PART 2

271 31 0
                                    

“Sakit? Tahan ya” gadis itu membersihkan luka-luka yang berada diwajah tampan Dava.

Dava tetap diam, dia tidak bicara, cukup menatap gadis didepannya ini yang dengan telaten membersihkan lukanya.

Setelah selesai, gadis itu membereskan peralatan P3K itu. Setelah itu, gadis itu mendongakkan kepalanya menatap Dava. Yang ditatap malah menatapnya dingin, sehingga dengan reflek ia menundukkan kepalanya sambil menggumam, “Maaf” ucapnya tulus.

10 detik..

Terdengar helaan nafas panjang. Gadis itu berusaha menatap lelaki dihadapannya.

“Aku udah bilangkan? Jangan mau-maunya disuruh seperti itu. Aku ga mau melihat ini lagi! Ini yang terakhir kalinya aku liat kamu diperlakukan seperti itu! Kalau sampai terjadi lagi, bukan wajahnya saja yang aku hajar, tapi tulang-tulangnya juga akan aku remukkan. Paham?!” tegas Dava.

“Maaf..” lirih gadis itu.

“Ga perlu minta maaf dengan aku, kamu ga salah. Aku cuma ingatin kamu aja, Nay. Aku ga mau kamu dikerjai seperti itu lagi. Aku tau kamu cinta sama Leo, tapi bukan berarti dia bisa memperlakukan kamu seperti itu. Ga seharusnya kamu mencintai orang seperti itu” Dava kehilangan kesabarannya.

Selalu saja ada yang menyakiti sahabatnya ini, Naya Beatrice.

“Aku juga bingung, Dav. Kenapa sih, aku selalu dibully? Apa salah aku sama mereka? Cuma karena tubuh aku seperti ini, mereka selalu ngehina aku. Aku capek diperlakukan seperti ini” lirih Naya.

Dava membenamkan wajah Naya didada bidangnya, menenangkan sahabat kecilnya ini. Dava mengerti perasaan sahabatnya ini seperti apa.

...

“Huu... Gentong!”

“Eh ada si gendut tuh. Hahahah”

“Eh, misi woi!! Gendut mau lewat. Hahahah”

“Yaelah gendrot, makanya makan itu dijaga! Asal comot sih”

“Diet.. diet..”

Naya menghela nafasnya pelan. Ia sudah terbiasa seperti ini. Berbagai macam makian sering ia dapatkan. Ini sudah seperti rutinitas disekolahannya. Dava sempat ingin melaporkan hal ini, tapi Naya melarangnya, katanya “Ga ada gunanya, biarkan mereka seperti itu. Aku malas berurusan dengan sekolah”

Langkah Naya terhenti saat melihat Jeana berdiri dihadapannya.

“Gentong? Upss.. maaf maksudnya, Naya? Hahaha”

Sabar.. sabar.. ~Batin Naya.

“Gini deh, aku kasi saran. Kalau mau punya badan kayak aku, langsing seperti ini, gampang kok. Ga perlu tenaga dan ngehabisin uang, itung-itung bisa hemat, ya kan?”

Naya hanya menatapnya datar.

“Mau tau apa?” Jeana tersenyum miring.

Naya mengangguk sekilas.

“Diet” ucap Jeana setengah berbisik.

“Yaelah gendrot, makanya makan itu dijaga! Asal comot sih”

Seketika ucapan salah satu temannya yang menghina Naya, terekam jelas di pendengarannya.

“Ya itu juga kalau kau mampu sih, secara orang seperti kau paling ga tahan dengan godaan” Jeana tersenyum meremehkan dengan tatapan jijik.

...

Ting.. ting...

“Halo?”

“Halo, Nay. Siap-siap ya. Aku bentar lagi kesana”

“Ngapain?”

“Ini tadi aku lewat didekat rumah aku ada rumah makan yang baru buka. Kita harus cobain”

Naya seketika berbinar, ia hendak menyetujuinya kalau saja kalimat dari Jeana tidak terlintas dipendengarannya.

Ia melirik ke arah jam dinding yang tertempel dikamarnya.

9.20

“Nay? Kamu dengarkan?”

“Eh, iya aku dengar. Tapi.. lain kali aja deh, Dav. Aku malas keluar” bohongnya

“Loh, kok tumben? Aku lagi dijalan mau kerumah kamu nih”

“Em.. lain kali aja deh, Dav. Aku udah kenyang soalnya. Sekarang aku udah mau tidur juga”

“Tumben tidur awal? Biasa juga jam 11 12 baru tidur” canda Dava

“Hoam.. aku ngantuk, udah ya? Bye!”
Naya mematikan panggilan secara sepihak. Ia takut Dava makin menggodanya. Ia takut ia tak kuat.

~

14-10-20

Friend? {TAMAT} ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang