"Selamat tahun baru, (Name)-oneesan!"
"Selamat tahun baru, Ramuda-san."
Di sinilah Ramuda dan (Name) berada, di sebuah kuil yang terletak di daerah Shibuya. Sudah identik dengan kebiasaan orang Jepang untuk mengunjungi kuil setiap awal tahun telah tiba, dan karenanya mereka berada di sini sekarang.
Biasanya, (Name) hanya pergi ke kuil untuk sekadar melihat-lihat saja, tanpa mengenakan kimono sebab ia tak begitu peduli pada tahun baru. Namun, kali ini berbeda.
Mereka berdua mengenakan kimono yang sewarna, dengan wajah mereka yang dipoles dan membuat mereka semakin berkilauan. Ini adalah rancangan khusus yang dibuat Ramuda untuk tahun baru, mereka ke sini sekaligus untuk mempromosikan pakaian yang dibuat Ramuda.
"Aku tak menyangka Ramuda-san mengajakku ke sini. Kupikir, kau akan merancang pakaian di rumah dan aku akan mengenakannya seperti biasa," ujar (Name) sebagai pembuka percakapan.
"Yahh~ Tahun lalu aku memang seperti itu~! Kali ini berbeda, sebab ada (Name)-neesan di sini, maka aku ingin melakukan sesuatu yang berbeda!"
(Name) tertawa kecil. Yah, ini menyenangkan juga, sebab ini adalah kali pertamanya ia mengunjungi kuil dengan mengenakan kimono–dan juga kali pertama ia pergi ke kuil bersama dengan orang lain.
"Ah ... apa neesan tidak suka pergi berdua denganku?" tanya Ramuda dengan nada sedih, dengan suaranya yang dibuat-buat supaya terdengar lirih. "Aku jauh-jauh mengajak neesan ke sini, lho ... ."
(Name) menggelengkan kepalanya, sebagai bantahan atas pertanyaan dari Ramuda. "Tentu saja tidak, Ramuda-san. Sebaliknya, aku SANGAT menikmatinya~ Aku senang karena kau mengajakku ke sini!"
"Yokatta! Senang mendengarnya~!" Ramuda mengusap dadanya dan menghela napas pelan. "Apalagi, neesan belum mulai sekolah, bukan? Sebelum kembali bersekolah, ada baiknya kita sekalian jalan-jalan ke sini!"
"Ide yang sangat bagus. Bagaimana kalau kita memutari kuil ini sebentar?" tawar (Name) dengan senyuman yang dia lukis di wajahnya.
"Tentu saja! Ayo kita pergi!"
***
"Hahh! Lelahnya~!" Ramuda berseru sambil meregangkan otot-ototnya, sebab ia lelah setelah mengelilingi kuil yang SANGAT luas tersebut. Ditambah lagi, mereka juga harus menghindari kerumunan fans Ramuda, jika tidak–mereka mungkin akan terjebak di sana sampai hari berganti.
Ramuda duduk di sebelah (Name), (Name) menggeser sedikit posisinya supaya Ramuda bisa duduk di sebelahnya. Tangan kanan (Name) mengulurkan sebuah minuman kaleng, yang sengaja ia belikan untuk Ramuda.
"Aku tidak tahu apa minuman kesukaan Ramuda-san, jadi, aku asal membeli kopi," jelas (Name) sambil menenggak sekaleng kopi dingin yang ia beli untuknya sendiri. "Kopi yang kubeli cukup manis, kurasa, Ramuda-san tidak membencinya."
"Aku selalu menyukai apapun yang diberikan oleh (Name)-neesan, kok!" Cengiran yang khas ditunjukkan oleh Ramuda. Ia membuka kaleng kopi tersebut dan menenggaknya dalam beberapa tegukan. "Whoaaaa, nikmatnya~!"
"Syukurlah, rasanya manis, bukan? Aku sengaja memilihkan yang itu untukmu," kata (Name) sembari mengulas senyuman lebar di wajahnya.
"Hu'umm, manis!" Ramuda berkata-kata dengan nada sangat ceria sambil mengeluarkan senyum yang sangat manis. "Tapi–tentu saja neesan jauh lebih manis!"
(Name) nyaris menyemburkan minumannya, apa-apaan perkataan Ramuda tadi? Jujur, (Name) memang merasa senang. Tapi–
–demi Tuhan, ini sangat tidak baik untuk jantung (Name).
"A-astaga, Ramuda-san!" Mati-matian (Name) menahan senyuman dan berusaha menyembunyikan semburat merah di wajahnya. Ini sungguh memalukan baginya. "Jangan bercanda!"
"Ahaha! Aku tidak bercanda, toh (Name)-neesan memang manis, kok!" Tanpa dosa, Ramuda mengeluarkan serangkaian kalimat manis sembari mengusap pucuk kepala (Name) dengan gemas. "Neesan sangat manis, apalagi jika tersipu seperti itu!"
"Aku tidak tersipu!"
Tidak lucu bukan jikalau (Name) mati kegirangan sebab ia dipuji manis oleh Ramuda.
Ya, sesenang itulah (Name) atas perkataan Ramuda. Sudah sejak lama sekali sejak awal mereka berjumpa, banyak hal yang telah mereka lalui bersama.
Oleh karena itu, tak aneh jikalau ada suatu 'rasa' yang tumbuh dalam hati (Name).
Akan tetapi, (Name) memilih untuk menutup perasaannya itu rapat-rapat, ia tak mau ini semua berubah jikalau ia sembarangan mengatakan isi hatinya.
Bisa berada di sisi Ramuda saja sudah sangat menyenangkan baginya. Itu sudah cukup, (Name) tak berharap lebih. Ia menyadari, bahwa ia tak bisa menggapai Ramuda yang tinggal di dunia yang berbeda darinya.
"Hayo hayo~! Melamunkan apa? Apa neesan kegirangan karena kusebut manis?" goda Ramuda sambil terkekeh.
"Su-sudahlah, ayo kita berdoa dulu di kuil!"
"Baiklah~!"
***
Ramuda dan (Name) berdiri bersebelahan, keduanya memejamkan mata dengan tenang. Ramuda sedikit mengulas senyum, dan (Name) pun juga sama.
Siapa sangka, kalau mereka berdua mengharapkan hal yang sama?
'Semoga tahun ini, aku bisa terus bersama dengannya.'
Bulan Januari, menjadi penyambung kisah romansa di antara (Name) dan Ramuda, dan merupakan bukti nyata bahwa keduanya saling mengharapkan kebersamaan satu sama lain.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Semester « Amemura Ramuda x Reader » (Hypnosis Mic)
Fanfic"Nee, nee, oneesan! Apa kau bersedia menjadi modelku?" Kala itu, netra sang gadis bernama (Surname) (Name) itu memicing, ketika mendengar permintaan dari seorang asing yang entah dengan cara apa bisa masuk ke sekolahnya. "... apa?" "Aku hanya memint...