Byuurrr
Segelas air lepas
jatuh mengguyur sania yang tengah tertidur lelap.Sania terbangun dengan terengap-engap dan langsung mengusap wajahnya yang basah.
Sesaat setelah mengusap wajahnya, netra sania menangkap sesosok pria bertubuh besar tengah berdiri tegap disebelahnya menunjukkan tatapan elang mengarah ke arah nya. Siapa lagi kalau bukan suami nya, zergan.
"Bangun" suara datar namun tegas keluar dari mulut zergan.
Tak ingin melawan, sania langsung berdiri dari tempat tidurnya.
"Buang sprei dan ganti baru. Kutunggu, cepat" perintahnya
Zergan berjalan menuju sofa yang letaknya tak jauh di ranjang yang ditempati sania Dan langsung duduk menatap tajam ke arah sania.
Dengan cepat sania melepas semua sprei yang terpasang di ranjang nya dan menggantinya dengan sprei yang baru.
Sania terheran-heran, mengapa suaminya menyuruh mengganti sprei tengah malam.
Setelah semuanya selesai, sania menghampiri zergan dan berdiri mematung di sebelahnya. Zergan beranjak berdiri dan naik ke ranjangnya. Ia duduk menyenderkan punggungnya pada tumpukan bantal dan meluruskan kaki nya.
Zergan mengangkat dua jari nya ke udara dan mengayunkannya ke depan dan ke belakang dua kali mengisyaratkan 'kemari'. Seolah tahu, sania langsung berjalan mendekati zergan.
"Tunggu apa lagi? Cepat layani aku" ucap zergan santai.
Mata sania mendelik
Tunggu....A-apa?!layani?! Tidak. Jangan-jangan dia meminta ku untuk melakukan hal itu?! TIDAAKKKKK!!!!
Dengan reflek sania langsung memeluk diri nya sendiri. Zergan menatap aneh sania. Ia hanya menyuruh istrinya untuk memijat kakinya karena lelah.
Zergan membuka pintu dan keluar dari kamar nya, berjalan menyusuri setiap tangga, naik-turun. Ia berhenti tepat di depan pintu kamar sania. Ia membuka pintu nya dan mencoba melihat ke dalam.
Gelap, hanya ada satu penerangan redup tepat di sebelah ranjang sania. 'wah sudah tidak menyambutku, bahkan kau tidur dengan nyenyak mendahuluiku. Baiklah karena ini kesalahan flix, akan kuampuni kau untuk hari ini' gumam zergan. Ia menutup pintu kamar sania dan berjalan menuju ke ruang kerja nya. Ia mendudukan dirinya ke sofa yang ada disana. Ia menatap langit-langit ruangannya dan menatap ke kedua kakinya "mengapa hari ini sangat melelahkan. Bahkan menaiki tangga sudah membuatku sangat letih. Apa aku sudah tambah tua" zergan segera berdiri dan berjalan menuju ke arah cermin. Ia melihat wajah nya sendiri di pantulan cermin, membolak-balikan wajahnya, tak menemukan sedikit pun bulu diwajahnya. Ia sedikit lega karena ia tak bertambah tua. Ia akan kesulitan melawan musuhnya jika bergerak saja sulit.
Jam menunjukkan pukul 01.34 WIB. Ia mencoba menutup matanya untuk tidur namun tidak bisa, "mungkin sedikit pijatan akan membuat ku segera tertidur" "akan kusuruh dia" zergan keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke kamar sania. Membuka pintu, menyalakan lampu dan berjalan menuju ke arah istrinya.
Ia mencoba memanggil istrinya namun tak ada balasan. "hey wanita, bangun" "hey wanita, aku menyuruhmu bangun" teriaknya. 'berani-beraninya ia tidak mendengar perintahku' zergan menatap ke arah meja disebelah ranjang, ia melihat ada segelas air, tanpa basa-basi ia mengambil air dan mengguyurnya tepat di wajah istrinya. "bangun" zergan menatap ke arah sprei yang baru saja ditempati istrinya. 'kenapa corak sprei ini norak sekali, kampungan. Will, kamu membeli barang seperti ini' "buang sprei, ganti baru. Kutunggu cepat".
Zergan berjalan duduk di sofa. 'mataku buram. Mungkin karena remang lampu itu membuat mataku sakit' zergan mencoba memfokuskan perhatiannya ke arah istrinya agar matanya tidak buram.Setelah menunggu beberapa saat, istrinya selesai merapikan sprei dan berdiri mematung disebelahnya. 'sepertinya dia takut padaku. Hmh, baguslah. Tanpa perlu kuperingati lagi dia sudah takut' zergan berjalan ke ranjang menyenderkan punggung nya dan meluruskan kakinya. Ia memberikan isyarat dua jari ke istrinya. Ia menatap istrinya yang kembali mematung di depannya "tunggu apa lagi? Cepat layani aku". Zergan menatap aneh terhadap tingkah laku istrinya.
"Aku tidak akan menyentuhmu. Hmh, apa jangan-jangan kau sendiri yang ingin kusentuh?" goda zergan menunjukkan senyum remehnya
Gila gila... Mana mungkin, tidak, mana mau aku kau sentuh. Hey tuan, aku tidak semurahan itu kau tau!
"Tidak tuan, mana mungkin saya yang rendahan ini minta disentuh oleh tuan" sanggah sania menunjukkan senyum nya.
"Bagus kau sadar diri"
Iya iya aku sadar diri memang! Lalu mengapa kau naik ke ranjang ku?!
"Pijat kaki ku" perintah zergan
Bilang dari tadi, apa harus dulu mengejek diriku? Dasar!
Sania naik ke ranjang dan segera memijat pelan kaki zergan.
"pijat dengan keras. Kau itu kurus kering, tidak bertenaga lagi. Jangan jadi ranting hidup" ledek zergan
"iya tuan" jawab sania menampakkan senyumnya.
Apa nya yang kurus kering, dirimu lah tuan yang terlalu berisi, sehingga melihat ku seolah-olah hanya sebuah ranting.
Ingin rasanya sania mengucapkan kata-kata itu, namun bisa-bisa keluarga nya akan hancur dan dia akan dipenggal. Ih, membayangkannya saja sudah membuatnya merinding.
Setelah cukup lama memijat sania sedikit lelah dan berhenti sejenak. Ia melihat zergan yang sepertinya sudah tertidur. Ia menatap wajah tenang zergan
"Aku belum menyuruhmu untuk berhenti dan melihati wajahku"
Sania kaget. Ia pikir zergan sudah tidur. Dan bagaimana dia tahu kalau sania tengah meliht wajahnya. Apa ia peramal?
Sania melanjutkan memijat kaki zergan. Hampir dua jam kegiatan itu terus berlanjut. Kini zergan benar-benar sudah tertidur pulas. Bahkan saat sania menghentikan pijatannya zergan tidak memerintahkannya lagi. Tanpa beranjak dari tempatnya, Sania menatap wajah zergan yang sangat tenang dan damai dalam tidurnya. Wajah yang tenang dan enak dipandang seolah-olah memberi harapan kepada sania. Namun ia segera menepis kuat-kuat, ia tidak mau berharap. Toh pernikahan mereka juga karena membayar hutang. Sania menatap sendu wajah suaminya. Semua orang tidak akan menyangka jika sesorang yang memiliki wajah tenang seperti ini adalah seorang ketua mafia. Bahkan sifat nya berbanding terbalik. Wajahnya seolah-olah menghipnotis siapapun yang melihatnya.
Tanpa sadar sania mengerjapkan matanya dan tertidur pulas di atas kaki suaminya. Mungkin menatap wajah zergan membuat rasa kantuknya dua kali lebih hebat. Mereka berdua tertidur pulas di atas ranjang yang sama. Suasananya sangat tenang, jika siapapun melihat seakan-akan mereka adalah keluarga harmonis karena aura ketenangan yang mereka keluarkan.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia And Me
RomanceDi paksa untuk menikah mungkin terdengar lebih indah. Namun nyatanya, Sania dijual oleh Ayahnya sendiri kepada mafia berdarah dingin yang sedang bermarkas di kota kelahirannya. . . . "Saya tidak akan menyakitimu. Maka lakukan peranmu dengan baik,"...