sudah bermalam dengannya. Bahkan banyak wanita-wanita yang mengantri untuk tidur dengannya.

Lantas mengapa laki-laki seperti itu ingin menikah. Bahkan menikah denganku. Aku juga tidak secantik wanita-wanita diluar sana. Bahkan menurut artikel, aku sama sekali tidak masuk dalam kategori tipe wanita yang ia inginkan. Tapi mengapa?...

Mobil berhenti. Flix segera turun dan membuka pintu untuk sania.

"Silahkan nona! Kita sudah sampai!" ujar flix

Lamunan sania buyar ketika mendengar panggilan flix. Dia sudah berdiri di luar mobil sambil membukakan pintu. Sania berdiri keluar dari mobil. Sania berusaha mengendalikan dirinya. Dimana ini, tempat ini terlihat seperti istana, atau kah aula gumam sania. Sania berjalan mengikuti flix tanpa mengeluarkan suara.

"Silahkan masuk ke dalam nona! Tuan Zergan akan datang sebentar lagi." Ucapnya

"Baik"

Sebenarnya di dalam diri sania, ia ingin bertanya sesuatu kepada flix, namun melihat suasananya, iapun engga dan mengurungkan niatnya. Sania pun masuk ke dalam tempat tersebut dan duduk di tempat yang sudah disiapkan.

"A-aku ingin pergi ke toilet sebentar!" Ujar sania

"Baiklah nona. Jangan berlama-lama dan jangan sampai anda kembali setelah tuan zergan datang"

"Iya, terimakasih"

Sania segera berjalan menuju ke toilet.

-----------------------
Sania kini menatap ke arah kaca toilet. Setelah membenahi riasan di wajahnya, kini sania berlatih tersenyum. Ya, sebagai seorang pengantin, hal yang paling harus dilakukan adalah tersenyum. Tersenyum sambil berjalan ke arah lubang neraka yang tidak tahu dimana ujungnya. Sungguh menggelikan bukan

Sania kembali dari toilet. Ia duduk di bangku pengantin.

Apa ini? Apakah ini dapat disebut sebagai pernikahan? Bahkan tamu tidak ada satupun. Ya, memang aku tidak pernah berharap lebih..

Tak lama kemudian, pintu terbuka dan
muncul dua orang laki-laki. Bisa ditebak mana yang ketua mafia dan mana yang tangan kanan dari ketua mafia tersebut. Mungkin sedikit sulit bagi orang biasa menebak mana antara ketua mafia dari mereka berdua, namun beda halnya dengan sania. Ia cukup peka dengan aura seseorang.

Aura mereka berdua hampir sama, namun milik Tuan Zergan tentunya lebih mencekam.

"Nona, tuan zergan dan aroon sudah sampai" ucap flix

"Aroon?"

Flix hanya diam tak menjawab pertanyaan sania

Zergan segera duduk di kursi sebelah sania.

Sania sedikit terkejut dengan perawakan zergan. Di mata sania, zergan terlihat tampan dan tegas. Mata biru dan kulit putih nya sangat cocok. Perpaduan yang indah. Namun, siapa tahu ada sifat busuk yang terdapat di dalam dirinya. Yah, siapa tahu

"Perkenalkan nona, saya aroon! Tangan kanan Tuan Zergan" ujar aroon sembil membungkukkan sedikit.

Sania seketika terjaga dari lamunannya

"Mulai!" Perintah zergan

Pernikahan pun dimulai. Dengan satu pendeta dan dua saksi.
Tempat mewah namun serasa seperti sederhana.

* * * * * *
Kini sepasang suami istri baru tersebut tengah duduk berhadapan di dalam sebuah ruangan yang wanita yakini itu adalah ruang kerja suaminya. Sang suami pun melemparkan sebuah amplop coklat kepada istrinya. Ya, siapa lagi kalau bukan sania dan zergan.

"Apa ini?" Tanya sania

"Baca!"

Sania mengangkat tangannya perlahan. Tubuhnya gemetar, tangannya berkeringat. Ia mengambil amplop tersebut dan mengeluarkan beberapa carik kertas.

Mata sania terbuka lebar seketika melihat isi dari kertas tersebut....

BERSAMBUNG

Mafia And Me  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang