JULIAN, DITA DAN AKU

76 25 13
                                    

Ciluuk... 🙈

Baa👻..

Horee aku come back 🕺

Di tunggu banget loh vote dan komennya 😉

Yang suka sama alur ceritanya, boleh dong. Jempol nya mana? Mana jempol nya? 👌 😋... Langsung vote yah kasih bintang biar semangat author buat nulisnya.

Jangan lupa follow yah, tenang aku follback kok 😊,, tapi kalo follback perasaan gak bisa yah😜

Cuus, langsung baca aja ceritanya!

Enjoy for reading

Selamat membaca🤩

==============

1 Bulan sebelum pernikahan itu terjadi....

Flashback on

Tin.. Tin.. Tin..

Buru-buru ku sibak jendela kamarku. Senyumku terukir tatkala sebuah mobil tampak terparkir di depan rumahku. Tak salah lagi itu mobil Julian. Langsung ku sambar tas dan bergegas turun menemuinya di depan halaman.

Seorang lelaki tampan dengan setelan kemeja putih dan celana abu abu terlihat berdiri di depan pintu mobil menyambut ke datanganku. Julian tersenyum manis, selalu saja senyum itu meluluh lantakan hatiku. Dia tampak tampan dengan Curtain haircut yang di pilih sebagai model rambutnya.

"selamat pagi sayang" sapa Julian ketika melihatku keluar.

Aku langsung menghamburkan pelukan. Rasanya aku tak kuat jika harus menahan rindu lebih lama lagi. Pasalnya sudah sebulan penuh aku tak berjumpa dengannya karena urusan bisnis. Bahkan hari dimana persiapan pernikahan yang sudah mencapai 70% .

"gimana kabar kamu Julian? Akhir akhir ini susah banget sih di kabarin" tanya ku sambil melepas pelukkan.

Julian mencubit hidungku yang mancung. "urusan di kantor banyak sayang, apalagi di tambah urusan persiapan wedding, kita gak mungkin lepas gitu aja kan ke WO nya?"

Aku mengangguk. "wedding udah sejauh mana yang? Maaf yah aku gak bisa ikut sering ngebantu persiapan wedding kita" ucapku menyesal. Bahkan di hari menuju pernikahan saja aku masih sangat sibuk dengan tugas kantor. Urusanku yang menjadi sekertaris pribadi direktur utama jelas lebih sibuk di bandingkan Julian di divisi IT nya. Meski satu kerjaan namun kita berbeda divisi dan jabatan.

"gak papa sayang, cukup kamu yang selalu setia aja sudah cukup, urusan wedding biar aku yang urus" kata Julian sambil membelai rambut coklat milikku yang tergurai panjang.

"tapi kalo urusan rindu beda lagi yah, pokonya kamu harus kabarin aku kemana pun dan aktivitas apapun ke aku! Nahan rindu itu berat lo julian" rajukku sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"uluh uluh rupanya ada yang gak bisa nahan rindu nih? " goda Julian yang berhasil membuatku mendaratkan cubitan di pinggangnya.

"auh "Julian mengadu. "sakit yang, kebiasaan banget cubit cubit pinggang" lanjutnya sambil memanyunkan bibir beberapa senti.

"itu balasan karena selalu bikin aku rindu"
Julian tersenyum dan menarikku dalam pelukannya lagi. Aku membalas dekapannya. Dia mengeratkan pelukkanya secara posesif,seakan-akan dia tak mau kehilanganku.

"aku juga rindu ra, sangat rindu,"ucap julian beriringan dengan pelukannya yang semakin menghangat.

"Maafkan aku ra, maaf " ucap Julian terdengar seperti bergetar. Entah aku salah dengar atau memang dia mengatakannya seperti itu.

"maaf untuk apa? " tanya ku melepas pelukkan dan berganti menatapnya. Baru saja Julian akan berkata sesuatu namun suara seseorang menyambarnya. "maaf karena membuat mu rindu tiara."Ujarnya membuatku langsung menoleh ke asal suara.

"Dita? " mataku berbinar melihat kedatangannya. Ia tersenyum sembari turun dari mobil Julian. Langsung ku hamburkan pelukkan ke arah Dita sahabatku. Aku bisa merasakan tubuh Dita yang sedikit berisi akhir akhir ini.

"kangen juga kan sama aku? "tanya Dita.

"siapa yang gak kangen sama cewek cempreng yang kalo nge ghibah semangat banget." aku tergelak tawa.

"Sialan lu! Aku di katain cewek cempreng, tapi emang aku cempreng sih? " kata kata Dita berhasil membuat kami bertiga tertawa.
Dita memang humoris, tetapi humorisnya ini hanya untuk orang orang terdekatnya. Di luaran sana Dita adalah gadis yang lugu dan tak banyak berbicara.

"Ta, lu kok gedutan sih? "tanya ku frontal. Dita bergeming. Entah mengapa ada semburat kesedihan disana. Dia sedikit menarik kemeja di bagian perutnya yang tampak buncit. Tak biasanya mimik mukanya seperti itu ketika aku berbicara frontal sekalipun.

Dita tersenyum simpul. Ku pikir dia akan marah. Aku tau Dita takkan marah denganku yang imut ini :D.

" ah masa sih? Emang keliatan banget gendutan yah? " Tanya Dita sambil melihat tubuhnya yang memang melebar.

"akhir akhir ini aku makan banyak banget, tau sendiri kan kalo aku stres pasti makan aku banyak." Lanjut Dita sambil menatap Julian. Tatapannya memberi isyarat yang tak aku mengerti.

"ehem.." deham Julian."oh iya ra, rapat penting di jogja minggu kemaren gimana? Kamu gak di apa- apain kan sama si mister killer itu? "tanya Julian mengalihkan pembicaraan.

Aku langsung memanyunkan bibir, mengingat Mister killer itu selalu saja berhasil membuatku bergidik ngeri ketika berhadapan bersamanya. Apalagi seminggu sebelumnya aku menemaninya ke jogja untuk rapat penting. Yah sebagai sekertaris pribadi direktur utama aku harus rela bolak balik provinsi untuk menemani sang bos.

"udah gak aneh kan Pak malvin si Mister killer itu bikin aku kesel"

"Dia bikin kesel apalagi ra? " tanya Dita yang selalu bersemangat membicarakan sang bos. Tuh kan sudah aku katakan, Dita memang patner ghibah yang baik.

"Udah udah, pagi pagi udah mau ghibah aja" potong Julian menghentikanku yang ingin membalas ucapan Dita.

Aku tersenyum kuda. Julian memang tidak suka kalau aku terlalu sering membicarakan Mister killer yang notabennya adalah sepupu dari Julian sendiri.

"eh ra aku gak papa kan hari ini nebeng sama kalian, tadi maaf julian kesininya agak lama karena jemput aku dulu" tanya Dita.

"kamu ini ta, kayak sama siapa aja coba, yah gak papa dong kamu kan sahabat aku" aku mengulas senyuman.

Aku, Julian, dan dita sudah bersahbatan lama. Sejak SMA lebih tepat nya. Dita yang mengenal lebih dulu Julian memperkenalkan sahabat lelakinya padaku. Sampai akhirnya cinta Julian bersemi untukku. Hubungan kita awet, meski aku dan Julian pacaran. Dita selalu ku ajak kemanapun, menghindari ia merasa terasingkan karena hubungan yang aku dan Julian jalin.

"Berangkat yuk? Udah jam 7 nih, nanti kita telat" lanjut Julian yang langsung di balas anggukanku dan Dita. Kami bertiga memasuki mobil dan mobil pun melaju meninggalkan rumah.

Cinta dari kekasih memang penting, Cinta dari sahabat akan melengkapimu memulai perjalan hidup yang singkat ini.
Ku harap tidak ada dusta yang akan menodai persahabatan dan Cinta kita.

-Tiara Anindya

Aku send qoutes ku kedalam halaman instragtam punyaku.

Bersambung....
###

======
Terima kasih guys sudah membaca part 2 dari ceritaku🙏✍️

Tunggu part selanjutnya yah😁

TIARA ANINDIYA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang