Bagian 3

2.4K 80 0
                                    

Leslie berjalan lesu menghampiri Dani. Ia mengedarkan pandangan kosong ke seluruh penjuru lapangan. Semua penduduk desa sudah berkumpul. Tak terkecuali Ayahnya sang Kepala Desa, Ibunya dan Juga Rima.

"Melamun aja, habis liat setan?"

Dani menepuk bahu Leslie, Leslie kemudian melengos, ia tak ada gairah sedikit pun.

Kemudian perhatian mereka teralihkan dengan prosesi arakan 'Pengantin wanita' mengelilingi Desa. Tumbal yang akan di berikan, akan di arak mengelilingi desa entah untuk tujuan apa.

Leslie dan Dani pun mengikuti arakan dari belakang. Sebelum itu, mereka terlebih dahulu mengambil obor karena di tengah perjalanan nanti pasti akan gelap.

"Jadi bagaimana rencanamu?" Bisik Dani.

"Aku bimbang"

"Oh ayolah! Jangan bimbang, nyawa Intan taruhannya"

"Intan tidak akan kenapa-kenapa. Yakinlah"

Dani mengerutkan kening, kemudian mereka berjalan lebih lambat dari yang lain, membiarkan diri terpisah dari rombongan.

"Kafan yang di pakai Intan itu palsu. Ini yang asli" Leslie mengeluarkan kain kafan kotor dari saku celana jeans robeknya.

"Hah?" Dani terpana. "Bukankah,,"

"Kain itu hanya sobekan kemejaku. Tidak mungkin aku mengorbankan teman sendiri. Pada ajaran tak benar ini"

Dani mangut, mereka berpikir keras untuk membebaskan Intan.

Hari semakin larut, kini mereka tak bisa lagi melihat rombongan arak-arakan tadi. Bahkan cahaya obor pun tak bisa mereka lihat.

Dani mengeluarkan korek api untuk menghidupkan obor mereka. Namun, seketika mati. Seperti ada yang meniup.

Dani kembali menyalakan, obor Dani berhasil hidup, Leslie menyatukan obor mereka agar obornya juga hidup. Namun setelah kedua obor itu hidup, sekilas terlihat wajah wanita tua di antara kedua obor itu. Detik itu juga obor mereka mati.

"Ssst!"

Bulu kuduk kedua laki-laki itu berdiri. Mereka dengan cepat menoleh ke belakang. Namun tidak ada siapa-siapa.

Leslie dan Dani serentak menghela nafas lega. Kemudian mereka kembali menyalakan obor, dan pergi ke pemukiman.

Sebelum jam 12 malam tepat, calon pengantin wanita (Tumbal) akan di antar ke kaki bukit barisan yang menjadi pijakan gunung Tago.

Rombongan terlihat lebih ramai dari arakan tadi. Percaya atau tidak, orang di sana menyebutnya masyarakat rimba.

Masyarakat rimba ikut serta dalam upacara ini. Mereka tidak terlihat oleh mata, namun kita hanya bisa melihat keramaian yang di luar batas.

Suara percakapan sangat ramai di lapangan ini. Jika penduduk desa berkumpul, hanya akan memenuhi setengah lapangan.

Namun sekarang di pandangan Leslie semuanya melebihi kapasitas lapangan. Bahkan ada yang duduk-duduk di depan rumah kosong tadi. Beberapa orang juga terlihat keluar dari rumah itu.

Apa kegiatan Ayahnya tadi adalah untuk memanggil mereka?

Leslie lalu mencari ayahnya.

Kepala Desa terlihat siap mengantar rombongan ke kaki bukit barisan. Leslie menghampiri ayahnya dengan gurat kecemasan.

"Yah"

"Leslie, kau disini? Cepat bantu ayah memimpin rombongan"

Leslie melengos, melihat tatapan semangat ayahnya. Ia teringat lagi kejadian tadi sore.

TUMBAL DESAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang