Sudah satu bulan berlalu sejak awal Ramuda bertemu dengan (Name). Tak ada hal khusus, (Name) rasa. Ia mengetahui beberapa hal tentang Amemura Ramuda, cerita bahwa Ramuda termasuk dalam sebuah divisi di Shibuya, Fling Posse. Pekerjaan Ramuda, yang merangkap sebagai desainer sekaligus leader dari Fling Posse.
Sebulan lamanya telah berlalu, (Name) bekerja dengan cukup baik. Di bawah bimbingan Ramuda, ia cukup mengenakan pakaian yang dirancang oleh Ramuda, sembari berpose dan membantu Ramuda mempromosikan pakaiannya itu.
Pekerjaan yang terbilang mudah, dan tidak pernah mengganggu waktu belajar (Name), sebab, mereka bekerja setelah (Name) pulang sekolah dan di akhir pekan. Para guru juga telah menyetujui (Name) untuk bekerja dengan Ramuda, asalkan gadis itu tetap mempertahankan prestasinya. Orangtua (Name) pun tak keberatan, asalkan (Name) bisa menjaga diri dan tidak berbuat macam-macam.
"Neesan, apa kau sudah siap?"
Seperti biasanya, Ramuda akan menjemput (Name) setelah pulang sekolah, dan kemudian mengantarnya pulang. Hari-hari (Name) berubah menjadi seperti itu, dan ia telah terbiasa atas dunianya yang baru.
"Ya, aku sudah siap, Amemura-san."
Ramuda mengulurkan tangannya ke arah (Name), seraya melayangkan senyuman manis ke arah (Name). (Name) hanya melukis senyum tipis seraya meraih uluran tangan Ramuda, dan keduanya berjalan beriringan menuju ke rumah Ramuda, tempat di mana mereka akan bekerja.
***
"Baiklah, neesan! Untuk rancangan baju bulan November, desainnya seperti ini~! Bagaimana menurutmu?" tanya Ramuda riang, menunjukkan desain baju dalam buku sketsanya. "Atau–mungkin neesan punya ide untuk ditambah dalam desainku ini?"
(Name) mengambil buku sketsa milik Ramuda, matanya menatap lekat-lekat pada gambar yang tertoreh di atas buku sketsa itu. Ia meneliti tiap goresan yang dibuat Ramuda, tiap detail ia perhatikan dengan hati-hati.
"Bagaimana?" ulang Ramuda.
"Yah, sebenarnya tidak perlu ditanyakan lagi. Seperti biasa, rancangan Amemura-san sangatlah menakjubkan," jawab (Name) dengan jujur. Entah sudah berapa puluh rancangan baju buatan Ramuda yang telah ia lihat, dan tak pernah sekalipun ia merasa kecewa.
Semuanya indah. Di sini, (Name) menyadari kalau Ramuda itu berbakat. Julukannya sebagai 'desainer berbakat' bukanlah hanya sebutan semata.
"Syukurlah, kalau begitu! Aku senang kalau neesan menyukainya!" Ramuda terkekeh pelan. "Aku membuatnya dengan konsep yang hangat dan nyaman dipakai pelajar SMA, sebab neesan yang akan memakainya nanti~!"
"Ah, ngomong-ngomong, baju dari desain yang kemarin sudah kubuat! Bagaimana kalau neesan coba memakainya? Sebentar, kuambilkan dulu yaa~!"
Anggukan pelan diberikan oleh (Name) sebagai pengganti jawaban.
Beginilah pekerjaan sehari-hari (Name), mengomentari rancangan Ramuda, kemudian memakai pakaian yang telah dibuat olehnya. Setelah itu, (Name) akan difoto dan kemudian ia akan mengirimkannya ke suatu majalah yang mengiklankan setiap pakaian buatan Ramuda.
Yah, (Name) menyukai pekerjaannya ini. Sebab, pekerjaan yang dilakukan tak sulit, dan ia juga senang bisa membantu keuangan orangtuanya.
Meski begitu–terkadang, (Name) masih merasa canggung saat bersama dengan Ramuda.
"Neesan, kenapa melamun? Ini pakaiannya, silakan dicoba! Setelah ini, aku akan menyiapkan kamera untuk memotretmu!"
"Baiklah, Amemura-san."
***
"Hasilnya benar-benar bagus sesuai perkiraanku, nee, neesan! Terima kasih banyak atas kerja kerasmu hari ini!"
Ramuda memberikan sebotol air dingin pada (Name), gadis itu telah banyak mengeluarkan tenaga hari ini. Sebagai seorang 'rekan kerja' yang baik, tentunya Ramuda harus memberikan perhatian lebih pada gadis itu, bukan?
(Name) menyunggingkan senyum dan segera menenggak air dingin itu. Kerongkongan (Name) yang sedari tadi kering pun kini kembali normal, napas (Name) perlahan menjadi kembali teratur.
"Ahh, terima kasih banyak, Amemura-san. Terima kasih juga atas bimbingannya hari ini, aku sangat berterima kasih padamu." Senyuman di wajah (Name) terkesan ramah, ia membungkukkan badannya di hadapan Ramuda. "Aku harap aku tidak terlalu banyak berbuat kesalahan hari ini."
"Santai saja, neesan! Tidak perlu seformal itu padaku~!" Ramuda mengelus-elus pucuk kepala (Name) dengan tangan kanannya. "Ngomong-ngomong~ bisa tidak jangan memanggilku dengan sebutan 'Amemura-san'?'
"Eh? Mengapa?"
"Humm, bukannya kenapa-kenapa, tapi–aku lebih suka dipanggil Ramuda oleh oneesan-tachi! Lagipula, Amemura itu kepanjangan!" jelas Ramuda.
(Name) memiringkan kepalanya bingung. "Bukankah tidak sopan jika memanggilmu hanya dengan nama 'Ramuda'?"
"Tidak masalah! Aku tidak keberatan, sama sekali!"
Dalam hati, mungkin (Name) menahan senyumannya. Semisterius apapun Ramuda, pada dasarnya Ramuda memanglah orang yang baik. Setiap hari, Ramuda bisa bertingkah ramah dan menyenangkan seperti ini.
'Kalau begitu, untuk apa aku merasa canggung?'
"Ramuda ... san."
Wajah Ramuda semakin cerah, senyuman tak terelakkan muncul di wajahnya. Ada rasa kepuasan tersendiri saat mendengar nama kecilnya disebut oleh (Name).
"Yatta! Akhirnya neesan memanggilku Ramuda!"
Bulan November, menjadi awal di mana (Name) dan Ramuda mulai terbuka satu sama lain.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Semester « Amemura Ramuda x Reader » (Hypnosis Mic)
Fanfic"Nee, nee, oneesan! Apa kau bersedia menjadi modelku?" Kala itu, netra sang gadis bernama (Surname) (Name) itu memicing, ketika mendengar permintaan dari seorang asing yang entah dengan cara apa bisa masuk ke sekolahnya. "... apa?" "Aku hanya memint...