Prolog

50.2K 4K 473
                                    

"Perlengkapan kamu udah mama siapin semua. Disana jangan nakal, ya, sayang?" Pelukan perpisahan dilepas oleh pasangan ibu-anak tersebut. "Mama pasti bakalan kangen sama kamu"

"Renjun juga" sang anak balas memeluk mamanya.

"Renjun, udah siap semuanya?" Sang anak yang dipanggil Renjun terpaksa melepas pelukannya dengan sang mama. "Udah, papa"

"Jaga diri disana. Kalau ada apa-apa, telepon papa, oke?" Sang papa hanya mengelus lembut rambut putra tunggalnya.

Huang Renjun. Putra tunggal dari pasangan Huang, pengusaha sukses dari China. Menjadi putra satu-satunya, membuat Renjun sangat dimanja. Renjun disekolahkan di sekolah biasa, berharap ia akan tumbuh seperti anak biasanya. Tapi, semuanya salah. Di usianya yang menginjak 16 tahun, ia bahkan belum menemukan kekuatannya. Maka dengan berat hati, kedua orang tuanya mengantarkannya ke sekolah khusus. Di sana ia akan mempelajari seluk beluk berbagai macam kekuatan. Kedua orang tuanya berharap, putra mungil mereka dapat segera menemukan kekuatannya, karena jika sampai usianya menginjak umur 17 dan ia tidak menemukan kekuatannya, ia akan dianggap rusak. Barang rusak harus dibuang, bukan?

"Mama, kalau akhirnya Renjun memang tidak punya kekuatan, bagaimana?" Saat ini Renjun dan kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan menuju Neo City School. Sekolah khusus bagi mereka yang ingin memperdalam pengendalian kekuatan.

"Hei, jangan bicara seperti itu. Anak papa itu kuat. Jangan pesimis seperti itu"

"Renjun hanya takut dibuang, papa" Renjun memilin ujung bajunya gugup. Ketakutannya semenjak ia menginjak usia 16 tahun selalu sama. Bagaimana kalau pada akhirnya ia tetap tidak menemukan kekuatannya? Ia takut dibuang. Ia ingin selalu bersama kedua orang tuanya.

"Itu sekolah khusus, Renjun. Kamu bakalan diajarin disana. Pasti ketemu kok kekuatannya" balas sang mama menguatkan.

"Ya, semoga"




"Selamat pagi, tuan Pa-Huang. Senang bertemu kembali dengan anda" sapa seseorang dengan name tag Seo Johnny.

"Selamat pagi" papa Renjun balas menundukkan badannya.

"Jadi, ini yang namanya, Renjun?" Ia melirik Renjun yang bersembunyi dibalik tubuh tinggi papanya.

"Renjun, perkenalkan dirimu, sayang" pinta sang mama sembari menarik anaknya keluar dari persembunyian.

"Na-nama saya Huang Renjun. Salam kenal" Renjun membungkukkan badannya gugup. Ia ditatap intens oleh orang bernama Seo Johnny itu.

"Saya pastikan dia akan menemukan kekuatannya. Jangan khawatir, tuan Huang" setelah lama menatap Renjun, ia memberikan seulas senyum pada papa Renjun.

"Semoga tidak mengecewakan" balas papa Renjun. Ia kemudian berbalik pada anak semata wayangnya.

"Papa dan mama akan pulang. Kamu jaga diri baik-baik. Setiap bulan pasti papa dan mama akan datang. Mengerti?" Renjun kembali dipeluk oleh orang tuanya. Ini benar-benar yang terakhir. Rasanya matanya memanas. Ia yang biasanya selalu hidup dengan keluarganya, kini harus mulai membiasakan diri untuk sendiri.

"Mama sayang Renjun" setelahnya kedua orang tua Renjun kembali ke mobil. Renjun terus memerhatikan mobil itu sampai hilang ditelan tikungan.

"Renjun"

"Ah, ya Mr. Seo?" Renjun tersentak kecil saat namanya dipanggil.

"Mari ikut saya" Johnny berjalan duluan, sementara Renjun menyusul di belakang sambil sesekali melihat sekolah barunya.

"Ini Ten" Renjun kembali diperkenalkan pada orang baru.

"Hai, Renjun. Kau sangat manis" Renjun membeku saat pipinya dicubit. Apa ini cara baru dalam berkenalan? Kenapa ia tidak tahu?

"Ten, stop it. Kamu mengejutkannya"

"Ah, sorry, sweety" balas Ten sambil mengelus lembut pipi memerah Renjun.

"Renjun, sekali lagi, ini Ten. Dia yang akan membantumu dalam urusan asrama"

"Ikut aku, manis" Ten dengan semangat menarik tangan Renjun meninggalkan Johnny dengan koper milik Renjun.

"Tu-tunggu! Koper saya keting-"

"Sayang, bawakan kopernya ya? You'll get what you want tonight" Ten berteriak pada Johnny sambil memberikan wink.

"Itu tidak sop-"

"Tenang saja, suamiku orang yang baik" Ten kembali menarik tangan Renjun dengan lebih bersemangat.

"Nah, jadi ini kamar milikmu. Setiap anak punya kamar masing-masing. Kalau ada yang penting, silakan telepon aku. Disini semuanya sudah lengkap" Ten menepuk buku kecil di samping telepon di atas nakas.

"Sekolah dimulai pukul 8 dan berakhir pukul 3. Sarapan pukul 7, makan siang kau bisa atur sendiri, dan makan malam pukul 7. Sekolah dari hari senin sampai jumat, setiap hari sabtu, akan ada pengecekan kamar. Kamar yang tidak bersih akan dikenakan denda. Cobalah berteman dengan anak sekitar kamarmu. Psst, jangan berteman dengan anak disebelah kamarmu. Dia berisik. Baiklah, kurasa semua sudah jelas. Ada yang tidak kau mengerti?"

"Hah?" Renjun hanya bisa terdiam dengan muka bingung. Terlalu banyak informasi yang ia dengar.

"Hahaha, kau sangat imut" Ten kembali mencubit pipi bulat itu.

"Ada yang tidak kau mengerti?" Tanya Ten kembali setelah Renjun kembali pada kesadarannya.

"Ti-tidak"

"Baiklah. Kalau begitu aku pergi"

Ceklek

Setelahnya Renjun sendirian di kamar barunya. Perhatiannya tertuju pada kaca besar yang menghadap ke arah lapangan sekolah. Di sana beberapa anak yang tampaknya seusianya sedang sibuk bermain basket. Salah satu dari mereka mencuri perhatiannya. Tubuh tegap dengan kulit seputih susu. Mata sipit, dan bibir tipis. Dia sangat tampan. Tiba-tiba mata tipis nan tajam itu balik melihat ke arahnya. Renjun gelagapan. Ia segera menarik tirai untuk menutup kaca besar itu.

'Siapa dia? Dia sangat tampan'











Semoga suka, hehe

Medan, 5 Desember 2020

Power | Noren ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang