TAK TERDUGA

34 4 6
                                    

Hay guys aku balik nih,
Langsung aja yah

Note: maaf, typo bertebaran, harap maklum sibuk kerja jadi lupa edit lagi.

Enjoy for reading semuanya, semoga kalian suka😘

=====
(TAK TERDUGA)

Udara dingin menyelusup masuk ke relung hati, membawa teka-teki sendu yang sulit ku pahami. Malam ini hujan turun cukup deras, membasahi tanah kering dan pepohonan di sekitar petarangan depan rumahku.

Ku sesap coklat hangat yang ku genggam beringingan dengan tetesan rinai hujan yang semakin gencar membasahi jendela kamarku. Entah kenapa jiwa ini merasa kosong. Perasaanku mendadak tidak enak hati, seperti hal yang buruk akan terjadi.

Pandanganku kini beralih ke arah meja rias, sebuah undangan tergeletak disana. Senyumku merekah, rasanya jantung ini berdebar membayangkan akan bersanding di pelaminan bersama Julian nantinya.

Ku pegang undangan berwarna maroon bertuliskan namaku dan namanya. TIARA ANINDIYA dengan JULIAN PRATAMA . Semua undangan ini sudah di sebar.

Tak sabar menunggu hari itu. Sekarang sudah H-7 menjelang pernikahan. Aku sedang melakukan masa pingit. Ah, rasanya berat tak bisa bertemu dengannya. Pria itu selalu saja berhasil membuat ku rindu.

Hendak ku mengirim pesan untuk Julian, namun sebuah panggilan masuk mengurungkan niatku.

"iya ta, kenapa? " tanyaku ketika tahu Dita yang menelpon.

"ra, tolongin aku!" pinta Dita di seberang telpon dengan suara bergetarnya.

Buugh...

Tut.. Tut.. Tut..

Belum sempat ku jawab Panggilan itu pun terputus, membuatku berjingkrak segera menyambar gardigan dan kunci mobil.
Perasaan ku mendadak tidak enak hati, takut terjadi sesuatu dengan Dita. Memang akhir akhir ini kesehatannya menurun, beberapa kali ia kepergok muntah muntah dan sering merasa pusing. Dia bilang, ini akibat Ac terlalu dingin dan membuat Dita sering masuk angin di tambah stres berlebih karena pekerjaan di kantor . Aku terus memaksanya untuk segera periksa ke dokter, takut terjadi sesuatu karena sakitnya terlalu intens menyerangnya. Tetapi beberapa kali ia meyakinkan ku supaya percaya jika ini sakit biasa dan tak membahas nya lagi.

Keras kepalanya membuatku lebih memilih ya sudahlah!, bukan aku tak peduli tapi sikapnya yang terlalu kekeh membuatku malas memaksanya.

Mobil ku melaju kencang menerobos hujan yang semakin surut. Pikiranku sedikit kalut, khawatir dengan keadaan Dita. Sampai aku tak tahu jika layar ponselku berkedip dan menampilkan nama 'MISTER KILLER'.

Ciiiit....

Ku injak pedal rem mendadak, ketika seseorang melambai -lambai di tengah jalan menghentikan laju mobil ku. Hampir saja orang itu ku tabrak. Rupanya cari mati dia.

Segera ku turun dari mobil untuk mengumpat ketledorannya . Tanpa berfikir bisa jadi jika ia adalah komplotan begal yang sedang mencari mangsa di tengah kegelapan ini.

"Kalo mau cari mati jangan di mobil sa... ! "hardikku ketika turun dari mobil. Hujan sudah reda, jadi aku tak perlu menggunakan payung lagi untuk keluar dari mobilku.

Deg, jantungku langsung berdegum keras. Mataku terbelalak ketika sosok itu menghampiri ku. Tangan nya memegang sebuah pisau kecil. Kegelapan membuatku kesulitan melihat wajahnya dari jarak beberapa meter. Suasana sekitar sangat gelap dan sunyi. Jarang pengemudi lain melintas di jalan itu.

Oh. Tuhan? Apakah dia begal? Apakah cuma sampai disini saja riwayat hidupku? . Lelaki itu berjalan dari ke kegelapan, langkahnya semakin membuat jantung ku bertalu- talu. Tak berfikir lama, Buru-buru ku raih ponselku dari saku celana. Ku pencet asal nomer yang berada di panggilan terakhirku, tiba-tiba..

TIARA ANINDIYA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang