"Apa, hari ulang tahun Ramuda-san?"
Kedua alis (Name) bertaut saat teman sebangkunya di sekolah tiba-tiba saja berbicara dengannya. Belum lagi, topik yang diangkat adalah ulang tahun seorang Amemura Ramuda.
"Darimana kau tahu Ramuda-san akan berulang tahun bulan ini?" tanya (Name) sekali lagi.
Teman (Name) menyunggingkan senyum bangga di wajahnya. "Haha! Aku sudah menjadi fans Ramuda-kun sejak lama sekali~! Hal seperti ini tentu saja aku mengetahuinya!"
"Sou ka ... sebentar lagi, ya?"
"Betul, (Surname)-san! Kau sudah lama menjadi model untuk Ramuda-kun, bukan? Bagaimana kalau memberinya hadiah, toh kalian berdua itu akrab, kan!"
Perkataan teman (Name) ada benarnya juga. Memang, jauh lebih baik apabila (Name) memberikan kado untuk Ramuda. Selama ini, ia juga banyak menerima bantuan dari Ramuda.
Yah, tak ada salahnya memberi kado untuk laki-laki berambut merah muda itu.
Lagipula, bisa saja ini akan membuat (Name) dan Ramuda menjadi semakin akrab.
"Terima kasih sudah memberitahuku bahwa Ramuda-san akan berulang tahun. Aku akan menyiapkan hadiah untuknya." Senyuman ramah dan sedikit bungkukan badan diberikan oleh (Name), menunjukkan respek dan terima kasihnya pada temannya itu. "Kapan tanggal ulang tahunnya?"
"Dua hari lagi, tanggal 14 Februari!"
Untuk kedua kalinya, (Name) mengernyit. Tanggal 14 Februari, bukankah itu hari Valentine? Berarti, Ramuda lahir saat hari Valentine?
(Name) tahu, Ramuda adalah orang yang penuh dengan cinta. Namun, ia tak menyangka kalau Ramuda bahkan lahir pada hari kasih sayang seperti ini.
"Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, (Surname)-san! Benar, Ramuda-kun berulang tahun saat Valentine. Mungkin sebaiknya kau menyiapkan coklat dan hadiah untuknya~!"
(Name) hanya mengangguk-angguk pelan atas saran dari temannya itu. Untuk membeli hadiah dan coklat, apakah (Name) sanggup?
Bukannya kenapa, sebab ia telah menghabiskan sebagian besar gajinya saat bekerja dengan Ramuda untuk segala keperluan sekolahnya–entah untuk praktek atau bahan-bahan tugas yang harus ia kerjakan.
Yah, bagaimanapun nanti, setidaknya (Name) harus menyiapkan sesuatu yang takkan mengecewakan Ramuda.
***
14 Februari telah tiba.
Kini gadis bermarga (Surname) itu pun telah berdiri tegak di depan pintu rumah (Name). Ia masih merasa ragu, apakah ia akan menemui Ramuda hari ini.
Jujur, (Name) hanya bisa kecewa dan menahan keterpurukannya. Ia tak bisa memberikan hal yang istimewa untuk Ramuda. Satu-satunya yang ia punya untuk diberikan pada desainer berbakat itu hanyalah sebuah coklat, yang ia buat sendiri.
Ia berusaha mencari tambahan uang saku untuk membelikan hadiah untuk Ramuda. Namun, apa dayanya. Ia tak bisa mendapatkan uang lebih. Dan lagipula, ia tak tega meminta uang pada orangtuanya, sebab ia sadar diri bahwa orangtuanya pasti punya hal yang lebih diutamakan.
"Tidak apa-apa ... setidaknya ini jauh lebih baik daripada aku tidak memberikan apapun pada Ramuda-san."
Dibuangnya segala pikiran negatif yang sedari tadi berputar dalam kepalanya. Ia pun memberanikan diri untuk menekan bel rumah Ramuda. Selang beberapa detik, pintu rumah Ramuda sudah terbuka dan menampilkan sosok Ramuda yang terlihat lebih ceria dibanding biasanya.
"Ohh! (Name)-neesan! Kupikir hari ini kau takkan datang, sebab aku yakin ujian dan tugasmu menumpuk!" Ramuda memasang ekspresi cerianya seperti biasa.
(Name) memiringkan kepalanya dengan canggung. "Yah, itu benar. Bahkan masih ada beberapa tugas yang belum kukerjakan. Tapi, hari ini aku ingin bersama dengan Ramuda-san."
"Aww! Aku sangat senang (Name)-neesan bilang begitu! Kalau begitu, silakan masuk~!" Ramuda membukakan pintunya lebar-lebar dan memberi kode supaya (Name) masuk ke rumahnya. "Kebetulan, aku punya beberapa rancangan baju dan aku ingin meminta pendapatmu! Ayo, kita bicarakan di dalam!"
"Terima kasih."
***
Setelah itu, mereka berbincang cukup lama, melewati perdebatan desain dan saling memberi masukan pada tiap rancangan yang dibuat Ramuda. Hingga pada akhirnya, keduanya menyepakati desain yang terbaik untuk bulan ini.
"Sempurna! Terima kasih banyak atas kerja kerasmu, neesan!"
Hari sudah semakin larut, sebab kali ini mereka berbincang lama sekali. Namun tak masalah, karena Ramuda yang baik hati ini pun tentunya akan mengantar (Name) dengan selamat sampai rumah.
(Name) mengeratkan genggaman pada bungkusan berisi coklat yang ia bawa. Ia mengumpulkan segenap keberaniannya untuk memberikan coklat itu pada Ramuda.
"Anu, Ramuda-san." Kedua tangan (Name) menyodorkan bungkusan coklat tersebut dengan ragu-ragu, ia menundukkan kepalanya, sebab tak ingin ekspresinya dilihat oleh Ramuda. "Ini ... hadiah."
"Hadiah? Untukku?"
(Name) mengangguk pelan. Jantungnya berdebar dengan tak beraturan, rasa grogi dan malu bercampur dalam hatinya. "Selamat hari Valentine ... dan selamat ulang tahun, Ramuda-san."
Ramuda terdiam mendengar perkataan (Name). Senyuman bahagia dan sedikit malu terulas di wajahnya itu, pipinya bersemu merah. Darimana (Name) mengetahui kalau ini adalah ulang tahunnya? Ramuda sangat senang, tentu saja. "E-etto ... terima kasih banyak, oneesan! Aku sangat senang menerimanya!"
"Maaf aku tak bisa memberimu hadiah yang istimewa. Uangku terpakai banyak bulan ini, oleh sebab itu ... aku hanya bisa memberimu coklat, buatanku sendiri." (Name) berkata dengan nada agak murung, setidaknya ia bersyukur sebab Ramuda menerima hadiahnya yang sederhana ini.
Ramuda spontan memeluk (Name) dengan sangat erat, dan membuat gadis itu tersentak. "Hadiah ini sangat berharga untukku, sungguh. Apalagi–neesan membuatnya dengan segenap cinta untukku, ya kan!"
"E-eh? Segenap cinta ... syukurlah kalau kau menyukainya." (Name) membalas pelukan Ramuda. Lagi-lagi jantungnya kembali berdebar tak keruan, rasa senang menyelimuti seluruh tubuhnya. "Semoga coklat buatanku sesuai dengan seleramu."
Ramuda kemudian melepas pelukannya dan membuka bungkus coklat tersebut. Diambilnya sebuah coklat yang sudah agak meleleh, dan ia langsung memakannya dalam satu suapan. "Amai~! Lezat sekali!"
"Benarkah? Aku senang kalau begitu!"
"Aku tidak berbohong, neesan harus mencobanya juga!"
Ramuda menempelkan jarinya pada bibir (Name), coklat yang melelehi tangannya itu kini beralih ke bibir (Name). Lagi-lagi wajah (Name) semakin memerah, jantungnya berdebar dengan sangat keras.
"Bagaimana, manis bukan?" Ramuda mengedipkan sebelah matanya, dengan tujuan untuk menggoda (Name). "Rasanya sangat manis, seperti yang membuat coklat ini~!"
Hari itu diakhiri dengan (Name) yang tak bisa menahan malunya, dan Ramuda yang terus-terusan menjahili (Name). Hari ini sangat membahagiakan bagi keduanya, dan mereka takkan pernah melupakan kejadian hari ini.
Bulan Februari, memberikan kebahagiaan penuh bagi (Name) dan Ramuda. Rasa yang terus berkembang dalam hati mereka, pasti akan terus mekar dengan indahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Semester « Amemura Ramuda x Reader » (Hypnosis Mic)
Fanfic"Nee, nee, oneesan! Apa kau bersedia menjadi modelku?" Kala itu, netra sang gadis bernama (Surname) (Name) itu memicing, ketika mendengar permintaan dari seorang asing yang entah dengan cara apa bisa masuk ke sekolahnya. "... apa?" "Aku hanya memint...