empat; berpisah

2.3K 323 32
                                    

.

.

Cinta tidak melulu tentang bersatu, bukan?

.

.

Mari kita putar waktu kebelakang yang banyak, sebanyak 13 tahun yang lalu. Dimana pemeran pertama dalam cerita ini masih berusia 22 tahun -masih muda. Masa dimana mereka masih belum bisa mengontrol emosi dengan baik, masa dimana mereka masih memiliki ego yang tinggi.

"Namjoon, jangan seperti ini! Kau pikir aku tidak lelah? Sama! Aku pun lelah." Untuk kesekian kalinya. Rumah itu ramai; ramai dengan teriakan pertengkaran Namjoon dan Seokjin.

"Lalu aku harus bagaimana? Kau tau kan aku baru bekerja? Tidak mungkin aku mengajukan cuti." Namjoon baru lulus kuliah dan langsung ditempatkan kerja di perusahaan orang tuanya. Sedangkan Seokjin yang tidak mau kuliah dengan alasan tidak mau belajar memilih membuka toko roti di dekat rumah mereka bersama teman temannya. "Kenapa tidak kau saja yang berhenti bekerja?

Seokjin mengusak rambutnya frustasi. "Namjoon, dengar. Kau pikir aku tidak bosan tinggal di rumah terus bersama si kembar? Aku bosan! Jaga di toko adalah satu-satunya cara mengusir bosanku." Baru setahun ini memang toko roti bersama itu buka. Dulu selama dua tahun, Seokjin tinggal di rumah bersama anak kembar mereka yang kini sudah berusia 3 tahun. Sudah setahun juga Seokjin kepayahan mengasuh si kembar sekaligus kerja. Tapi tak apa, Seokjin senang karena dia tidak di rumah terus.

Namun sejak setahun yang lalu juga, Seokjin dan Namjoon selalu bertengkar. Si kembar bahkan sampai takut saat kedua orang tuanya bertengkar. Seperti sekarang.

Si kembar yang berusia 3 tahun mengintir dari pintu kamar mereka yang terbuka sedikit. Jimin jongkok dan Jungkook berdiri, kepala keduanya menyembul dari pintu.

"Appa kenapa belteliak?" Tanya Jungkook. Mata bulatnya terus menatap kedua orang tuanya yang masih bertengkar.

Jimin menggeleng. "Jimin juga tidak tau." Balas Jimin.

"Kau mentelantarkan si kembar, Seokjin."

"Aku tidak mentelantarkan mereka! Aku menitipkan si kembar ke orang tua kita. Aku juga menjemput mereka."

"Tapi tetap saja, kau meninggalkan si kembar!"

Seokjin mengusap mukanya, kesal dengan sifat keras Namjoon. Selalu begini.

"AKU TIDAK MENINGGALKAN MEREKA!"

"KAU MENINGGALKAN MEREKA!"

Jimin semakin erat memeluk boneka bebek berwarna kuning yang ada dipelukannya, Jungkook mencengram erat pinggiran pintu. Keduanya kaget karena kedua orang tuanya saling berteriak. Kedua mata mereka berkaca-kaca.

Seokjin menggertakan giginya, kedua tangannya mengepal, "LALU APA MAUMU?!"

"AKU MAU KAU MENURUT!"


Tes...
Tes...

Tetesan air mata membasahi boneka yang Jimin peluk. Jimin mendongak dan melihat adiknya tengah mengusap air matanya. Jimin tau, Jungkook sedih karena adiknya menangis. Jimin mundur, berdiri dari posisi jongkoknya lalu menggenggam tangan Jungkook.

"Ayo kita tidul. Jimin ngantuk." Ujar dang kakak menarik tangan Jungkook menjauh dari sana.

Jungkook mengangguk menurut. Ia tutup pintu kamar dan mengikuti kaki Jimin membawanya ke tempat tidur.

EmptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang