Musim dingin mulai digantinya dengan kehangatan, bunga-bunga sakura mekar dengan sangat indahnya. Kini memasuki bulan Maret, bulan keenam sekaligus bulan terakhir di mana (Name) akan bekerja dengan Ramuda.
(Name) telah menyelesaikan semua ujiannya dengan nilai yang memuaskan. Ia hanya tinggal menunggu hari kelulusannya.
Dan ... bersamaan dengan itulah, kontraknya dengan Ramuda akan berakhir.
(Name) tak menginginkannya. Meski di awal kontrak mereka hanyalah sekadar tawaran mencurigakan semata, sekarang (Name) tidak merasa begitu. Ia senang bisa bersama Ramuda, orang yang mengakuinya sekaligus satu-satunya orang yang disukai oleh (Name).
Hari kelulusan yang akan tiba sebentar lagi. Rasanya sangat hampa. Ia takut sesuatu yang telah melekat dalam dirinya akan hilang. Ia tak bisa menjauh dari Ramuda. Hari kelulusan harusnya adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu. Namun, tidak bagi (Name). Sebab, kelulusannya menjadi awal dari perpisahannya dengan Ramuda.
'Setelah lulus nanti, apakah aku masih bisa bertemu dengan Ramuda-san?'
***
"Ahh, sebentar lagi, hari kelulusan (Name)-neesan akan tiba, ya!" Ramuda memulai pembicaraan dengan topik yang ingin dihindari (Name). "Waktu cepat sekali berlalu, ya. Rasanya baru saja aku bertemu denganmu!"
"... ya." (Name) enggan untuk menyahuti topik yang diangkat Ramuda. Ia tak mau membahas ini, sebab ini berarti ia harus berpisah dengan Ramuda. Kontrak selama enam bulan, tak terasa saat ini sudah berada di penghujungnya.
"Aku akan membuatkan neesan baju yang terbaik untuk dipakai nanti! Sebab ini adalah bulan terakhir kita bersama–haha. Karena itu, akan kusiapkan yang terbaik untukmu!"
Ahh, lagi-lagi Ramuda membahas detik-detik perpisahan mereka berdua. (Name) memilih diam, sebab jika ia berbicara, ia akan meledak dan sifat egoisnya yang tak bisa menerima kenyataan harus berpisah dengan Ramuda akan muncul.
(Name) hanya diam.
"Neesan kenapa diam? Apa neesan marah padaku?" tanya Ramuda dengan khawatir.
Gelengan singkat diberikan oleh (Name). Ia tentu tak mau membuat kesan buruk di saat terakhir mereka ini. "Ah, tidak. Aku hanya sedikit lelah."
"Sou ka ... tentu saja. Apalagi, neesan banyak kegiatan akhir-akhir ini." Ramuda menghela napas pelan. "Kalau begitu, hari ini kita libur saja. Aku akan mengantarmu pula–"
"Jangan. Lanjutkan saja, aku tidak keberatan untuk tetap bekerja pada hari ini." (Name) tersenyum tipis dan membuat ekspresi normal seperti biasanya.
"Eh? Tak apa-apa, kah?" tanya Ramuda.
Anggukan kecil sebagai pengganti jawaban dilontarkan oleh (Name). Ia tak boleh melewatkan kesempatan untuk bersama Ramuda, barang sekecil apapun. Sebab, bisa jadi setelah ini mereka takkan bertemu lagi.
***
Hari kelulusan pun tiba. Semua orang bersorak-sorai dengan ricuh, senyuman tak terelakkan dari wajah tiap orang yang hadir di sana.
Pengecualian untuk (Name) yang memasang wajah kusut. Ia mengenakan pakaian yang dirancang Ramuda untuk hari kelulusannya. Di sekolah (Name), baju kelulusan dibebaskan sesuai dengan masing-masing murid, maka dari itu, tiap orang dengan bangga akan memilih baju yang akan mereka kenakan.
Di hari kelulusannya ini, (Name) meraih nilai tertinggi. Orang-orang sudah tak terkejut lagi, sebab gadis itu memang sangatlah cerdas, sekalipun ia harus membagi waktunya untuk bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Semester « Amemura Ramuda x Reader » (Hypnosis Mic)
Fanfiction"Nee, nee, oneesan! Apa kau bersedia menjadi modelku?" Kala itu, netra sang gadis bernama (Surname) (Name) itu memicing, ketika mendengar permintaan dari seorang asing yang entah dengan cara apa bisa masuk ke sekolahnya. "... apa?" "Aku hanya memint...