⚠️ trigger warning: blood, self harm
Sejak hari itu, semua berjalan seperti biasa. Hyunjin yang mati-matian mencari keberadaan keparat itu dan Felix yang tak memberi kabar apapun. Keduanya hilang kontak tanpa ada yang menyadari.
Sudah dua minggu semenjak Hyunjin mengetahui bahwa Jeongin adalah pelaku dari kasus yang selama ini ia kerjakan. Dan sampai saat ini, Hyunjin belum menemukan jejak apapun tentang keparat itu. Hyunjin, Yeonjun serta tim kepolisian yang mengerjakan kasus ini benar-benar sudah mengerahkan segala cara untuk menemukan titik terang dari kasus ini. Mencari sepuluh pelaku yang tersisa. Tapi semuanya sia-sia. Satu-satunya yang mereka temukan hanyalah tubuh tanpa nyawa sebagian pelaku. Satu persatu pelaku selain Jeongin, selalu ditemukan tanpa nyawa. Dan ketika diselidiki, semua alasannya selalu sama. Semua pelaku yang tewas ditetapkan sebagai kasus bunuh diri.
Hyunjin sendiri tidak percaya dengan semua itu. Bagaimana bisa setiap pelaku kasus pemerkosaan ini melakukan bunuh diri secara beruntun? Sejauh ini, mereka sudah menemukan lima pelaku dalam keadaan tanpa nyawa. Hanya tinggal lima orang termasuk Jeongin yang belum ia temukan.
Hyunjin menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya. Pikirannya benar-benar kacau ketika memikirkan kasus ini. Tim kepolisian bahkan hampir ingin menutup kasus ini jika saja Hyunjin tidak bersikeras untuk menyelesaikan kasus ini sampai tuntas. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa setidaknya bajingan itu harus ia temukan. Bajingan itu harus membayar apa yang telah ia lakukan pada Felix.
Beberapa menit mengistirahatkan otaknya, Hyunjin kembali mengangkat kepalanya begitu sadar bahwa Felix tidak memberikan kabar apapun padanya selama beberapa minggu ini. Lelaki itu tidak terlibat kasus apapun seperti biasanya. Tidak juga menghubungi Hyunjin untuk sekadar menggodanya. Felix benar-benar hilang tanpa kabar. Karena kesibukannya pun, Hyunjin lupa untuk mengunjungi Felix atau setidaknya menanyakan kabar lelaki manis itu. Hyunjin mengacak rambutnya asal.
Bodoh.
Padahal ia yang paling tau bahwa Felix adalah orang yang seharusnya ia awasi. Seharusnya ia tau, bahwa Felix sedang membutuhkannya. Kenapa ia bisa lupa dengan fakta itu dan malah meninggalkan Felix bahkan selama dua minggu ini?
Bodoh, bodoh, bodoh--
Hyunjin merapikan seluruh berkas-berkasnya. Setelah beberapa kali melakukan panggilan telepon, namun tak ada jawaban. Hyunjin mengetik beberapa pesan pada Felix, mengabarkan bahwa dirinya akan berkunjung sebentar. Selesai dengan tumpukan berkas, Hyunjin menghampiri Yeonjun.
"Yeonjun Hyung, sepertinya aku tidak bisa lembur hari ini. "
"Sudah kubilang tak apa, Hyunjin. Kau memang butuh istirahat. Tak usah paksakan dirimu untuk menyelesaikan kasus ini. Lagipula, kau punya tim yang bisa diandalkan! Kau tidak percaya pada kami? " Ucap Yeonjun dengan wajah murung yang dibuat-buat.
Hyunjin tertawa kecil, merapatkan jaket kulit hitam miliknya.
"Bukan begitu Hyung.. Kau yang paling tau kenapa aku begitu ingin segera menyelesaikan kasus ini kan? " Hyunjin tersenyum kecil, menepuk-nepuk pundak Yeonjun sebelum akhirnya segera berpamitan meninggalkan Yeonjun yang memperhatikan Hyunjin dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Yeonjun tau ini semua karena Felix.
Ia hanya berharap agar Hyunjin tak perlu berurusan dengan si brengsek Minho..
KAMU SEDANG MEMBACA
Vicious || HyunLix (HIATUS)
Fanfiction"Ada apa dengan mulutmu itu Lee? Perlukah aku membungkam mulutmu dengan bibirku?" "Kalau begitu lakukan, Inspektur." "Oh ya, aku lebih menyukai cara kasar ketimbang sekadar kecupan manis Inspektur Hwang Hyunjin yang terhormat." Tantang Lee Felix den...