Leslie dan Dani sampai ketika upacara hampir selesai. Mereka bersembunyi di balik semak-semak. Masyarakat desa sekarang sudah terlihat berjumlah normal lagi.
Beberapa tetua sedang membakar kemenyan di berbagai penjuru. Masyarakat rimba sudah tidak terlihat lagi oleh Leslie.
"Dan, apa kau merasakan keanehan di lapangan tadi?" Bisik leslie.
"Keanehan apa?" Balas Dani berbisik juga.
"Kau tau isu masyarakat rimba?"
"Ah~ makhluk halus yang katanya hidup berdampingan dengan kita?"
"Ya, aku seperti melihat mereka di lapangan tadi"
"Serius?"
Leslie mengangguk, sedangkan Dani bergidik ngeri kemudian menoleh ke kiri, kanan, belakang, ia ketakutan.
"Tapi aku tidak melihat lagi di sini" ujar Leslie kemudian.
Dani bernafas lega. Kemudian mereka fokus pada kegiatan yang sedang berlangsung itu.
Kepala Desa mengantar Intan duduk di sudut Batu. Batu besar yang menjadi tempat meletakkan sesajen dan semua yang akan di tinggalkan itu ternyata terdapat batu persegi panjang yang menonjol di sudut kiri.
Kira-kira sebesar ranjang satu kasur, 90 x 200 cm. Seperti sengaja di huat untuk tidur. Belum selesai Leslie berkecamuk dengan fikirannya tentang batu menyerupai ranjang itu, Kepala Desa menidurkan Intan di batu itu.
Dani mengeraskan rahangnya. Tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Kemudian Kepala Desa membuka jubah Intan beserta baju adat yang dipakainya. Sekarang hanya tertinggal baju dalaman yang terbuat dari kain berwarna putih, menutupi dada sampai betisnya.
Kepala Desa mengoleskan minyak kemenyan pada dahi, bagian atas kedua payudara dan punggung Intan.
Lalu Kepala Desa juga mengikatkan tali dari kain kafan pada lengan Intan. Kemudian Kepala Desa kembali memakaikan baju adat dan jubah hitam itu kepada Intan.Intan dan orang tuanya saling pandang dengan air mata yang bercucuran. Kemudian masyarakat desa pun perlahan meninggalkan Intan, obor-obor pun mereka bawa.
Hanya ada Intan dan kegelapan disana.Setelah masyarakat cukup jauh, Leslie dan Dani berjalan menghampiri Intan. Jarak yang cukup jauh membuat mereka terasa sangat susah menggapai Intan.
Kemudian mereka melihat sekelebat bayangan hitam berjubah yang tadi di lihat Dani melayang mendekat pada Intan. Intan yang menutup mata sesuai perintah Leslie tak menyadari kehadiran makhluk itu.
Dani dan Leslie terpana, mereka terpaku di tempat begitu melihat sosok itu mengendus Intan dari segala sisi. Tangan sosok itu juga berusaha membelai tubuh Intan, namun hanya tembus seperti membelai udara.
Sosok itu geram, ia menoleh ke sana kemari, terbang dari kemenyan satu ke kemenyan yang lainnya. Kemudian berteriak marah. Lalu kembali pada tubuh Intan. Sosok itu berusaha mengelus lengan Intan yang di ikat kain kafan palsu pemberian Lelsie tadi. Namun tetap tembus, seperti membelai angin.
"Ragon" cicit Dani dengan nafas tersekat.
"Siapa Ragon?" Bisik Leslie, mereka kini bersembunyi di balik pohon besar tak jauh dari Intan.
"Makhluk itu. Papaku pernah menceritakan tentangnya. Bahkan melukisnya"
Leslie kembali menatap makhluk itu, ia kemudian memutar otak mengingat lukisan di ruang kerja papa Dani. Ia mengingat betul sosok itu, namun Leslie merasa tidak ada kemiripan dengan makhluk yang sedang berusaha menggerayangi Intan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL DESAHAN
HorrorLeslie harus merubah pola pikir masyarakat desanya tentang air hujan yang menyebabkan persugihan. Sahabat kecilnya, Intan menjadi korban kali ini. Saat itu juga Leslie kecewa pada Ayahnya, ia mendapati Ayahnya bersetubuh dengan Rima Sahabat Karib A...