Love Disaster
#6***
"Kencan?"
Sudah tidak perlu dipastikan lagi jika Nayana Aditama bukan sosok yang jika ada yang berani memperlakukannya seenaknya, ia akan terima-terima saja.
Naya akan melawan.
"Iya, kencan." Rendi memperjelas.
Naya diam.
Tepatnya Naya menunggu waktu yang tepat dimana ia bisa mencekik Rendi tanpa harus membahayakan dirinya sendiri.
Seingat Naya di depan sana akan ada lampu merah. Kemungkinan besar mobil Rendi akan berhenti.
Baiklah.
Naya merenggangkan jari-jarinya dan tindakannya justru menimbulkan kekehan Rendi yang meski lirih namun terdengar sangat menyebalkan di telinga.
"Naya ..."
Tidak seperti Naya yang melirik tajam, Rendi yang menoleh sebentar itu malah memamerkan senyum kalem yang memperlihatkan gigi cowok itu yang tersusun rapi.
"Sejak kapan lo jadi semenggemaskan ini?" Kekeh Rendi enteng.
"Lo mending siap-siap," ketus Naya.
Rendi mengangguk-angguk. "Apa itu?"
"Lampu merah di mana, ya? Gue mau nyekek lo."
"Udah kelihatan, sih."
Seperti biasa Rendi tidak terlihat gentar sedikitpun.
Terlalu santai untuk ukuran orang yang mendapat ancaman dari Naya yang tidak pernah main-main.
"Santai aja, Naya."
Bibir Naya berkedut.
Santai katanya?
"Gue cuma ngajak lo kencan bukan mau nyulik lo."
What?
Cuma?
Cuma katanya?!
Naya mendelik.
"Gue juga udah bilang, kan tadi? Nggak mungkin juga lo nggak denger."
"Lo ngeledek gue, ya?"
"Ngeledek gimana?"
Sayangnya gengsi Naya terlalu tinggi untuk mengatakannya.
Naya melengos.
Disukainya sepertinya membuat Rendi merasa berada di atas angin.
"Berhenti bikin gue emosi. Lo mau bawa gue ke tempat mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disaster
Fiksi Remaja[Harsh Word] "Bukan kayaknya lagi. Gue emang benar-benar jatuh cinta sama orang yang salah."