Jatuh Cinta?

178 19 3
                                    

Devan adalah salah satu alasan ku harus tetap tersenyum.

Aku dan Devan berangkat dengan bis, Devan turun lebih dulu karna sekolahnya memang searah denganku. Aku turuh ketika sampai di halte yang tak jauh dari sekolahku.

Suasana sekolah masih terbilang sepi. karna Devan, aku jadi datang lebih awal. Saat aku berjalan masuk, aku terkejut karena seseorang menepuk pundak ku.

"hei noona," ucap seseorang yang sekarang sedang berdiri dihadapanku. Siapa lagi kalau bukan Dean yang selalu muncul tiba tiba.

"Dean, kenapa selalu datang tiba tiba sih?" ucapku kesal dan dia hanya tersenyum, seraya memberikan sebuah susu kotak rasa strawberry.

"apa hatimu berdebar?" ucapnya seraya memajukan wajahnya mendekat ke arahku. Sungguh, Dean benar benar membuatku salah tingkah.

Aku mendorong dahinya dengan jari telunjukku, dia hanya tersenyum.

"Diminum, jangan di pajang," Dean berjalan mendahului ku, ia memarkirkan sepeda nya dan berjalan ke arahku.

Aku dan Dean berjalan masuk, melewati koridor yang tidak begitu ramai. Ada beberapa pasang mata yang memperhatikan kami, entahlah ini pertama kalinya aku di perhatikan seperti seorang tersangka.

Dean berhenti ketika sampai di depan Kelasku, letak kelas Dean berada di lantai atas sedangkan aku di lantai dasar.

"sana masuk," titahnya, aku masih diam memperhatikannya.

"kamu tau dari mana kelas ku disini?" tanya ku dengan ekspresi seperti sedang mengintrogasi.

"aku melihatnya di sampul buku tulismu waktu itu," aku sedikit berfikir, mungkin dia melihat nama kelas di sampul buku ku ketika aku di perpustakaan.

"cepat masuk, belajarlah dengan rajin," ucap Dean seraya mengacak ngacak puncak kepalaku. Aku diam, terkejut atas perlakuan dean.

"kenapa? Apa hatimu berdebar lagi?" ucapan dean membuat ku ingin berkata, 'bukan cuma hati yang berdebar, tubuhku seakan ingin terbang ketika kamu menatapku sambil tersenyum'

"baiklah aku masuk," ucapku gugup dan berjalan cepat ke dalam kelas. Dean tersenyum melihatku gugup, ia berjalan pergi.

'Dean tolong jangan tersenyum seperti itu, nanti ada wanita lain yang suka karena melihat senyum mu' ingin sekali aku berteriak seperti itu, tapi aku masih waras.

__

Waktu istirahat aku tidak melihat keberadaan Dean, di kantin ataupun di perpustakaan juga aku tidak melihatnya. Apa mungkin benar yang dikatakan teman temanku, kalau Dean jarang bergaul bahkan keluar kelas.

"nada lagi mikirin apa? Dari tadi kok melamun aja," ucap Renata menepuk pundakku, aku hanya menggeleng.

"lagi mikirin kak Dean ya na?" celetuk Hana membuatku menoleh.

"enggak lah, ngapain juga mikirin dia," ucapku Membela.

"na, jatuh cinta itu wajar tapi harus tau juga konsekuensinya," ucap Renata dengan wajah seriusnya Membuat aku terpancing untuk bertanya.

"apa konsekuensi nya?" tanya ku.

"bahagia atau terluka," aku mengangguk mendengar jawaban Renata.

"kamu jatuh cinta sama ka Dean na?" aku reflek menutup mulut Hana, bagaimana tidak dia berbicara dengan suara yang lumayan kencang.

"aku tidak sedang jatuh cinta, Hana bisa kah kamu tidak menyebut nama Dean?" ucap ku.

"kenapa na? Kamu cemburu kalo aku nyebut nama ka Dean," ucap Hana membuat beberapa siswi menoleh ke arah kami.

"sudahlah aku kembali ke kelas saja," ucapku, bangkit dari kursi dan berjalan dengan cepat menuju kelas.

DEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang